Professional Documents
Culture Documents
Perlindungan Konsumen
Perlindungan Konsumen
1
PENGERTIAN KONSUMEN
Hornby:
“ Konsumen (consumer) adalah seseorang yang membeli barang
atau menggunakan jasa”
“Seseorang atau suatu perusahaan yang membeli barang tertentu
atau menggunakan jasa tertentu”
“Sesuatu atau Seseorang yang menggunakan suatu persediaan
atau sejumlah barang”
“Setiap orang yang menggunakan barang atau jasa”
Produsen Konsumen
Wanprestasi
Undang-Undang
Perikatan saja
Sesuai hukum:
Zaakwarneming
Perbuatan
manusia
Undang-Undang
Melawan
hukum
(Pasal
1365 KUHPe)
Tahap Tahap Transaksi Konsumen
Kesimpulan:
◦ Fault: Penggugat membuktikan.
◦ No fault liability: Penggugat tidak perlu membuktikan.
Strict liability disebut pula No Fault Liability.
Di Indonesia terdapat Vicaroius liability, yaitu perbuatan melawan
hukum yang berada dalam tanggungjawab majikan terhadap
pekerjaan buruhnya (Pasal 1367 KUHPerdata).
◦ Building Owner Liability: pemilik gedung.
◦ Pete’s master Liability: pemilik binatang peliharaan yang
bertanggungjawab.
FAULT AND NO FAULT LIABILITY
Perbandingan:
Australia: Trade Practises Act 1974/1977
Perjanjian
Hukum Perdata
Hukum Publik
(dalam arti luas)
Hukum Administrasi
Hukum Pidana
Hukum Perdata
Hukum Dagang
Hukum Acara
Perdata/Pidana
Pendahuluan
Ketidakseimbangan antara produsen dan konsumen
dikompensasi
Kekuatan kapital/modal,
Produsen lebih terorganisasi, konsumen lebih
individual,
Produsen diberikan kemudahan-kemudahan oleh
pemerintah.
Caranya: gerakan perlindungan konsumen, perangkat
kelembagaan dan hukum, dan upaya lain supaya
konsumen bisa mengkonsumsi dengan lebih aman.
Hal ini merupakan keharusan, karena perkembangan
ekonomi dan industri maju dampak negatif.
38
Perkembangan industri dan gerak modal yang
cepat menyebabkan produksi barang dan jasa
semakin kompleks.
Informasi di balik proses industri salah satu
faktor persaingan.
Hal lain, konsumen golongan bawah mempunyai
pilihan yang terbatas hanya untuk barang-barang
murah.
Mekanisme dan transaksi pasar, tidak selalu adil
sehingga sering merugikan konsumen.
Pemerintah masih kurang berperan untuk menjadi
wasit dalam mengatasi mekanisme pasar yang
unfair dan cenderung merugikan konsumen.
39
Perkembangan ekonomi dan industrialisasi
sangat kuat konsumen menjadi lemah.
Untuk itu kekuatan konsumen perlu digalang.
Dengan kelembagaan yang kuat, produsen
diharapkan akan lebih berhati-hati dalam
memproduksi barang dan jasa.
Apabila kepentingan konsumen dilanggar,
gerakan konsumen dimungkinkan masuk ke
bidang politik ekonomi menambah bargaining
power dengan wakil-wakil politiknya.
40
• Kesenjangan ekonomi paling merugikan konsumen sebagai
salah satu pelaku ekonomi.
• Resolusi PBB No. 39/248 Tahun 1985 tentang Perlindungan
Konsumen, tanggal 16 April 1985 (No. A/RES/39/248)
– The UN Guidelines for Consumer Protection.
• UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,
tanggal 20 April 1999.
• Keikutsertaan Indonesia di WTO
– Dampak positif,
– Dampak negatif.
• Kongres Internasional Organization of Consumers Unions
(IOCU) ke-14, sekarang Consumers International (CI)
memandang perlu menindaklanjuti Resolusi PBB.
41
Hukum Konsumen
Digabungkan dengan Hukum Persaingan
dengan nama Antitrust and Consumers
Protection.
Unfair competition – selalu berpengaruh
kepada konsumen.
42
Prinsip-prinsip Hukum Perlindungan
Konsumen
Pelaku usaha mengangkat konsumen,
sekaligus melindungi rakyat yakni dengan
cara meningkatkan kualitas barangnya
dengan harga yang tetap terjangkau.
