You are on page 1of 22

HUBUNGAN STRUKTUR-

AKTIVITAS SENYAWA ANTI-


INFLAMASI

Anjani Awijayanti
1948201008
Kimia Medisinal
Hubungan Struktur-Aktivitas Senyawa
Obat
 Menurut Corwin Hansch dkk (1963), HKSA adalah
menghubungkan struktur kimia dan aktivitas biologis obat melalui
sifat-sifat kimia fisika , seperti kelarutan dalam lemak (lipofilik),
derajat ionisasi (elektronik), dan ukuran molekul (sterik).
 Konsep bahwa aktivitas biologis suatu senyawa berhubungan
dengan struktur kimia, pertama kali di kemukakan oleh Crum,
Brown dan Fraser (1869). Mereka menunjukkan bahwa aktivitas
biologis beberapa alkaloida alam seperti striknin, brusin, tebain,
kodein, morfin dan nikotin yang mengandung gugus ammonium
tersier akan menurun atau hilang bila di reaksikan dengan metyl
iodide, melalui reaksi metilasi membentuk ammonium kuartener.
 Mereka juga memberikan postulat bahwa efek biologis suatu
senyawa merupakan fungsi dari struktur kimianya.
Senyawa Antiinflamasi
Anti inflamasi
Adalah obat yang dapat menghambat pengeluaran mediator
inflamasi seperti histamin, serotonin, bradikinin,
prostaglandin dan lainnya yang menimbulkan reaksi radang
berupa panas, nyeri, merah, bengkak, dan disertai gangguan
fungsi .
Senyawa Antiinflamasi
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat anti inflamasi terbagi 2, yaitu :
1.Obat Anti-inflamasi Nonsteroid (OAINS)
Adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda
nyeri), antipiretik (penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang).
Istilah "non steroid" digunakan untuk membedakan jenis obat-obatan
ini dengan steroid yang juga memiliki khasiat serupa.
2. Anti Inflamasi Steroid 
Obat ini merupakan antiinflamasi yang sangat kuat Karena Obat-
Obat ini menghambat enzim phospholipase A2 sehingga tidak
terbentuk asam arakidonat. Asam arakidonat tidak terbentuk Berarti
prostaglandin juga tidak akan terbentuk. Namun,
obat anti inflamasi golongan ini tidak boleh digunakan seenaknya
karena efek sampingnya besar seperti: moon face, hipertensi,
osteoporosis
Senyawa Antiinflamasi
Mekanisme kerja golongan obat antiinflamasi;
1. Obat Anti-inflamasi Nonsteroid (OAINS)
Berhubungan dengan sistem biosintesis prostaglandin yaitu dengan menghambat
enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi
PGG2 menjadi terganggu. Enzim siklooksigenase terdapat dalam 2 isoform yang
disebut KOKS-1 dan KOKS-2.
2. Anti Inflamasi Steroid 
Adapun mekanisme kerja obat dari golongan steroid adalah menghambat enzim
fospolifase sehingga menghambat pembentukan prostaglandin maupun
leukotrien.
Penggunaan obat antiinflamasi steroid dalam jangka waktu lama tidak boleh
dihentikan secara tiba-tiba, efek sampingnya cukup banyak dapat menimbulkan
tukak lambung, osteoforosis, retensi cairan dan gangguan elektrolit.
1. Antiinflamasi Non Steroid (AINS)
AINS terbagi menjadi 7 kelompok;

1. Turunan Salisilat

2. Turunan 5-pirazolindindion

3. Turunan asam N-arilantranilat

4. Turunan asam arilasetat

5. Turunan heteroarilasetat

6. Turunan oksikam dan

7. Turunan lainnya
Antiinflamasi Non Steroid (AINS)
1. Turunan Asam Salisilat
Hubungan struktur aktivitas turunan asam salisilat
a.Senyawa yang aktif sebagai anti radang adalah anion salisilat. Gugus karboksilat penting
untuk aktivitas dan letak gugus hidroksil harus berdekatan dengannya.
b.Turunan halogen, seperti asam 5-klorsalisilat, dapat meningkatkan aktivitas tetapi
menimbulkan toksisitas lebih besar.
c.Adanya gugus amino pada posisi 4 akan menghilangkan aktivitas.
d.Pemasukan gugus metil pada posisi 3 menyebabkan metabolisme atau hidrolisis gugus
asetil menjadi lebih lambat sehingga masa kerja obat menjadi lebih panjang.
e.Adanya gugus aril yang bersifat hidrofob pada posisi 5 dapat meningkatkan aktivitas.
f. Adanya gugus difluorofenil pada posisi meta dari gugus karboksilat dapat meningkatkan
aktivitas analgesik, memperpanjang masa kerja obat dan meghilngkan efek samping,
seperti iritasi saluran cerna dan peningkatan waktu pembekuan darah.
g.Efek iritasi lambung dan aspirin dihubungkan dengan gugus karboksilat. Esterifikasi gugus
karboksil akan menurunkan efek iritasi tersebut.

