Teknologi Partikel

(MP3042)
02 Partikel Tunggal dalam fluida

Dr. Adrian Nur, S.T., M.T

Program Studi Sarjana Teknik Kimia
02 Partikel Tunggal dalam Fluida
HUKUM TAHANAN NEWTON

Massa gas:  2
m   g d V
4
V
Percepatan gas yang dipindahkan berbanding
d lurus dengan kecepatan relatif antara bola dan
udara, jadi:
perubahan momentum 
Udara terdorong  m V   g d 2V 2
satuan waktu 4
kesamping
Massa per waktu = Definisi:
luas proyeksi bola × Laju perubahan momentum = gaya yang
kecepatan x densitas dibutuhkan untuk menggerakkan bola melalui gas
 Gaya tahanan gas atau gaya drag FD

 2 2
FD  K g d V
4

Awalnya Newton berpikir bahwa K tidak tergantung

kecepatan  benar jika Re > 1000
KOEF. DRAG VS BIL. REYNOLDS UNTUK BOLA

FD  C D  g d 2V 2
8

Bentuk lain kurvanya mirip.

Untuk Re > 1000
• Delivery van: 1,0
• Sedan: 0,5
• Mobil sport: 0,2-0,3
• Pesawat terbang: 0,04
CD 
24
Re

1  0,15 Re 0,687 
HUKUM STOKES
Persamaan Navier-Stokes untuk aliran incompressible:

DV
  p   2 V   g
dt
HUKUM STOKES
Distribusi kecepatan dan tekanan creeping flow disekitar bola:
 3 R 1 R 
3

v  v  1        sin  • p0 adalah tekanan pada bidang z

 4  r  4  r  
= 0 yang jauh dari bola.
 3  R  1  R 3  • -gz adalah tekanan hidrostatis
vr  v 1        cos  sebagai akibat dari berat fluida.
 2  r  2  r   • Suku yang mengandung v
v  0 adalah kontribusi gerak fluida.

2
3 v R
p  p0  gz    cos 
2 R r

Komponen stress tensor  dalam koordinat bola:

(diperoleh dari distribusi kecepatan dengan menggunakan tabel B.1)

3v   R 2  R 4 
 rr  2   2         
R   r   r  
4
3 v R
 r   r    sin  dan semua komponen lainnya nol
2 r r
HUKUM STOKES

Gaya oleh fluida per satuan luas pada setiap titik pada permukaan bola:
  p   rr  r  R
z
(r,,) r sin  d
Komponen z gaya ini adalah:
Bidang xz
 Elemen
permukaan
  p   rr  r  R cos   rd diferensial

Kalikan dengan elemen diferensial permukaan

x
2
R sin dd

Integralkan keseluruh permukaan bola untuk memperoleh resultante gaya

normal kearah z:

   p    R sin dd
2 
n 
F  rr r  R
2
(A)
0 0
HUKUM STOKES
Pada r = R, stress normal rr = 0  rr bisa diabaikan.

(untuk fluida Newtonian incompressible, semuanya, tiga stress normal adalah nol
pada permukaan solid diam dalam semua aliran)
Distribusi tekanan pada permukaan (r = R):

3 v  R 
2
3 v
p  p0  gz    cos  p r  R  p0  gR cos   cos 
2 R r 2 R

Substitusi ke persamaan (A) dan diintegralkan:

2   3 v 
F n       p0  gR cos   cos   R 2 sin dd
0 0
 2 R 

F n   43 R 3 g  2Rv

Gaya apung
(buoyant force) Form drag
HUKUM STOKES

Gaya per satuan luas yang diberikan oleh fluida pada arah - pada solid adalah:
  r rR

Komponen z gaya ini per satuan luas adalah:

 r r  R sin 
Kalikan dengan luas permukaan elemen R2 sin  d d dan integralkan
keseluruh permukaan bola menghasilkan gaya resultante pada arah z:

