You are on page 1of 29

Gangguan Pola Tidur Pada Lansia

Adlei Brynt Y Hutagalung (1851046)


Angeline P Hutapea (1851012)
Karina Sekar G Rusdiantho (1851029)
Kevin W Panjaitan (1851055)
Pola Tidur
• Pola tidur dapat diartikan sebagai sistem atau
susunan perubahan status kesadaran yang
terjadi selama periode tertentu sebagai bentuk
mekanisme tubuh untuk beristirahat.
• Menurut Prayitno (2002) Pola tidur adalah
model, bentuk atau corak tidur dalam jangka
waktu yang relatif menetap dan meliputi:
(1) Jadwal Tidur dan Bangun,
(2) Irama Tidur,
(3) Frekuensi Tidur dalam Sehari,
(4) Mempertahankan Kondisi Tidur, dan
(5) Kepuasan Tidur.
Kebutuhan Tidur Sesuai Dengan Usia Menurut Kemenkes,
(2018)

Usia 3-6
Tahun
Usia 1- 18 Kebutuhan
tidur yang
Bulan Usia 18-40 Lansia
sehat di usia Usia 6-12 tahun
Pada usia ini, anak menjelang Anak usia ini tahun Kebutuhan
bayi masuk sekolah membutuhkan Orang Dewasa tidur terus
membutuhkan ini, mereka waktu tidur 10 Usia 12-18 tahun membutuhkan menurun,
waktu tidur membutuhkan jam. Menurut Menjelang waktu tidur 7 - cukup 7 jam
Usia 0-1 12-14 jam waktu untuk penelitian, anak remaja, 8 jam setiap perhari.
istirahat tidur yang tidak kebutuhan tidur
Bulan setiap hari hari. Para Demikian
11-13 jam, memiliki waktu yang sehat adalah
Bayi yang termasuk tidur termasuk tidur istirahat yang 8-9 jam. Studi dokter juga jika
usianya baru siang. Tidur siang. Menurut cukup, dapat menunjukkan menyarankan telah
mencapai 2 cukup akan penelitian, anak menyebabkan bahwa remaja bagi mereka mencapai
bulan, membuat usia di bawah mereka menjadi yang kurang tidur, yang ingin lansia yaitu
tubuh dan enam tahun hiperaktif, tidak lebih rentan hidup sehat 60 tahun ke
umumnya
yang kurang konsentrasi terkena depresi,
membutuhka otak bayi tidur, akan
untuk atas,
belajar, dan tidak fokus dan
n tidur 14-18 berkembang cenderung memilki masalah punya nilai menerapkan kebutuhan
jam setiap baik dan obesitas di pada perilaku di sekolah yang aturan ini pada tidur cukup 6
hari. normal. kemudian hari sekolah buruk kehidupannya. jam per hari
Faktor-faktor Yang mempengaruhi Kualitas Tidur Lansia
• Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah faktor penting seperti kepadatan dan luas kamar,
pencahayaan terlalu terang, kebisingan dari kegiatan panti dan kebersihan
lingkungan yang diciptakan antar individu (B. Chen, 2019).
• Faktor Stress Psikologi
Lansia yang tinggal di panti berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda.
Hal ini membuat faktor stress antar lansia satu dan yang lainya beberbeda.
• Faktor Gizi
Kondisi fisik yang baik akan mendukung lanjut usia memiliki gaya hidup yang
baik, sehingga meningkatkan status kesehatannya.
• Faktor Olahraga / Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan faktor penting untuk menjaga kesehatan pada lansia.
• Kualitas tidur pada lansia
Kualitas tidur merupakan kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga
seseorang tersebut tidak
memperlihatkan tanda-tanda kurang tidur dan tidak mengalami masalah dalam
tidurnya. Kualitas tidur mencakup durasi tidur, latensi tidur, serta aspek
subjektif seperti tidur malam dan istirahat. Kualitas yang baik dilihat dari
kebugaran, kesehatan dan bagaimana seseorang itu terlihat segar di pagi hari
Gangguan Pola Tidur yang sering terjadi pada lansia
adalah...
Insomnia Primer
1. INSOMNIA Insomnia primer di tandai dengan keluhan sulit untuk memulai tidur. Keadaan ini
berlangsung paling sedikit selama 1 bulan. Seseorang dengan insomnia primer sering
“Seseorang Sulit Mendapat mengeluh sulit masuk tidur dan terbangun berkali-kali. Bentuk keluhannya bervariasi
dari waktu ke waktu.