Perlindungan hukum perdata, pidana, dan
43
Kedudukan Konsumen
Let the buyer beware (caveat emptor)
◦ Pelaku usaha dan konsumen seimbang sehingga tidak perlu
perlindungan.
The due care theory
◦ Pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk melakukan prinsip
kehati-hatian dalam memasyarakatkan produk (barang/ jasa).
The privity of contract
◦ Pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk melindungi
konsumen, tetapi hal itu baru dapat dilakukan apabila di
antara mereka terjalin suatu hubungan kontraktual.
Prinsip kontrak bukan merupakan syarat
◦ Kontrak bukan merupakan syarat untuk menetapkan
eksistensi suatu hubungan hukum.
44
Hak Konsumen
Empat Hak Dasar Konsumen
(John F. Kennedy)
The right to safe products,
The right to be informed about products,
The right to definite choice in selecting
products,
The right to be heard regarding consumer
interests.
45
The Rights of the Consumer
The Right to Basic Needs
The right to basic needs means the right to all the goods and
services that are needed in our daily life including enough food,
clothing, house, health and education.
The Right to Safety
The consumers have the right to be protected from goods,
services and manufacturing processes that might expose their
health and life to danger.
The Right to be Informed
The right to be informed means that the consumers have the
right to obtain accurate and precise facts about the goods and
services that they want to consume in order for them to make
the right choice. The consumers need to be equipped with
enough information so that they can act in a wise and
responsible way.
The Right to Choose
The consumers are entitled to have freedom in buying or
assuring that the goods and services that they need are
obtained through the right channels, based on the right price.
In the case of monopoly, the consumers need to obtain
guarantee over the quality of the goods and services at a
reasonable price. 46
The Right to be Heard
This means the right to advocate consumers' interest
with a view to their receiving full and sympathetic
consideration in the formulation and execution of
economic and other policies.
The Right of Redress
The right of redress means the consumers have the
right to a fair settlement of just claims.
The Right for Consumer Education
The consumers have the right to acquire the knowledge
and skills necessary to be an informed consumers.
The Right to a Healthy Environment
This means the right to a physical environment that will
enhance the quality of life.
47
Contoh: Hak atas Kebutuhan Pokok
Hak untuk memperoleh kebutuhan pokok
“the right to satisfaction of basic needs”.
◦ Pangan, papan, sandang, kesehatan, dan
pendidikan.
48
UN Guidelines:
Kepentingan-kepentingan Konsumen
Perlindungan konsumen dari bahaya-bahaya terhadap
kesehatan dan keamanannya,
Promosi dan perlindungan kepentingan ekonomi sosial
konsumen,
Tersedianya informasi yang memadai bagi konsumen untuk
memberikan kemampuan mereka melakukan pelatihan yang
tepat sesuai kehendak dan kebutuhan pribadi,
Pendidikan konsumen,
Tersedianya upaya ganti rugi yang efektif,
Kebebasan untuk membentuk organisasi konsumen atau
organisasi lainnya yang relevan dan memberikan kesempatan
kepada organisasi tersebut untuk menyuarakan pendapatnya
dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut
kepentingan mereka.
49
UUPK
Anatomi (15 bab, 65 pasal)
Bab I Ketentuan Umum
Bab II Asas dan Tujuan
Bab III Hak dan Kewajiban
Bab IV Perbuatan yang Dilarang bagi Pelaku Usaha
Bab V Ketentuan Pencantuman Klausua Baku
Bab VI Tanggung Jawab Pelaku Usaha
Bab VII Pembinaan dan Pengawasan
Bab VIII Badan Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat
Bab IX Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat
Bab X Penyelesaian Sengketa
Bab XI Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
Bab XII Penyidikan
Bab XIII Sanksi
Bab XIV Ketentuan Peralihan
Bab XV Ketentuan Penutup
50
UUPK
Konsumen
“Setiap orang pemakai barang dan/atau jasa
yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan”.
51
UUPK
Pelaku usaha
“Setiap perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum maupun bukan badan
hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-
sama melalui perjanjian menyelenggarakan
kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”.
Produsen pabrikan, rekanan, agen, distributor, serta
jaringan-jaringan yang melaksanakan fungsi
pendistribusian dan pemasaran barang dan/atau
jasa kepada masyarakat luas selaku pemakai
dan/atau penggunaan barang dan/atau jasa.
