You are on page 1of 25

KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN

USAHA PERTAMBANGAN
Oleh : Edi Basuki, ST
Inspektur Tambang

Disampaikan pada:
Rakor pengawasan dan Pengendalian Usaha Pertambangan di Jawa Tengah
Pekalongan, 26 Juli 2017
Dasar Hukum
 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara.
 Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Pertambangan Mineral dan Batubara
 Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang
 Peraturan Menteri ESDM Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara
 Peraturan Menteri ESDM Nomor 33 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pemasangan Tanda
Batas Wilayah Izin Usaha Pertambangan dan Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus
Mineral dan Batubara
 Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 555.K/26/M.PE/1995 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum.
KEWAJIBAN PEMEGANG IUP
KEWAJIBAN PEMEGANG IUP
 Tercantum dalam Lampiran I SK IUP tentang Hak dan
Kewajiban pemegang IUP

Good Mining Practice


Kewajiban
 Mengangkat Kepala Teknik Tambang
 Pematokan batas wilayah IUP
 RKAB dan RKTTL
 Laporan Produksi dan pemasaran
 Laporan berkala
 Reklamasi dan pasca tambang
Kewajiban-1
Mengangkat Kepala Teknik Tambang (KTT)
Kepmen PE No. 555.K/26/M.PE/1995
 Definiisi
Kepala Teknik Tambang adalah seseorang yang memimpin dan bertanggung jawab atas
terlaksananya serta ditaatinya peraturan perundang-undangan Keselamatan dan kesehatan
Kerja pada suatu kegiatan usaha pertambangan di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya

Pengusaha wajib menunjuk Kepala Teknik Tambang dan mendapat pengesahan dari Kepala
Inspektur Tambang (KAIT)
Kewajiban-2
Pematokan Batas Wilayah IUP
Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi
WAJIB
melakukan pemasangan Tanda Batas WIUP Operasi Produksi atau
WIUPK Operasi Produksi dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam)
bulan sejak diperolehnya IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi
Produksi.

Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi dilarang


melakukan kegiatan penambangan sebelum Tanda Batas WIUP
Operasi Produksi atau WIUPK Operasi Produksi selesai dipasang.

(Permen ESDM no 33 Tahun 2015)


Patok Batas IUP
Kewajiban -3
RKAB dan RKTTL
 Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) Pertambangan merupakan salah satu
alat perencanaan dan pengendalian manajemen dan sekaligus sebagai media
akuntabilitas manajemen dalam pertambangan.
 Rencana Kerja Tahunan Teknis dan Lingkungan (RKTTL): Dokumen yang berisikan
rencana dan realisasi kegiatan tahun sebelumnya, serta rencana kegiatan badan
usaha tambang dalam satu tahun ke depan dalam bidang Teknis, Konservasi,
Lingkungan, dan Keselamatan Pertambangan, serta Standardisasi dan Usaha Jasa,
disampaikan kepada menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya
Kewajiban -3 (lanjutan)
UU 4 Tahun 2009 Pasal 111 (1): Pemegang IUP dan IUPK wajib memberikan
laporan tertulis secara berkala atas rencana kerja dan pelaksanaan kegiatan usaha
pertambangan mineral dan batubara kepada Menteri, Gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya.
PP 55 Tahun 2010 Pasal 5 (3e): Pemberian pedoman dan standar pelaksanaan
pengelolaan usaha pertambangan meliputi: pedoman penyusunan rencana kerja
tahunan teknis dan lingkungan (RKTTL).
 Kepmentamben 1211 Tahun 1995
 Pasal 5 (1a): Kepala Teknik Tambang wajib menyampaikan laporan kepada
Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang dengan tembusan kepada Kepala Pelaksana
Inspeksi Tambang Wilayah mengenai pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Dan
Pemantauan Lingkungan secara berkala, sesuai dengan bentuk yang ditetapkan.
 Pasal 6 (1): Pengusaha pertambangan wajib menyampaikan Rencana Tahunan
Pengelolaan Pemantauan Lingkungan (RTKPL) kepada Kepala Inspeksi
Tambang dengan tembusan kepada Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.
Kewajiban-4
Laporan produksi dan pemasaran
 Memuat tentang produksi mineral dan pemasaran
 Pajak mineral