Kualitas Tidur Yang Baik Di
Malam Hari.” Insomnia Kronis
Insomnia kronis dapat disebabkan oleh kecemasan, dapat juga terjadi akibat kebiasaan
perilaku maladaptive di tempat tidur. Adanya kecemasan yang berlebihan karena tidak
bisa tidur menyebabkan seseorang berusaha keras untuk tidur tapi ia semakin tidak bisa
tidur.

Insomnia idiopatik
merupakan insomnia yang telah terjadi sejak dini. Terkadang insomnia ini sudah terjadi
sejak lahir dan dapat berlanjut selama hidup. Penyebabnya pun tidak jelas, ada dugaan
disebabkan oleh ketidakseimbangan neurokimia otak di formasioretikularis batang otak
atau disfungsi forebrain.
Lansia yang tinggal sendiri atau ada rasa takut pada malam hari dapat menyebabkan
kesulitan tidur. Hal ini dapat menyebabkan penurunan mood (risiko depresi dan
ansietas), menurunkan motivasi, energy dan konsentrasi serta menimbulkan rasa malas.
Kualitas hidup berkurang menyebabkan lansia tersebut lebih sering menggunakan
fasilitas kesehatan
• Gangguan tidur yang satu ini juga cukup sering
terjadi pada lansia. Sleep apnea muncul akibat
sistem pernapasan terganggu oleh dinding
2. SLEEP APNEA
tenggorokan.
• Hal yang terjadi adalah otot di belakang
tenggorokan terlalu rileks dan menyebabkan jalan
napas menyempit bahkan menutup. Kalau itu yang
terjadi, risiko pemblokiran udara akan semakin
besar, baik sebagian maupun seluruhnya.
• Secara otomatis kadar oksigen dalam darah akan
menurun dikarenakan napas berhenti, biasanya
selama 10-20 detik. Saat asupan oksigen dalam
tubuh berkurang, otak menjadi panik dan
membangunkan tubuh dengan paksa untuk
bernapas kembali.
• Kabar buruknya, sleep apnea bisa berakibat fatal,
bahkan menyebabkan pengidapnya kehilangan
nyawa.
• Sleep apnea bisa dihindari dengan menjauhi
penyebabnya, seperti kebiasaan merokok,
konsumsi minuman beralkohol, serta gaya hidup
tidak sehat.
3. Gangguan Ritme Sirkadian
• Lansia rentan mengalami gangguan ritme
sirkadian, yaitu istilah untuk kekacauan
dalam pengaturan jam biologis tubuh.
• Ritme Sirkadian merupakan jam biologis
tubuh yang mengatur aktivitas gelombang
otak, regenerasi sel, produksi hormon,
hingga siklus tidur dan bangun manusia.
• Seiring berjalannya umur, ritme sirkadian
akan ikut melemah. Dengan kata lain,
gangguan ini menjadi salah satu jenis
masalah tidur yang sering dialami lansia. 
• Akibatnya, gangguan ini dapat
meningkatkan frekuensi terbangun di malam
hari dan munculnya rasa kantuk ekstrem di
siang hari.
4. Mendengkur 
• Mendengkur adalah gangguan tidur yang terjadi
akibat aliran udara melalui hidung dan mulut
terganggu. Ada beberapa faktor yang bisa
menyebabkan seseorang mendengkur, mulai dari
gangguan pada saluran hidung, masalah pada
tenggorokan, termasuk juga faktor usia. 
• Mendengkur bisa memicu pengidapnya sering
terbangun dari tidur, sehingga menyebabkan
kurang tidur. Jika terus dibiarkan, kondisi ini
bisa berkembang menjadi lebih serius.
Mendengkur yang dibiarkan bisa memicu
gangguan pernapasan, peningkatan tekanan
darah, hingga penambahan beban kerja jantung. 
Penyebab Lansia Mengalami Gangguan Pola Tidur
• Kondisi psikologis: Stress, depresi, atau kecemasan, akibat kesendirian, pasangan meninggal,
merasa tidak berguna, ataupun merasa diabaikan oleh keluarga.
• Kelainan-kelainan kronis. diabetes, sakit ginjal, artritis, atau penyakit yang mendadak
seringkali menyebabkan kesulitan tidur.
• Efek samping pengobatan pengobatan untuk suatu penyakit juga dapat menjadi penyebab
insomnia.
• Pola makan yang buruk, mengkonsumsi makanan berat saat sebelum tidur bisa
menyulitkan untuk tidur.
• Kafein, nikotin, dan alkohol.
• Kurang berolahraga. Juga bisa menjadi faktor sulit tidur yang signifikan.