Contoh obat:
Aspirin, Salisilamid, Diflunisal, Asam asetilsalisilat, dan metil salisilat.
Antiinflamasi Non Steroid (AINS)
2. Turunan 5-Pirazolidindion
 Hubungan Struktur Aktivitas Turunan 5-pirazolidindion
a. Turunan 5-pirazolindindion mengandung gugus keto (C3) yang dapat membentuk
gugus enol aktif yang mudah terionisasi.
b. Substitusi atom H pada C4 dengan gugus metil akan menghilangkan aktivitas
antiradang karena senyawa tidak dapat membentuk gugus enol.
c. Penggantian satu atom N pada inti pirazolidindion dengan atom O, pemasukan
gugus metil dan halogen pada cincin benzen dan penggantian gugus n-butil dengan
gugus alil atau propil ternyata tidak mempengaruhi aktivitas antiradang, atau
aktivitasnya tetap.
d. Penggantian cincin benzen dengan siklopenten atau siklopentan akan membuat
senyawa menjadi tidak aktif.
e. Peningkatan keasaman akan menurukan aktivitas antiradang dan meningkatkan efek
urikosurik.

Contoh Obat :
Fenilbutazon, Oksifenbutazon, Sulfinpirazon, Bumadizon kalsium semihidrat.
Antiinflamasi Non Steroid (AINS)
3. Turunan asam N-arilantranilat
 Hubungan Struktur Aktivitas Turunan Asam N-arilantranilat
a. Turunan asam N-antranilat mempunyai aktivitas yang lebih tinggi pada cincin
benzen yang terikat atom N mempunyai substituen-substituen pada posisi 2,3,
dan 6.
b. Yang aktif adalah turunan senyawa 2,3-disubstitusi. Hal ini menunjukkan
bahwa senyawa mempunyai aktivitas yang lebih besar apabila gugus-gugus
pada N-aril berada di luar koplanaritas asam antranilat. Struktur tidak planar
tersebut sesuai dengan empat reseptor hipotetik antiradang. Contoh : adanya
substituen orto-metil pada asam mefenamat dan orto klor pada asam
meklofenamat akan meningkatkan aktivitas analgesik.
c. Penggantian atom N pada asam antranilat dengan gugus-gugus isoterik
seperti O,S dan CH2 dapat menurunkan aktivitas.

Contoh Obat :
Asam mefenamat, asam flufenamat, natrium meklofenamat, glafenin, floktafenin.
Antiinflamasi Non Steroid (AINS)
4. Turunan Asam Arilasetat
 Hubungan Struktur Aktivitas Turunan Asam Arilasetat
a. Mempunyai gugus karboksil atau ekivalennya seperti asamenolat, asam hidroksamat,
sulfonamida dan tetrasol, yang terpisah oleh atom C dari aromatik datar. Pemisahan
dengan lebih dari satu atom C, misal pada turunan asam propionat atau butirat, akan
menurunkan aktivitas.
b. Adanya gugus α-metil pada rantai sampig asetat dapat meningkatkan aktivitas
antiradangnya.
c. Adanya α-substitusi menyebabkan senyawa bersifat optis-aktif dan kadang-kadang isomer
satu lebih efektif dibanding yang lain. Konfigurasi yang aktif adalah bentuk isomer S.
d. Mempunyai gugus hidrofob yang terikt pada atom C inti aromatik pada posisi meta atau
para dari gugus asetat.
e. Turunan ester dan amida juga mempunyai aktivitas antiradang karena secara in vivo
hidrolisis menjadi bentuk asamnya. Demikian pula untuk turunan alkohol dan aldehida,
secar in vivo diosksidasi menjadi gugus karboksilat.

