You are on page 1of 12

Sejarah Agama Buddha Indonesia

BUDDHA TRI DHARMA


Reyhans Luthfi Hudoyo – 02501190210800
Devianti - 02501190210791
https://stabn-sriwijaya.ac.id/
TRIDHARMA
konsep Tridharma dalam budaya Tionghoa. Untuk semboyan dari
Raden Mas Said,

Secara lengkap Tridarma berbunyi

• Mulat sarira angrasa wani (ꦩꦸꦭ​ꦠ꧀ꦱꦫꦶꦫꦲꦁꦫ​ꦱ​ꦮ​ꦤꦶ, "berani


berintrospeksi/mawas diri")

• Rumangsa mèlu andarbèni (atau anggondhèli) (ꦫꦸꦩꦁꦱ​ꦩꦺꦭꦸꦲ​


ꦤ꧀ꦢꦂꦧꦺꦤꦶ atauꦲꦁꦒꦺꦴꦤ꧀ꦝꦺꦭ꧀ꦭꦶ, "merasa ikut memiliki")

• Wajib mèlu anggondhèli (ꦮ​ꦗꦶꦧ꧀ꦩꦺꦭꦸꦲꦁꦒꦺꦴꦤ꧀ꦝꦺꦭ꧀ꦭꦶ,


"berkewajiban ikut membela/mempertahankan")
Pengertian
Tridharma (Hanzi: 三教 , hanyu pinyin: sanjiao) adalah
sebuah kepercayaan yang dapat digolongkan ke dalam
agama Buddha. Tridharma disebut Samkau dalam dialek
Hokkian, berarti harfiah tiga ajaran. Tiga ajaran yang
dimaksud adalah Taoisme, Buddhisme dan Konfusianisme.

Tridharma lebih tepat disebut sebagai salah satu bentuk


kepercayaan tradisional masyarakat Tionghoa sebagai hasil
dari sinkretisme ketiga filsafat yang memengaruhi
kebudayaan Tionghoa dan sejarah Tiongkok sejak 2500
tahun lalu.
Etimologi
Tridharma berasal dari kata Tri dan
Dharma. Tri berarti "tiga" dan Dharma
berarti "ajaran kebenaran". Jadi secara
harafiah, Tridharma berarti "tiga ajaran
kebenaran", yaitu ajaran Sakyamuni
Buddha, ajaran Nabi Khong Hu Cu, dan
ajaran Nabi Lo Cu. Tridharma merupakan
Agama yang penghayatannya menyatu
dalam ajaran Buddha, Khong Hu cu, dan
Lo Cu. Ketiga ajaran tersebut sama tidak
dicampur-aduk dan tetap berpegang pada
kitab suci masing-masing.
Sejarah terbentuknya
San Jiao di China
Istilah Tridharma (San Jiao) muncul pada masa
Dinasti Donghan (sekitar Abad I) setelah agama
Buddha masuk ke Negeri China. Sebenarnya
Buddhisme merupakan ajaran pertama yang
berbentuk lembaga keagamaan yang pertama kali
hadir di China, setelah itu barulah Taoisme (Dao
Jiao) dan Konfusianisme (Ru Jiao). Namun pada
zaman itu, urutan kronologis San Jiao ditetapkan
oleh kaisar sebagai agama Ru, Dao, dan Buddha.
Tridharma di Indonesia