• Faktor lingkungan atau kebiasaan di siang hari juga dapat menyebabkan tidak dapat tidur pada
malam hari. Seperti, kurangnya aktivitas pada siang hari, tidur siang, ataupun kondisi kamar
tidur yang tidak nyaman, misalnya suhu kamar terlalu dingin atau panas, tempat tidur yang
tidak nyaman, maupun lingkungan sekitar kamar berisik. 
1. Rendam Air Hangat Pada Kaki 7. Terapi Akupressure
2. Terapi Mindfulness 8. Terapi Musik
3. Terapi Massage Punggung 9. Senam Bugar
4. Terapi Madu 10.Terapi Aromatherapi lavender
5. Terapi Relaksasi 11. Terapi SEFT
6. Terapi Food Massage 12.Swedish Massage

PENATALAKSANAAN
LANSIA DENGAN
GANGGUAN POLA TIDUR
• Pada Penelitian ini dilakukan pada lansia yang
berumur 60-74 tahun sebanyak 20 orang lansai
yang mengalami gangguan tidur;insomnia.
Pengaruh Rendam Air Hangat Pada Kaki Terhadap
Insomnia Pada Lansia:
a) Terapi Rendam Kaki dengan air hangat dapat
dilakukan untuk jangka waktu yang terbatas dan
biasanya tidak memiliki efek samping.
b) Rasa hangat yang langsung menyentuh kulit
yang terdapat banyak pembuluh darah
memberikan efek relaksasi sehingga endorphin
dilepaskan menyebabkan rasa rileks.
c) Air hangat memberikan efek sedasi yang dapat
merangsang tidur. Merendam kaki dalam air
hangat yang bertemperatur 37-39°C akan
menimbulkan efek sopartifik (ingin tidur) dan
mengatasi gangguan tidur.
• Ditunjukkan adanya penurunan rata-rata dari
pretest 14,65 ke posttest 10,75
Pada Penelitian ini dilakukan pada
60 orang (35 laki-laki, 25
Perempuan) lansia yang ada di
Panti Sosial Tresna Werdha Kota
Bengkulu.
• Setelah dilakukan wawancara
dengan sejumlah lansia dan
perawat pelaksana, ditemukan
bahwa terdapat lebih dari 40%
orang lansia yang mengalami
gangguan tidur, rata-rata lansia
tersebut mengeluh sulit untuk
memulai saat tidur disusul
dengan terbangun pada malam
hari, dengan jumlah jam tidur 5
jam setiap malam
• Adapun faktor yang
mempengaruhi diantaranya
penyakit dan stress, sedangkan
20% lansia mengatakan cemas
dan takut menghadapi kematian.
Perawat dapat bekerja sama dengan
lansia untuk menetapkan tujuan
manajemen diri (self-care) dan
mendukung perilaku manajemen diri
yang positif diantaranya dengan
melakukan aktivitas seperti terapi
mindfulness ini. Dan pendampingan
selama terapi dilakukan

• Berdasarkan prinsip kerjanya terapi dzikir merupakan salah satu jenis terapi yang
memberikan efek psikologis dan efek neurologis.
• Lantunan irama tersebut memperbaiki fisiologis saraf-saraf, sehingga perbaikan
mekanisme tubuh lansia terjadi.
• Do’a atau dzikir merupakan salah satu bentuk dari meditasi yang dalam praktiknya
berfokus pada kata-kata suci yang dapat memberikan efek ketenangan dan efek seperti
latihan relaksasi.
• meningkatkan kualitas tidur seseorang dengan cara menghambat produksi hormon stress
misalnya adrenalin dan kortisol yang akan memicu perubahan fisiologis.
• Pada Penelitian ini dilakukan dengan sampel 20 lansia di
Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti Medan dengan kriteria
responden yang mengalami insomnia atau gangguan tidur,
menderita penurunan kualitas tidur, lansia yang bersedia
menjadi responden penelitian, mampu melakukan interaksi
dan komunikasi dengan baik.
• Sebelum dilakukan Intervensi dilakukan pretest terlebih
dahulu dengan mengisi kuesioner KSPBJ (IRS-Insomnia
Rating Scale).
• Setelah itu dilakukan intervensi yaitu tindakan terapi massage
punggung dilakukan 2 kali tindakan dengan durasi 30 menit
selama 1 minggu.
• Setelah itu dilakukan Posttest dilakukan dengan kuesioner
yang sama untuk evaluasi akhir.
• Massage dapat menstimulasi morphin endogen yaitu hormon
endorphin, enkefalin, dan dinorfin serta dapat menimbulkan
adanya relaksasi pada otot, yang berfungsi sebagai
meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur, mempercepat
proses tidur, dan dapat membantu menurunkan gejala
gangguan tidur pada lansia.