52
UUPK
Hak & Kewajiban
• Hak konsumen
– Pasal 4
• 9 butir
• Kewajiban konsumen
– Pasal 5
• Hak pelaku usaha
– Pasal 6
• Kewajiban pelaku usaha
– Pasal 7
53
UUPK
Penerapan asas beban pembuktian terbalik
dalam hukum pidana – Pembuktian terhadap
ada/tidaknya unsur kesalahan dalam kasus
pidana, merupakan beban dan tanggung jawab
pelaku usaha (Pasal 22 UUPK).
◦ Isu HAM pelaku usaha dalam posisi pihak
yang bersalah >< presumption of innocence.
◦ Dinilai fair bagi konsumen karena pelaku uaha
mempunyai akses yang lebih besar atas
produk dan proses dari barang dan/atau jasa
yang dihasilkan.
54
UUPK
Barang
Definisi barang
“Setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud,
baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan
maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat
diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau
dimanfaatkan oleh konsumen”.
Di Eropa
Dikecualikan:
Agricultural product (apabila produk hasil pertanian
langsung dikonsumsi, tidak termasuk dalam product
liability karena tidak mengalami proses awal),
Hunting product (sda),
Fishery product (sda).
55
UUPK
Jasa
“Setiap layanan yang berbentuk pekerjaan
atau prestasi yang disediakan bagi
masyarakat untuk dimanfaatkan oleh
konsumen”.
56
UUPK
Hal-hal baru
Pertanggungjawaban pidana korporasi
Hak gugat lembaga konsumen
Gugatan kepentingan kelompok
Beban pembuktian terbalik
57
UUPK
Pertanggungjawaban Pidana Korporasi
• Subjek tindak pidana dalam UUPK adalah
pelaku usaha
• Penjelasan Pasal 1 angka 3: Pelaku usaha
– Perusahaan,
– Korporasi,
– BUMN,
– Koperasi,
– Importir,
– Pedagang,
– Distributor.
58
UUPK
Hak Gugat Lembaga Konsumen
LK a.n. konsumen dapat mengajukan gugatan
atas pelanggaran yang dilakukan pelaku
usaha yang merugikan kepentingan
konsumen (Pasal 46 ayat (1) huruf c).
LK mempunyai hak gugat (legal standing to
59
UUPK
Gugatan Kepentingan Kelompok
Terhadap sengketa konsumen yang melibatkan
konsumen dalam jumlah besar/massal, padahal inti
persoalan menyangkut hal yang sama, konsumen
dapat mengajukan gugatan kepentingan kelompok
(class action) kepada pelaku usaha (Pasal 46 ayat (1)
huruf b).
Gugatan kepada pelaku usaha cukup diwakili
beberapa konsumen dan apabila gugatan
dimenangkan dan telah mempunyai kekuatan
hukum tetap, konsumen lain yang tidak ikut
menggugat dapat langsung menuntut ganti rugi
berdasarkan putusan pengadilan tersebut.
60
Class Action
• Pasal 123 HIR (Hukum Acara Perdata)
– Untuk mengajukan gugatan ganti rugi, korban
harus membuat surat kuasa khusus kepada
pengacara untuk selanjutnya mengajukan gugatan
perdata ke PN setempat.
– Apabila korban ratusan, surat kuasa khusus
tersebut sulit.
– Hanya korban yang menggugat yang akan
memperoleh ganti rugi apabila gugatannya
berhasil.
61
Class Action
• Gugatan perwakilan kelompok.
• Sifat massal.
• Untuk kasus yang sama, cukup diwakili
beberapa korban menuntut secara perdata ke
pengadilan.
• Untuk putusan yang mempunyai kekuatan
hukum tetap pihak korban dimenangkan,
korban lain yang tidak mengajukan gugatan
dapat meminta ganti rugi tanpa harus
mengajukan gugatan baru.
62
UUPK
Beban Pembuktian Terbalik
Biasanya apabila menggugat, konsumen
harus membuktikan bahwa produsen
melakukan kesalahan yang menimbulkan
kerugian di pihak konsumen.
◦ Dari perspektif konsumen akan lebih adil apabila
beban pembuktian ada pada produsen: produsen
harus membuktikan bahwa produsen telah
melakukan proses produksi sesuai dengan
prosedur yang ada.