  
2 
t 
F  r r R
sin  R 2
sin dd
0 0
Distribusi shear stress pada permukaan, r = R:
4
3 v  R  3 v
 r   r    sin   r  sin 
2 r r
rR
2 R
Substitusi kedalam integral diatas menghasilkan “friction drag”:
F t   4Rv
HUKUM STOKES
Gaya total fluida terhadap bola diberikan oleh penjumlahan komponen normal
dan tangential:

F  43 R 3 g  2Rv  4Rv
Gaya apung Form drag Friction drag

atau

F  Fb  Fk  43 R 3 g  6Rv
Gaya apung Gaya kinetik

Hukum Stokes

FD  3Vd
HUKUM STOKES
Bandingkan gaya drag yang diberikan oleh hukum Stoke dengan yang
diberikan oleh hukum Newton:


FD  3Vd  C D  gV 2 d 2 untuk Re  1
8

• Hukum Stokes mengandung viskositas, tetapi bukan faktor yang terkait

dengan inertia, seperti g;
• Hukum Newton mengandung g, tetapi tidak mengandung viskositas.

24 24
CD  
 gVd Re
Partikel jatuh pengaruh gravitasi melalui fluida
KECEPATAN PENGENDAPAN

Ketika sebuah partikel dilepaskan dalam fluida diam, ia dengan cepat

mencapai kecepatan pengendapan akhir (terminal settling velocity).

FD  FG  mg
FD

3Vd 
 p   g d 3 g
6
 pd 2g
VTS  , untuk d  1 m dan Re  0,1
18

Fg
KECEPATAN PENGENDAPAN

Kecepatan pengendapan akhir untuk gaya eksternal lain.

• Gaya sentrifugal
• Percepatan sentrifugal pada lokasi
2
 p d ac V 2
partikel.
VTC  ac  T
18 R • Untuk kecepatan tangensial VT dan
jari-jari gerak R.

Mobilitas mekanis partikel B:

• Dalam hukum Stokes, gaya hambatan berbanding lurus dengan kecepatan.
• Didefinisikan sebagai ukuran kemudahan relatif untuk menghasilkan gerak steady
untuk partikel.
• Rasio kecepatan akhir partikel terhadap gaya steady yang menghasilkan kecepatan
itu.

V 1
B  untuk d  1m VTS  FG B
FD 3d
PARTIKEL BUKAN BOLA
• Persamaan drag dan kecepatan pengendapan yang telah dibahas sebelumnya berdasarkan pada
partikel berbentuk bola.
• Tetesan cairan (< 1 mm)
• Beberapa partikel padat yang terbentuk dengan kondensasi
• Sebagian besar tipe partikel berbentuk bukan bola.
• Bentuk geometri teratur:
• Kubus (partikel garam laut)
• Silinder (bakteri dan serat)
• Kristal tunggal
• Cluster bola
• Bentuknya tak beraturan:
• Partikel teraglomerasi
• Bahan yang dipecah
FAKTOR BENTUK DAN DIAMETER EKIVALEN
Faktor bentuk dinamis (Dynamic shape factor):
• Faktor koreksi yang diterapkan pada hukum Stokes untuk memperhitungkan
pengaruh bentuk pada gerak partikel.
• Didefinisikan sebagai rasio gaya hambatan sebenarnya partikel bukan bola terhadap
gaya hambatan bola yang memiliki volume dan kecepatan yang sama seperti
partikel bukan bola.