• Dengan timbulnya hormon tersebut saat setelah dilakukan
massage atau massase pada lansia yang mengalami insomnia
atau gangguan tidur akan dapat meningkatkan serta
menambah kualitas dan kuantitas tidur lansia.
• Dengan Gerakan Stroking, petrisage, friction dan skin rolling
• Menurut National Institute of Health (NIH), terapi komplementer dikategorikan menjadi 5 yaitu : (1)
Biological based practice : Herbal, vitamin dan suplemen lain, (2) Mind-body techniques : Meditasi,
(3) Manipulative and body-based practice : Pijat (massage), refleksi (4) Energy therapies : Terapi
medan magnet, (5) Ancient medical systems : Obat tradisional chinese, ayurvedic, akupunturr.
• Terapi pijat (massage) merupakan tindakan manipulasi otot-otot dan jaringan dalam tubuh dengan
tekanan, menggosok, dan vibrasi atau getaran dengan menggunakan sentuhan tangan, jari-jari tangan,
sikut, kaki, dan alat-alat manual atau elektrik untuk memperbaiki kondisi kesehatan.
• Beberapa manfaat foot massage menunjukkan bahwa foot massage merupakan elemen yang mudah
dan memiliki pengaruh besar. Menurut Trisnowiyanto (2012) dengan memberikan massage pada area
kaki dapat memperlancar sistem peredaran darah, karena pijatan memberikan efek kenyamanan,
sedatif dan mampu merangsang sistem syaraf dan meningkatkan aktifitas otot, sehingga pijatan pada
kaki dapat mengendurkan otot-otot yang membuat pasien menjadi relaks.
• Menurut Oshvandi, Abdi, Karampourian, Moghimbaghi, & Homayonfar (2014) massage pada kaki
memberi manfaat mengurangi kecemasan, stress dan nyeri yang dirasakan oleh pasien, sekalipun
massage yang diberikan dalam waktu yang pendek dan hanya pada bagian kaki saja, dapat
memberikan manfaat hati menjadi lebih tenang, stress berkurang dan peningkatan pada tidur. Dengan
demikian intervensi foot massage yang diberikan pada responden di Panti Wredha meliputi gerakan
sentuhan, pijatan serta mengurut kaki bagian bawah secara sistemik dan ritmik akan mengurangi
ketegangan otot, menciptakan suasana relaks yang pada akhirnya dapat memperbaiki kualitas tidur.
• Adapun jenis-jenis gangguan tidur yaitu gangguan tidur primer, gangguan tidur terkait gangguan mental lain,
gangguan tidur akibat kondisi medik umum dan gangguan tidur akibat zat. Yang paling sering dijumpai pada
lanjut usia saat ini adalah Gangguan tidur primer salah satunya adalah Insomnia. Insomnia merupakan kesukaran
dalam memulai dan mempertahankan tidur sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan tidur yang adekuat, baik
kualitas maupun kuantitas.
• Jika lansia kurang tidur akan mengakibatkan perasaan bingung, curiga, hilangnya produktivitas kerja, serta
menurunnya imunitas. Kurang tidur dapat memperburuk penyakit yang mendasarinya, mengubah perilaku,
suasana hati menjadi negatif, mengakibatkan kecelakaan. Insomnia juga dapat menyebabkan kematian pada
lansia.
• Terapi farmakologi memiliki efek yang cepat. Namun demikian, penggunaan obat-obatan ini dapat menimbulkan
dampak yang berbahaya bagi kesehatan lansia. Pengunaan obat tidur secara terusmenerus pada lansia
menimbulkan efek toksisitas yang tinggi. Toksisitas yang tinggi ini akan meningkat karena adanya penurunan
aliran darah dan motilitas gastrointestinal. Penurunan fungsi ginjal pada lansia yang diperburuk dengan konsumsi
obat-obatan yang secara terus menerus akan menyebabkan gagal ginjal pada lansia.
• Sedangkan terapi nonfarmakologi untuk mengatasi insomnia terdiri dari Cognitive Behavioral Therapy, Sleep
Hygiene, Stimulus Control, Sleep Restriction dan Terapi Relaksasi (Endeshaw, 2006). Salah satu terapi
nonfarmakologi yang dapat mengatasi insomnia yaitu terapi relaksasi. Terapi Relaksasi adalah suatu teknik yang
dapat membuat pikiran dan tubuh menjadi rileks melalui sebuah proses yang secara progresif akan melepaskan
ketegangan otot di setiap tubuh. Melakukan relaksasi seperti ini dapat menurunkan rasa lelah yang berlebihan.