Tridharma di Indonesia kembali bangkit berkat usaha yang dirintis oleh Kwee


Tek Hoay yang dikenal sebagai Bapak Triddharma Indonesia. Ia memprakarsai
berdirinya Sam Kauw Hwee atau "Perkumpulan Tiga Agama" di Jakarta pada
tahun 1920-an, serta mendirikan "Penerbitan & Percetakan Moestika" yang
menerbitkan Majalah Moestika Dharma yang banyak mengupas ajaran Buddha,
Khong Hu Cu, Lo Cu, bahkan ajaran agama lain. Sam Kauw
Hwee bersifat Indonesia-sentris, yaitu dibangun dan diciptakan di Indonesia
meskipun ketiga ajarannya berasal dari luar Indonesia.
PEMUJAAN
1. Untuk refleksi diri atau menyelaraskan rohani dengan alam semesta.
2. Untuk menghormati para Roh Suci yang telah berjasa. Misalnya kepada Laozi, Kong
Hu Cu, dan Buddha Sakyamuni yang merupakan guru-guru besar ketiga ajaran.
3. Untuk berterima kasih atas anugerah dalam hidup.
4. Untuk memohon restu, nasihat, atau bantuan. Misalnya kepada Kwan Im dan Chen Fu
Zhen Ren.
5. Untuk memohon kesaksian Shen Ming. Misalnya berikrar di hadapan Gong Zu Guan
Gong di Klenteng Tuban.
6. Untuk menunjukkan rasa bakti atau kasih. Misalnya kepada arwah leluhur, keluarga,
dan sahabat dalam Festival Qingming.
7. Untuk membantu arwah leluhur dan arwah semua makhluk hidup yang sedang berada
di alam menderita. Menurut kepercayaan, arwah para penjahat atau yang tidak ikhlas
pada kematiannya akan tersesat dan bergentayangan. Arwah-arwah seperti ini perlu
dibantu dengan doa-doa dan persembahan, misalnya dalam ritual Cioko atau
Ulambana.
Hari-hari sembahyang yang penting

Upacara pergantian musim(Festival Chun Jie (Xin Jia),


Yuan Xiao Jie (Cap Go Meh), Duan Wu (menyambut
Musim Panas) lomba Perahu Naga, Zhong Qiu Jie
(Tiong Ciu). Festival Musim Gugur atau Festival Kue
Bulan. Festival Qixi (Perayaan Malam Tujuh). Festi-
val pertemuan antara Niu Lang (Gembala Kerbau)
dengan Zhi Nu (Gadis Penenun) Chong Yang, Dongzhi
(Tang Cek; Hari Wedang Ronde), Chu Xi atau malam
Ji Kau Meh.
Upacara Penghormatan Leluhur

1. Festival Qingming atau Cheng Beng. Setiap tanggal 5 April.


2. Festival Zhong Yuan, Cioko (Sembahyang Rebutan), atau
Ulambana. Bulan 7 Imlek.
3. Festival Jiang Tian Gong (Kheng Thi Kong) untuk
berterima kasih kepada Thian (Tuhan) atas keselamatan dari
pembantaian yang dilakukan pasukan Manzu.
Upacara Peringati Hari Suci Shen Ming ( Roh Suci )

Festival La Ji untuk menghormati Shennong (Dewa Pertanian) yang dibantu


kucing dan harimau mengamankan lahan pertanian. Imlek bulan 12.
Festival Wei Ya (Bwee Ge), mengungkapkan syukur kepada Tu Di Gong (Dewa
Bumi). Imlek tanggal 16 bulan 12.
Festival La Ba Jie (Lap Pat). Peringatan Buddha Sakyamuni mencapai pencerahan.
Imlek tanggal 8 bulan 12.
Festival Ji Si Siang Ang (Song Wang), mengantar Dewa Dapur Zao Jun ke langit
menghadap Thian. Imlek tanggal 24 bulan 12.
Ulang Tahun Tian Shang Sheng Mu. Imlek tanggal 23 bulan 3.
KESIMPULAN
Upacara keagamaan yang diadakan di Klenteng sebenarnya berkaitan erat dengan
tradisi perayaan di kalangan rakyat. Secara garis besar, ritual-ritual tersebut terbagi
menjadi tiga bagian.
Upacara pergantian musim
Upacara penghormatan leluhur
Upacara peringatan hari suci Shen Ming (Roh Suci)
Tradisi orang Tionghoa semenjak zaman purbakala sampai kini adalah memuja Roh
(Bai Shen). Roh-roh yang dipuja itu pada mulanya adalah arwah para leluhur (Di),
Roh Tanah (She), Roh Padi-Padian (Ji), Roh Langit (Tian), Roh Bumi (Di), hingga
meluas ke Roh seisi alam semesta. Mereka percaya bahwa-Roh-Roh itu bisa
membantu keberadaan manusia apabila dihormati. Itulah kepercayaan Animisme dan
Dinamisme yang umum dijumpai pada semua masyarakat purba di muka bumi. Roh
Pujaan itu disebut Shen Ming (Roh Suci). Untuk lebih memusatkan perhatian pada
pemujaan, dibuatlah patung sebagai lambang dari Roh tersebut.
Thank you
Namo Buddhaya

You might also like