Disampaikan setiap awal bulan berikutnya kepada


Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah
Kewajiban-5
Laporan Berkala
1. Laporan Triwulan
 Laporan Triwulan Operasi produksi merupakan realisasi kegiatan operasi produksi selama 3
(tiga) bulan dari rencana kerja tahunan (RKAB dan RKTTL) . Laporan triwulan ini dilengkapi
dengan peta dan kemajuan tambang, peta pengelolaan lingkungan, peta dan data lain hasil
eksplorasi tambahan.
 Dalam laporan triwulan ini harus jelas tergambar kegiatan perusahaan selama tiga bulan meliputi
:
 Kegiatan teknis antara lain kegiatan eksplorasi tambahan, penambangan, pencucian,
pengolahan/pemurnian, pengangkutan, penjualan, pemantauan dan pengelolaan
lingkungan, reklamasi, K - 3 pertambangan, pelatihan, dilengkapi dengan peta kemajuan
tambang, peta lokasi kegiatan, statistik produksi, pemasaran, statistik kecelakaan dan lain-
lain.
 Kegiatan non teknis antara lain masalah ketenagakerjaan, penyelesaian masalah, biaya
yang telah dikeluarkan selama tiga bulan dan lain-lain.
Kewajiban-5 (Lanjutan)
2. Laporan Tahunan
 Merupakan laporan tentang realisasi pelaksanaan kegiatan selama satu tahun takwin.
Dalam laporan tahunan harus jelas tergambar semua kegiatan perusahaan selama 1 (satu)
tahun

Pedoman penyusunan Laporan mengacu pada:

Kepmen ESDM 1453.K/29/MEM/2000

Laporan disampaikan dalam jangka waktu paling lama


30 (tiga puluh) hari kalender setelah berakhirnya tiap
triwulan atau tahun takwim
Kewajiban-6
Reklamasi dan Pasca Tambang
 Reklamasi
 (UU No. 4 Thn 2009 pasal 1 ayat 26)
 adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk
menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem
agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya

 Pascatambang
 (UU No. 4 Thn 2009 pasal 1 ayat 27)
 adalah kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir sebagian atau
seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan
alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah penambangan
Reklamasi dan Pasca Tambang

Rencana Reklamasi dan Rencana Pasca Tambang


 Pasal 99
1) Setiap pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan rencana reklamasi dan rencana
pascatambang pada saat mengajukan permohonan IUP Operasi Produksi atau IUPK
Operasi Produksi.
2) Pelaksanaan reklamasi dan kegiatan pascatambang dilakukan sesuai dengan peruntukan
lahan pascatambang.
3) Peruntukan lahan pascatambang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicantumkan dalam
perjanjian penggunaan tanah antara pemegang IUP atau IUPK dan pemegang hak atas
tanah.

Persetujuan Menteri/Gubernur
Reklamasi dan Pasca Tambang
Pelaksanaan Reklamasi Tahap Operasi Produksi
Pelaksanaan reklamasi wajib dipimpin oleh Kepala Teknik Tambang yang dibantu oleh petugas
yang berkompeten di dalam pelaksanaan reklamasi dan pascatambang.

Pemegang IUP/ IUPK Operasi Produksi wajib melaksanakan reklamasi tahap operasi produksi
pada lahan terganggu akibat kegiatan operasi produksi meliputi lahan bekas tambang dan lahan
di luar bekas tambang yang tidak digunakan lagi

Lahan di luar bekas tambang dengan sistem tambang terbuka antara lain:
a. tempat penimbunan tanah penutup;
b. tempat penimbunan bahan tambang;
c. jalan tambang dan/atau jalan angkut;
d. pabrik/instalasi pengolahan dan pemurnian;
e. bangunan/instalasi sarana penunjang;
f. kantor dan perumahan;
g. pelabuhan khusus/dermaga; dan/atau
h. lahan penimbunan dan/atau pengendapan tailing.
Reklamasi dan Pasca Tambang
Pelaporan
Pemegang IUP/IUPK Operasi Produksi wajib menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan
reklamasi tahap operasi produksi disertai dengan permohonan pencairan jaminan reklamasi
setiap 1 (satu) tahun kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya
Dalam hal areal yang sudah direklamasi akan dibuka kembali untuk kegiatan penambangan,
pemegang IUP/IUPK Operasi Produksi wajib menyampaikan rencana kegiatan penambangan
untuk mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal atas nama Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Rencana kegiatan penambangan wajib memperhitungkan nilai keekonomian reklamasi yang


telah dilaksanakan.