63
UUPK
Beban pembuktian terbalik
Contoh: kasus biskuit beracun
◦ Apabila konsumen yang harus membuktikan,
konsumen kesulitan karena awam tentang proses
produksi makanan ybs – secara teknis bukanlah hal
yang mudah/sederhana.
64
Reformasi terhadap Hukum Acara
Perdata
• Small Claim Court
– : semacam peradilan kilat dengan hakim tunggal,
tanpa harus menggunakan pengacara, biaya ringan,
tidak ada upaya banding.
– Untuk sengketa konsumen dengan nilai nomial
sangat kecil – menghindari biaya mahal dan
prosedur rumit.
– Memberikan akses konsumen untuk menggugat
produsen, walaupun nilai nominal kasus kecil.
• Class Action
• Beban Pembuktian Terbalik
65
UUPK
Norma-norma Perlindungan Konsumen
Perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha
(Bab IV UUPK),
Ketentuan pencantuman klausula baku (Bab V
UUPK).
66
Norma-norma itu disebut sebagai kegiatan-
kegiatan pelaku usaha dan secara keseluruhan
Kegiatan produksi dan/atau perdagangan barang
dan/atau jasa (Pasal 8 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
UUPK),
Kegiatan penawaran, promosi, dan periklanan barang
dan/atau jasa (Pasal 9 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3),
Pasal 10, Pasal 12, Pasal 13 ayat (1) dan ayat (2), Pasal
15, Pasal 16, serta Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2) UUPK),
Kegiatan transaksi penjualan barang dan/atau jasa
(Pasal 11, Pasal 14, serta Pasal 18 ayat (1), ayat (2),
dan ayat (4) UUPK),
Kegiatan pascatransaksi penjualan barang dan/atau
jasa (Pasal 25 ayat (1) dan ayat (2) UUPK).
67
Beberapa substansi
Iklan menyesatkan,
Keamanan pangan,
Product liability,
Unfair contract,
Standard contract,
Penjualan,
Iklan perumahan,
Redress mechanism, dan lain-lain.
68
Kasus-kasus Perlindungan Konsumen
Kecelakaan transportasi (KA, pesawat udara,
bus),
Keracunan makanan,
Penjualan perumahan fiktif,
Likuidasi 16 bank bermasalah,
Pemungutan dana stiker Sea Games,
Pemadaman listrik oleh PT PLN, dan lain-lain.
69
Kasus:
Konsumen v Bank BCA
YLKI: Konsumen Bank BCA a.n. Sri Rahayu A/C: 005-
010814-7, alamat Jl. Raya Bogor No. 2 RT 04/06,
Kramatjati, Jaktim.
Konsumen tuna netra nasabah Tahapan BCA melalui
fasilitas Halo BCA.
Ybs tidak dapat membuat tanda tangan (hanya
menggunakan cap jempol tangan) maka apabila ybs
ingin menjadi nasabah BCA ditetapkan persyaratan
khusus yi menggunakan pengampu yang diangkat
oleh hakim berdasarkan suatu putusan pengadilan.
Ketentuan ini untuk melindungi nasabah yi demi
keselamatan dana nasabah dari kemungkinan
penyalahgunaan oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab.
70
Kasus:
Konsumen v Bank BCA
Pasal 7 UUPK kurang lengkap.
Pasal 5 UU No. 4 Tahun 1997 Tentang
Penyandang Cacat
“setiap penyandang cacat mempunyai hak yang
sama dalam segala aspek kehidupan dan
penghidupan”.
Seseorang tidak cakap apabila sakit
ingatan/gila dan di bawah umur 21 tahun.
Sumber: Bidang Pengaduan YLKI, Register
Kasus No. 128/B/SDM/YLKI/1999, 17 Feb
1999).
71
Perlindungan Konsumen Jasa
Pendidikan
Terganggunya proses belajar mengajar karena
konflik internal sekolah/universitas.
Praktik bisnis tidak sehat dengan menjadikan
siswa sebagai objek bisnis.
Siswa harus menerima beban pelajaran di luar
kemampuan siswa.
Trik-trik pemasaran sekolah/universitas dalam
bentuk iklan/brosur, belum tampil sebagai
sumber informasi yang utuh, namun lebih
berbau persuasif bahkan manipulatif.
Pelajaran di sekolah tidak mencukupi.
72
Perlindungan Konsumen Jasa
Telekomunikasi
PT Telkom
◦ Tanggap terhadap keluhan pelanggan. “Hari ini
mengadu, hari ini beres”.