FD

3Vd e

Diameter volume ekivalen de:

• Diameter bola yang memiliki volume yang sama seperti diameter partikel tak
beraturan (bola ini disebut bola volume ekivalen).
• Dapat dipandang sebagai diameter bola yang akan dihasilkan jika partikel tak
beraturan dilebur membentuk droplet.
FAKTOR BENTUK DAN DIAMETER EKIVALEN
Hukum Stokes untuk
partikel tak
beraturan:
FD  3Vd e 

Kecepatan
pengendapan
akhir:

 p d e2 g
VTS 
18
DIAMETER AERODINAMIS

• Didefinisikan sebagai diameter partikel bola dengan densitas 1000 kg/m3 [1

g/cm3] (densitas tetesan air yang dipakai sebagai standard 0) yang memiliki
kecepatan pengendapan yang sama seperti partikel.
• Diameter Stokes ds: diameter bola yang memiliki densitas dan kecepatan
pengendapan yang sama seperti partikel.
• Kecepatan pengendapan dituliskan dalam istilah diameter tersebut:
 p d e2 g  0 d a2 g  b d s2 g
VTS   
18 18 18

• Susun ulang
12 12
 p   
d a  d e    d s  b 
 0    0 

• Untuk bola  p 
12

d a  d e  
 0 
DIAMETER AERODINAMIS:
PARTIKEL TAK BERATURAN DAN BOLA EKIVALENNYA
PENGENDAPAN PADA BILANGAN REYNOLDS TINGGI

12
 4 p d p g 
VTS  
 3C  
 CD 
24
Re

1  0,15 Re 0,687 
 D g 

• Untuk menghitung VTS, CD yang benar harus ditentukan

• Untuk mendapatkan CD, perlu Re (Vd/), yang memerlukan V diketahui.
• Dilema ini muncul karena ketergantungan fungsi VTS terhadap dp secara berangsur-
angsur berubah dari VTS  d2 dalam daerah Stokes menjadi VTS  d1/2 dalam daerah
drag Newton.
• Salah satu cara mengatasi dilema ini adalah iterasi (penyelesaian trial-and-error)
yang didapatkan dengan mensubstitusi pers. CD kedalam pers. VTS dan mencoba nilai
kecepatan yang berbeda sampai VTS tiba dalam nilai akurasi yang diinginkan.
PENGENDAPAN PADA BILANGAN REYNOLDS TINGGI

Pendekatan lain:
12
 4 p d p g  4 p d p g 4d 3  p  g g
VTS  
 3C  
 Susun ulang CD 
3  gV 2  Re2  
C D Re 2 
3 2
 D g 

• Salah satu persamaan yang menghubungkan CD dengan Re konstan

yang harus berlaku untuk partikel pada kecepatan
pengendapan akhir.
• Yang lain adalah persamaan CD pada daerah transisi C D Re 2   K
CD 
24
Re

1  0,15 Re 0,687 
CD
K
Persamaan empiris:
Re2 
  
VTS  
 d 

 exp  3,070  0,9935 J  0,0178 J 2 
 g p
 4 p  g d 3 g 
 2

J  ln C D Re  ln 
 3 2


 
PENGENDAPAN PADA BILANGAN REYNOLDS TINGGI

Problema menentukan diameter partikel jika kecepatan pengendapannya

diketahui

4 p d p g  gVd
CD  gabung Re 
3  gV 2 

C D 4  p g

Re 3 g2V 3

Persamaan empiris:

  
d 
 V

 exp 1,787  0,577 H  0,0109 H 2


 g TS 

C   4  p g 
H  ln  D   ln  2 3 
 Re   3 V 
 g 
Gerak Relatif fluida dan partikel tunggal

Gerak relatif yang dipertimbangkan mengikuti bbp kasus

Partikel stasioner dalam fluida bergerak;
Gerakan partikel dalam fluida tetap;
Partikel dan fluida bergerak dalam arah berlawanan;
Partikel dan fluida bergerak dengan arah yang sama tetapi kecepatan berbeda

Asumsi aliran di sekitar partikel bola berdiameter dp, bilangan Reynolds :

ρ densitas fluida dan µ viskositas fluida

 Upper half: intermediate Re, giving a laminar Flow unstable due
boundary layer Separation occur to increase
Minimum pressure
Stagnation point
pressure

