You are on page 1of 7

ANALISI ARTIKEL KASUS GARUDA

INDONESIA TBK
Kelompok 1
Internal Audit
Dosen : Septa Soraida, SE., M, ACC., Ak
Anggota : Ayu Rahmawati (193020303088)
Fitri (193030303238)
Friswando Windusa (193030303235)
Ike Dwi Synarni (193020303071)
Michael Fro Dayindo (193030303198)
Widaso Siahaan (BCA 117 139)
Yongki Saputra (193010303034)
BERDASARKAN ANALISIS TENTANG KASUS PT GARUDA INONESIA
TBK, YANG KAMI LAKUKAN YAITU ADALAH SEBAGAI BERIKUT :

• KRONOLOGI TERJADINYA KASUS PT GARUDA INDONESIA TBK

Dilansir dari CNN Indonesia, kronologi terkuaknya skandal laporan keuangan Garuda
Indonesia berawal dari pelaporan kinerja keuangan pada tahun 2018 yang diserahkan
ke Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dalam laporan keuangan, perusahaan dengan kode saham GIAA berhasil meraup
laba bersih sebesar US$809 ribu, berbanding terbalik dengan kondisi 2017 yang
merugi sebesar US$216,58 juta. Kinerja ini terbilang cukup mengejutkan lantaran pada
kuartal III 2018 perusahaan masih merugi sebesar US$114,08 juta.
Selanjutnya pada akhir bulan April, PT Garuda Indonesia Tbk. mengadakan
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta. Salah satu mata
agenda rapat ini adalah mengesahkan laporan keuangan tahunan 2018. Namun,
dalam RUPST tersebut terjadi kisruh. Dua komisaris Chairal Tanjung dan Dony
Oskaria selaku perwakilan dari PT Trans Airways menyatakan disenting opinion
dan tak mau menandatangani laporan keuangan tersebut.
• BENTUK KELALAIAN PADA KASUS PT GARUDA INDONESIA

Pihak OJK yang diwakili oleh Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Manajemen
Strategis, Anto Prabowo, mengungkapkan bahwa PT Garuda Indonesia Tbk. telah terbukti
melanggar Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM).
Peraturan Bapepam dan LK Nomor VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan
Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik, Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8
tentang Penentuan Apakah Suatu Perjanjian Mengandung Sewa, dan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.
Beban yang ditanggung Garuda Indonesia menjadi lebih besar untuk membayar Pajak
Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Padahal, beban itu seharusnya
belum menjadi kewajiban karena pembayaran dari kerja sama dengan Mahata belum
masuk ke kantong perusahaan.

Akuntan Publik tidak bisa mempertimbangkan fakta-fakta setelah tanggal laporan


keuangan sebagai dasar perlakuan akuntansi, dimana hal ini melanggar SA 560.
• DAMPAK DARI TERJADINYA KASUS PT GARUDA INDONESIA TBK

Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi menjatuhkan sanksi kepada PT Garuda Indonesia
Tbk (GIAA) atas kasus klaim laporan keuangan perseroan yang menuai polemik.
Beberapa sanksi yang dijatuhkan antara lain denda senilai Rp 250 juta dan restatement
atau perbaikan laporan keuangan perusahaan dengan paling lambat 26 Juli 2019 ini.
Sebelum mengaudit keuangan perusahaan kembali. auditor akan meminta beberapa
dokumen yang akan dibutuhkan. Beberapa dokumen yang dibutuhkan antara lain:
1. Salinan laporan keuangan
2. audit sebelumnya
3. Nota keuangan
4. Debit dan kredit perusahaan
5. Bagan organisasi, supaya bisa melihat orang yang bersangkutan dalam kasus tersebut
6. Daftar nama dewan beserta komite yang terkait
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

You might also like