◦ Ada inisiatif untuk menggelar Forum Temu
Pelanggan (5 Juli 1997, Bentara Budaya Jakarta).
◦ Belum ada standar mekanisme penyelesaian
pengaduan konsumen.
◦ Sistem pengaduan masalah yang dialami
konsumen.
73
Negara lain
Amerika Serikat (the US)
"Product liability" means liability for damages
because of any personal injury, death, emotional
harm, consequential economic damage, or
property damage, including damages resulting
from the loss of use of property, arising out of the
manufacture, design, importation, distribution,
packaging, labeling, lease, or sale of a product,
but does not include the liability of any person for
those damages if the product involved was in the
possession of the person when the incident giving
rise to the claim occurred – Tanggung Jawab
Produksi.
74
Product Liability
Product Liability means the responsibility of any and
all parties contributing to the manufacture of a given
product for any and all damages caused by said
product.
A product can be deemed defective for any of the
following reasons:
◦ Negligence
◦ Breach of Implied or Expressed Warranties
◦ Strict Liability
Defective products can ruin lives. They can cause
serious injury, disability, even death. So, it is only
right that those who were negligent in the
manufacture of a product be held liable .
75
Australia
Unfair contract means a contract:
a) that is unfair, harsh or unconscionable, or
b) that is against the public interest, or
c) that provides a total remuneration that is
less than a person performing the work
would receive as an employee performing the
work, or
d) that is designed to, or does, avoid the
provisions of an industrial instrument.
76
Canada
Redress mechanism is valuable indicator of
client satisfaction with the service and tool to
deal with satisfaction.
77
Malaysia
Who Are Consumers?
Consumers are anyone who consumes goods
and services from the market, for his own or
his family's consumption. This means
everybody is a consumer. Producers are also
consumers because they too consume goods
and services.
Source: www.kpdnhq.gov.my
78
Contest questions
◦ 1. Write a letter of complaint to a shopkeeper who
has sold unsafe food items.
◦ 2. Write a letter to a local consumer organization,
outlining a problem consumers have with getting
refunds and replacements for faulty products and
suggest ways that they can help.
Extracted from Consumer Responsibilities and Rights,
S.S. Nathan, Principal, Bala Vidya Mandir, Chennai
79
Perlindungan Konsumen yang
Efektif
2 arah secara bersama
◦ Arus bawah
Adanya lembaga konsumen yang:
Kuat
Tersosialisasi secara merata dalam masyarakat
Secara representatif dapat menampung dan
memperjuangkan aspirasi konsumen
◦ Arus atas
Adanya departemen/bagian dalam struktur
kekuasaan yang secara khusus mengurusi masalah
perlindungan konsumen
Semakin tinggi posisi lembaga, makin kuat power
yang dimiliki untuk melindungi konsumen
80
Perlindungan Konsumen yang
Efektif
Tergantung pada
◦ Lembaga konsumen
◦ Kepedulian pemerintah
Melalui institusi yang dibentuk untuk melindungi
konsumen
81
Perlindungan Konsumen yang
Efektif
Kontribusi lembaga konsumen
◦ Bergantung pada kondisi perkembangan hukum:
Apabila secara substansial hak-hak konsumen belum
diakomodasi dalam hukum positif, kontribusi:
mendorong legalisasi UUPK
Apabila sudah ada UUPK, kontribusi: mengawasi
implementasi dan law enforcement UUPK di lapangan
82
Perlindungan Konsumen yang
Efektif
Tiga pendekatan dalam upaya perlindungan
konsumen
◦ Pendekatan sektoral
: hak-hak konsumen diakomodasi dalam UU sektoral,
e.g. UU Pangan
◦ Pendekatan holistik
: ada UU khusus mengatur perlindungan konsumen
dan menjadi payung UU sektoral yang berdimensi
konsumen
◦ Pendekatan gabungan
: selain ada UUPK, dipertegas lagi dalam UU sektoral
83
Peran Serta Masyarakat
Rakyat juga bertanggung jawab untuk
efektivitas perlindungan konsumen
Globalisasi
◦ Dumping barang dan jasa yang under quality –
kesejahteraan rakyat lebih sulit diwujudkan
84
Inti Permasalahan
Substansi hukum,
Kelembagaan,
Budaya hukum.
85
Tugas
Hukum Perbankan dan PK WTO (globalization of the
Financial Privacy dan PK economy, free trade) dan PK