Fig.1 Streamlines for

flow around a sphere
Lower half: high Rep, giving a turbulent boundary
layer
A wake separation

Note: The whole of the wake is a region of relatively low pressure, very close to that at the
point of separation, and much lower than the pressure near point A. Therefore the force
arising from this pressure difference is known as from drag because it is due to the (bluff)
shape of the particle. Then the total drag force is a combination of:
Skin friction and
Form drag
Perhitungan Drag Coefficient Cd:
Unfuk Rep ˂ 0.2 (laminar flow or creeping flow, Stokes’ region)
drag coefficient Cd fungsi Reynolds number. For the streamline flow range of Reynolds numbers,
Re,<0.2, the drag force F2 is given by: (6)

= (7)

sub. Eq.7 in Eq.5 to calculate ut

(8)

Eq.8 is called Stokes’ Equation , apply for Laminar or creeping flow only ,it
can be used for Rep˂ 2

Untuk 0.2˂Rep ˂ 500 or 2˂Rep ˂500 (Intermediate region or Schiller region

(9)

(10)

Untuk Newton s’ region , 500˂ Rep ˂200 000, Cd constant=0.44

(11)
 1 Ketika Reynolds number Rep mencapai sekita 300000, transisi dari laminar
ke turbulent boundary layer terjadi Sebagai hasil, nilai drag coefficient tiba tiba
jatuh menjadi 0.10 dan sisa konstanta pada nilai ini lebih tinggi drpd Rep.
2 Untuk kebanyakan bagian, partikel pada dalam aliran fluida mempunyai
Reynolds numbers lebih dari 500.

Hubungan Cd dan Rep digambarkan pada gambar (note: similar

dengan friction factor pada Re dalam aliran pipa

NOTE :Eq. 5 is
derived for spherical
particle but if non
Intermediate
spherical shape then
law
Eq5 can be written
as following form: Cd
Newton’s
law
(12) Cd=0.44
Ψ=shape
factor
Ψ=1 for spherical shape
 Hubungan antara 2 partikel dalam Fluida

i. Jika mempunyai diameter yang sama dp1=dp2

Tetapi berbeda densitas settling secara bebas dalam fluida densitas
p dalam streamline Reynolds number kisaran Rep<0.2. Rasio
terminal settling velocities ut1/ut2 diberikan

(14)

ii. Jika mempunyai densitas sama ρp1=ρp2

Tetapi diameter settling bebas dalam fluid densitas p dalam streamline
Reynolds number kisaran Rep<0.2, rasion terminal settling velocities
ut1/ut2 diberikan:
(15)

iii. Jika ut1=ut2 dalam fluida yang sama dalam streamline flow regime, densitas dan
diameters dihubungkan .

(16)
 5. Settling velocity of particle in Centrifugal
separator
A particle of mass =m rotating at a radius =r with an angular velocity
=ω is subject to a centripetal force w = = which can be made
very much ˃ than the vertically directed gravity force Fg= mg.
The terminal settling velocity ut for a single spherical particle in a
centrifugal separator can be calculated from Eq.5

(17)

A very small particle may still be in laminar flow in a centrifugal

separator, therefore, ut is given by Eq.5:

(18)

Effect particles as slurry on viscosity of fluid; Einstein showed that the distortion of
the streamlines around the particles caused the dynamic viscosity of the slurry to
increase according to the following Eq. (19)

viscosity of Volume fraction of solid=(1-ε);

slurry viscosity of
liquid α=0.02 for low concentration
6. Fluid flow through packed beds, (Fixed Beds)
Application in Industry:-
i. Fixed bed catalytic reactors, such as SO2-SO3
converters
ii. Drying columns containing silica gel or molecular sieves,
gases are passed through a bed particles
iii. Gas absorption into liquid.
iv. Filtration through a fixed bed.
Calculation of Pressure drop (∆p), & Velocity (ub)
through
Assume Beds. bed with length (L), spherical particles with
in packed
diameter dp, & the surface area (So)=6/dp, ε voidage, 1-ε=solid
particles
particles L
voidage (ε)
Thus surface area
For non-spherical particles fixed beds