• Salah satu terapi relaksasi adalah dengan menggunakan terapi relaksasi benson. Terapi relaksasi benson yaitu
pengobatan untuk menghilangkan nyeri, insomnia (tidak bisa tidur) atau kecemasan. Cara pengobatan ini
merupakan bagian pengobatan spiritual. Pada teknik itu pengobatan sangat fleksibel dapat dilakukan dengan
bimbingan, bersama-sama, atau sendiri. Teknik ini merupakan upaya untuk memusatkan perhatian pada suatu
focus dengan menyebut berulang-ulang kalimat ritual dan menghilangkan berbagai pikiran yang mengganggu.
• Para ahli kesehatan mengungkapkan jika madu mengandung nutrisi yang sangat baik buat merilekskan
pikiran dan membuat kualitas tidur semakin baik. Konsumsi madu sebanyak 1 sendok makan setiap hari
sebelum tidur tak hanya membuat tidur semakin nyenyak dan berkualitas saja. Lebih jauh, nutrisi didalam
madu tersebut juga bisa membunuh ses-sel berbahaya di tubuh penyebab berbagai penyakit.
• Madu mengandung sejumlah senyawa dan sifat antioksidan yang telah banyak diketahui. Sifat antioksidan
dari madu yang berasal dari zat-zat enzimatik (misalnya, katalase, glukosa oksidase dan peroksidase) dan
zat-zat nonenzimatik (misalnya, asam askorbat, α-tokoferol, karotenoid, asam amino, protein, produk
reaksi Maillard, flavonoid dan asam fenolat). Jumlah dan jenis antioksidan ini sangat tergantung pada
sumber bunga atau varietas madu, dan telah banyak banyak penelitian yang menunjukkan bahwa adanya
hubungan antara aktivitas antioksidan dengan kandungan total fenol.
• Madu adalah cairan alami yang umumnya mempunyai rasa manis yang ekskresi serangga (Gebremariam,
2014). Madu mengandung sejumlah senyawa dan sifat antioksidan yang telah banyak diketahui. Sifat
antioksidan dari madu yang berasal dari zat-zat enzimatik (misalnya, katalase, glukosa oksidase dan
peroksidase) dan zat-zat nonenzimatik (misalnya, asam taskorbat, α-tokoferol, karotenoid, asam amino,
protein, produk reaksi Maillard, flavonoid dan asam fenolat). Jumlah dan jenis antioksidan ini sangat
tergantung pada sumber bunga atau varietas madu, dan telah banyak banyak penelitian yang menunjukkan
bahwa adanya hubungan antara aktivitas antioksidan dengan kandungan total fenol.
• Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa konsumsi madu dengan dosis 15 ml selama
7 kali dalam seminggu dapat meningkatkan kualitas tidur pada lansia tanpa ada efek samping yang
bermakna karena madu yang diberikan kepada responden mengandung lebih banyak Bee Pollen dan Asam
Amino Tryptophan yang membuat hormon serotonin dan melatonin dalam otak. Dua hormon ini
berhubungan erat dengan suasana hati dan kualitas tidur.
Refferensi
• https://media.neliti.com/media/publications/156835-ID-none.pdf
• http://p2ptm.kemkes.go.id/infograpic-p2ptm/obesitas/kebutuhan-tidur-sesuai-usia
• http://www.jurnal-kesehatan.id/index.php/JDAB/article/view/175
• http://repository2.stikesayani.ac.id/index.php/pinlitamas1/article/download/316/273
• http://www.jurnalinterest.com/index.php/int/article/view/122
• https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JOTING/article/view/2068
• https://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEBIDANAN/article/view/387
• http://jurnal.healthsains.co.id/index.php/jhs/article/view/135
• http://p2ptm.kemkes.go.id/infograpic-p2ptm/obesitas/kebutuhan-tidur-sesuai-usia
• http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2524/4/Chapter2.pdf
• https://www.halodoc.com/artikel/penyebab-lansia-rentan-alami-obstructive-sleep-apnea
• https://rs-alirsyadsurabaya.co.id/gangguan-tidur-lansia/
• https://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN/article/view/388
• http://repository.stikeswiramedika.ac.id/34/
• http://journal.stikeshangtuah-sby.ac.id/index.php/JIK/article/view/86
• https://jurnal.stikes-alinsyirah.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/1586
• http://jurnal.unw.ac.id:1254/index.php/ijnr/article/view/3
• http://ejurnal.akperpantikosala.ac.id/index.php/jik/article/view/195
• https://journals.umkt.ac.id/index.php/bsr/article/view/1537

You might also like