Contoh Obat :
Natrium Diklofenak, ibuprofen, ketoprofen, flurbiprofen, loksoprofen, fenibufen.
Antiinflamasi Non Steroid (AINS)
5.Turunan Asam Heteroarilasetat
 Hubungan Struktur Aktivitas Turunan Asam Heteroarilasetat
a. Pada turunan heteroarilasetat, seperti indometasin (Areumetin), gugus karboksilat
penting untuk akivitas antiradang, penggantian dengan gugus lain akan menurunkan
aktivitas.
b. Penggantian gugus C=O(X) dengan –CH2 akan menurunkan aktivitas.
c. Adanya gugus para-hlogen , dan SCH3 dapat meningkatkan aktivitas.
d. Penggantian guugus metil dengan gugus aril kan menurunkan aktiviasnya. Adanya
gugus α-metil pada R1 menunjukkan aktivitas yang sama dengan senyawa induk,
sedang pemasukan α, β-dimetil akan mengurangi aktivitas.
e. Turunan isosterik I-indeninindenil mempunyai aktivitas yang serup dengan indometasin.
f. Penggantian gugus metoksi dengan gugus F dan Cl dengan gugus metilsulfinil, seperti
yang terlihat pada sulindak, akan meningkatkan kelarutan dalam urin dan menunrunkan
efek samping iritasi lambung.

Contoh Obat :
Feutiazak, Asam Tiaprofenat, Asam Metiazinat.
Antiinflamasi Non Steroid (AINS)
6. Turunan Oksikam
a. Piroksikam
 Mempunyai aktivitas analgesik, antirematik dan antiradang yang kurang
lebih sama dengan indometasin, dengan mas kerja yang cukup panjang.
 Kadang-kadang digunakan untuk pengobatann penyakit pirai akut.
 Menimbulkan efek samping iritasi saluran cerna cukup besar.
 Piroksikam diabsorpsi dengan baik dalam saluran cerna, kurang lebih 99%
obat terikat oleh protein plasma. Kadar plasma tertinggi dicapai dalam 3-5
jam setelah pemberian oral, dengan waktu paro plasma kurang lebih 30-60
jam.
Dosis : 20mg/hari.
b. Tenoksikam
 Mempunyai aktivitas antiradang, analgenik-antipiretik dan juga
menghambat agregasi platelet.
 Tenoksikam digunakan terutama untuk mengurangi rasa nyeri akibat
peradangan dan kelainan degeneratif pada sistem oto rangka.
 Efek samping iritasi saluran cerna cukup besar.
 Tenoksikam mempunyai masa kerja yang panjang dan waktu paro
biologisnya kurang lebih 72 jam.

Dosis : 20mg/hari.
Antiinflamasi Non Steroid (AINS)
7. Turunan lainnya (Benzidamin Hcl)
• Mempunyai efek analgesik dan antiradang yang tepat digunakan untuk
pemakaian sistemik dan setempat.
• Digunakan sebagai antiradang pada urologi, pembedahan dan ortopedi.
• Dalam bentuk obat kuur, benzidamin digunakan untuk kondisi peradagan
pada rongga mulut dan kerongkongan, serta untuk antiradang setelah
operasi gigi.
Dosis : 50mg tiga kali sehari.

Contoh turunan lain-lain :


Tinoridin dan Asam niflumat.
2. Antiinflamasi Steroid

 Dari model molekul menunjukkan bahwa molekul steroida adalah planar


(datar). Atom atau gugus yang terikat pada inti molekul dapat dibedakan atas
dua jenis yaitu (Sastrohamidjojo, 1996) :
1. Atom atau gugus yang terletak disebelah atas bidang molekul yaitu pada
pihak yang sama dengan gugus metil pada C10 dan C13 yang disebut
konfigurasi. Ikatan-ikatan yang menghubungkan atom atau gugus ini dengan
inti molekul digambarkan dengan garis tebal
2. Atom atau gugus yang berada disebelah bawah bidang molekul yang disebut
dengan konfigurasi dan ikatan-ikatannya digambarkan dengan garis putus-
putus. Sedangkan atom atau gugus yang konfigurasinya belum jelas
dinyatakan dengan garis bergelombang.
 Kedua konfigurasi steroida tersebut mempunyai perbedaan yaitu
(Sastrohamidjojo, 1996) :
a. Pada konfigurasi pertama, Cincin A dan cincin B terlebur
sedemikian rupa sehingga hubungan antara gugus metil pada
C10 dan atom hidrogen pada atom C 5 adalah trans (A/B trans).
b. Pada konfigurasi kedua, peleburan cincin A dan B
menyebabkan hubungan antara gugus metil dan atom hidrogen
menjadi Cis (A/B Cis) dan konfigurasi kedua substituen adalah
steroida dimana konfigurasi atom C 5 adalah termasuk deret 5.
c. Pada kedua konfigurasi tersebut, hubungan antara cincin B/C
dan C/D keduanya adalah trans. Cincin B dan C diapit oleh
cincin A dan cincin D sehingga perubahan konfirmasi dari
cincin B dan cincin C sukar terjadi.
TERIMAKASIH

You might also like