When fluid flow through packed beds (L), there is ∆p across beds
due to the resistance caused by the presence of the particles.
(20)

equivalent
diameter through
fluid
the bed
Superficial velocity (u) of fluid through the bed is=Q (volumetric flow rate)/A (whole
cross-sectional flow area), therefore the mean velocity of fluid through beds is
 (21)
A Reynolds
number for
Eq.21 when combined with equation 20 can be written as
flow through a packed
bed (22)

An alternative Reynolds number has been used to correlate data and is defined
as
(23)

For a packed bed consisting of spherical particles, Eq. 23 can be written in the form
(24)

The corresponding equation for non-spherical particles is

(25)

A pressure drop ∆pf occurs in the bed because of frictional viscous and drag
forces, is given by force balance across unit cross-sectional area gives:
(26) ÷

resistance per unit area of surface be or

(R) similar to flow in pipe
 (27)

velocity through
bed
(28)

It is calculate as following:
(29)

gave the Eq.

(30)

Note: OR f can be calculate by drawn f vs. Re’b as shown in following Fig.

(Ref. VOL.2 p.197 5ed.)
Lamina flow
turbulent flow
Eq.30
 OR ∆p & u calculated by Carman’s-Kozeny Eqn. as
following:

* Eqn. * is rewritten for

packed bed as
following
(31)

(32)

Eq.32 does not hold for flow through packed beds and should be replaced
by Eqn:
(33)

Eq.33 can also be written in the form ∆p

If Kc=5, S=6/dp Eq. 34 becomes
(34)
(35) Kc parameter 3.5-
5.5 but most value
 7. Fluidization
If a fluid is passed upwards in laminar flow through a packed bed of solid particles
the superficial velocity u is related to the pressure drop ∆p by Eq.33

As the fluid velocity is increased the drag on the particles increases and a point
is reached when the viscous frictional and drag forces on the particles
become= to the weight of the particles in the fluid stream. This start of
fluidization, the bed become fluidized is known incipient fluidization or
minimum fluidization, and the velocity in this case is called minimum
fluidization velocity umf. Then the force balance umf is given by the
following Eqns.:
(36)
void fraction at
minimum
fluidization (37) Kc=5 &
S=6/dp
minimum fluidization
velocity umf
If the velocity is further increased, the bed expands , then the following cases
occur:
i. Particulate fluidization, (at all velocities of liquid & low gas velocity).
ii. Bubbling fluidization, (at higher gas velocity), similar to gas bubbles in a
 Note: In this case velocity of fluid is given by Eq.35 but use uf & ε instead of umf
& εmf
The relationship between ∆p vs. u is shown in Fig. (Ref.Vol2
p.232
As the fluid velocity is increased, the bed expands and solid particles become
entrained. Initially the smaller particles only are carried away. If the fluid is
sufficiently increased, all particles will become entrained, then velocity particles is
given by Eq.4.

Therefore
umf in practice must be mean velocity of fluid is umf ˂ u ˂ up

Fig. Pressure drop over fixed & fluidized beds

Studi kasus : Tugas Kelompok Analisis Partikel & Partikel Tunggal

Kelompok Rhodes
1 Ex. 1.1 Ex. 2.9
2 Ex. 1.2 Ex. 2.8
3 Ex. 1.3 Ex. 2.7
4 Ex. 1.4 Ex. 2.6
5 Ex. 1.5 Ex. 2.5
6 Ex. 1.6 Ex. 2.4
7 Ex. 1.7 Ex. 2.3
8 Ex. 2.1 Ex. 2.2

36
TERIMAKASIH

• SEE YOU NEXT TIME