Pelaksanaan reklamasi tahap operasi produksi wajib dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh)
hari kalender setelah tidak ada kegiatan pada lahan terganggu.

Bilamana tidak ada kegiatan namun akan direncanakan untuk dilanjutkan kembali, maka
reklamasi dilaksanakan dalam rangka pengendalian kualitas air permukaan, erosi, dan
sedimentasi.
Reklamasi dan Pasca Tambang

Pelaksanaan dan Pelaporan Pasca tambang

Pelaksanaan pascatambang wajib dipimpin oleh Kepala Teknik Tambang


yang dibantu oleh petugas yang berkompeten di dalam pelaksanaan
reklamasi dan pascatambang.
Pascatambang wajib dilaksanakan paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kalender setelah kegiatan penambangan dan/atau pengolahan dan/atau
pemurnian berakhir.

Pemegang IUP/ IUPK Operasi Produksi wajib menyampaikan laporan


pelaksanaan kegiatan pascatambang disertai permohonan pencairan jaminan
pascatambang setiap triwulan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
Reklamasi dan Pasca Tambang

Jaminan Reklamasi dan Jaminan Pasca Tambang

 (1) Pemegang IUP dan IUPK wajib menyediakan dana jaminan reklamasi dan dana
jaminan pascatambang.
 (2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dapat
menetapkan pihak ketiga untuk melakukan reklamasi dan pascatambang dengan dana
jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
 (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberlakukan apabila pemegang IUP
atau IUPK tidak melaksanakan reklamasi dan pascatambang sesuai dengan rencana yang
telah disetujui.
Reklamasi dan Pasca Tambang

Penempatan jaminan reklamasi tidak


menghilangkan kewajiban Pemegang IUP/IUPK
untuk melaksanakan reklamasi.

Kekurangan biaya untuk menyelesaikan


reklamasi dari jaminan yang telah ditetapkan,
tetap menjadi tanggung jawab Pemegang
IUP/IUPK.
Reklamasi & Revegetasi
Penataan Lahan & kendali erosi Top Soil Spreading

Cover Croping Revegetasi (Pioneer Plantation)

22 22
Kegiatan Reklamasi PT. Holcim Indonesia Tbk
Sanksi administratif
UU No 4 Tahun 2009
Pasal 151
1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berhak memberikan
sanksi administratif kepada pemegang IUP, IPR atau IUPK atas pelanggaran ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (3), Pasal 40 ayat (5), Pasal 41, Pasal 43, Pasal
70, Pasal 71 ayat (1), Pasal 74 ayat (4), Pasal 74 ayat (6), Pasal 81 ayat (1), Pasal 93 ayat
(3), Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97, Pasal 98, Pasal 99, Pasal 100, Pasal 102, Pasal 103, Pasal
105 ayat (3), Pasal 105 ayat (4), Pasal 107, Pasal 108 ayat (1), Pasal 110, Pasal 111 ayat (1),
Pasal 112 ayat (1), Pasal 114 ayat (2), Pasal 115 ayat (2), Pasal 125 ayat (3), Pasal 126 ayat
(1), Pasal 128 ayat (1), Pasal 129 ayat (1), atau Pasal 130 ayat (2).
2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a) peringatan tertulis;
b) penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan eksplorasi atau operasi produksi;
dan/atau
c) pencabutan IUP, IPR, atau IUPK.
Pasal 152
Dalam hal pemerintah daerah tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
151 dan hasil evaluasi yang dilakukan oleh Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)
huruf j, Menteri dapat menghentikan sementara dan/atau mencabut IUP atau IPR sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
If everything comes your way, you are
in the wrong lane.

TERIMA
KASIH

You might also like