You are on page 1of 13

ANALISIS

MEDIA TELEVISI
KOMUNIKASI POLITIK B

REGINA DWI PUTRI CAHYANI


E041201008
MEDIA
KOMUNIKASI
Media Komunikasi Yaitu alat untuk mendapat legitimasi rakyat di dalam
melakukan kebijaksanaan dan sekaligus memperkuat kedudukan penguasa
melalui pesan-pesan komunikasi yang telah di interpretasikan ke dalam
simbiol-simbol kekuasaan.

Isi Pesan komunikasi pada dasarnya merupakan produk penguasa yang


diformulasikan ke dalam simbol-simbol politik. Pada dasarnya isi
komunikasi adalah seperangkat norma yang mengatur lalu lintas
transformasi pesan-pesan, panduan dan nilai-nilai idealis yang tertuju
pada upaya mempertahankan dan melestarikan sistem nilai yang sedang
berlangsung.
MEDIA KOMUNIKASI

Tujuan Komunikasi lebih banyak dilakukan untuk


menyampaikan program-program pemerintah sehingga apa
yang menjadi sebuah tujuan negara telah dirumuskan
sebelumnya bisa tercapai.

Berdasarkan Bentuknya Media Komunikasi terbagi dalam 4 macam :


1) Media Cetak : Surat kabar, brosur, bulletin, dan lain-lain.
2) Media Visual : Televisi, foto, dan lain-lain.
3) Media Audio : Radio, tape recorder, dan lain-lain.
4) Media Audio Visual : Televisi dan film
MEDIA TELEVISI
Munculnya televisi sebagai media paling disukai dalam komunikasi
politik (meskipun hal ini sering diikuti dengan gerak koran media yang
secara politis lebih bebas), yang berhubungan dengan perubahan
sosial yang lain, telah membuat hasil yang lebih luas dan tidak
disengaja (meskipun hubungan yang menjadi penyebab tidak dapat
sepenuhnya diwujudkan). Dalam hal kampanye, media massa
elektronik merupakan sebuah salauran kampanye terhadap konstituen.
Apalagi dengan arus teknologi ini, rasanya media elektronik menjadi
salauran utama bagi jalan untuk mempengaruhi pandangan masyarakat
khususnya dalam masa kampanye Pemilu. Medium ini telah
berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi.

televisi adalah sistem elektronis yang menyampaikan suatu isi pesan dalam
bentuk audiovisual gerak dan merupakan sistem pengambilan gambar,
penyampaian, dan penyuguhan kembali gambar melalui tenaga listrik. Dengan
demikian, televisi sangat berperan dalam mempengaruhi mental, dan pola pikir
khalayak umum.
KEPEMILIKAN
MEDIA TELEVISI

Hary Tanoesoedibjo Drs. Surya Dharma Paloh Anindra Ardiansyah Bakrie


Seorang pengusaha dan tokoh politik asal Pengusaha Media dan Pimpinan Putra bungsu dari bapak Aburizal
Indonesia. Hary adalah pemilik dari MNC Media Group yang memiliki Harian Bakrie selaku Ketua Pembina Partai
Group. MNC Grup memiliki empat stasiun Media Indonesia, Lampung Post, Golongan Karya. Ia merupakan
televisi (RCTI, MNCTV ,GLOBALTV, dan dan Stasiun Televisi Metro TV. . ). Di direktur utama dari stasiun televisi
 iNews TV). Di bidang politik, dia bidang politik, dia merupakan pendiri TVONE 
merupakan pendiri dan Ketua Umum dan Ketua Umum Partai Nasional
Partai Persatuan Indonesia. Demokrat
TEKANAN KONGLOMERAT MEDIA
TERHADAP OTONOMI INDIVIDUAL PARA
PRAKTISI
Media tidak dapat dipisahkan dari hubungannya antara konglomerat (pemilik) dan ruang publik.
Media memiliki peran penting dalam masyarakat, maka tak mengherankan jika industri media banyak
diminati oleh para konglomerat. Karena mengendalikan media sama saja dengan mengendalikan
publik. Adanya ruang publik merupakan salah satu hal yang membuat posisi media begitu penting
tetapi juga keterlibatan publik sehingga berperan penting dalam demokrasi. Dengan menggunakan
kekuatan media, akhirnya ide-ide dapat dengan mudah disiarkan dan menjadi opini publik.

Dikuasainya media televisi oleh orang yang tidak hanya bergerak dibidang bisnis (pengusaha) tapi
juga politikus, membuat produk televisi kini sudah tidak bisa lari dari kepetingan politik. Dua hal yakni
bisnis dan politik itu tentu saja sedikit demi sedikit telah menggusur peran televisi dalam kaitanya
dengan kepentingan publik. Maka menjadi penting bagi kita saat ini untuk menganalisis dan
mengevaluasi isi pesan media, dengan fokus utama tertuju pada isi pesan media, yang dipengaruhi
kepentingan ekonomi dan politik
TEKANAN KONGLOMERAT MEDIA
TERHADAP OTONOMI INDIVIDUAL PARA
PRAKTISI
Pemilik media demi memuluskan kepentingannya, dapat dengan seenaknya membuat berita, padahal media
massa memiliki kekuatan didalam menggiring cara berpikir, persepsi, sikap dan perilaku masyarakatnya. Apa
yang menjadi agenda media dengan berita-beritanya, akan menjadi agenda pembicaraan masyarakat pula.

Masyarakat berhak untuk mendapatkan informasi yang benar dan obyektif. Namun sayangnya, hak publik untuk
mendapatkan informasi yang benar sering tidak terpenuhi karena adanya konflik kepentingan dalam institusi
media.

Sementara itu, untuk para jurnalis media yang owner-nya melakukan intervensi, mereka terkesan dibatasi ruang
geraknya dan manut dengan peraturan, kalau mereka melawan top management, mungkin bisa terkena sanksi
perusahaan, bahkan sampai pada tahap pemecatan (sanksi ekonomi).
TEKANAN KONGLOMERAT MEDIA
TERHADAP OTONOMI INDIVIDUAL PARA
PRAKTISI
Era reformasi saat ini secara konseptual seharusnya memberikan ‘udara’ kebebasan bagi otonomi individual para
praktisi media dalam berkreasi dan berkerja sesuai naluri jurnalisnya, namun mereka mengalami kendala ketika
ingin menjalankan praktek jurnalisme secara obyektif/netral, selama ada campur tangan media owner yang
menginginkan segala macam kepentingannya (kepentingan bidang politik, ekonomi, budaya dan sebagainya)
diberitakan di medianya. Bila pada masa Orde Baru, sesuatu yang menghantui otonomi individu para praktisi yaitu
SIUPP (Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers) yang dikeluarkan pemerintah, namun hantu itu saat ini berupa
intervensi para konglomerat media pada bagian news room.

Media massa dapat diibaratkan sebagai suatu pabrik. Bila pemilik pabrik menginginkan rancangan hasil produksi
sesuai keinginannya, maka output-nya akan sesuai dengan rancangan tersebut. Kreativitas pekerja akan
terbatasi, selama situasi kerja mereka masih dibawah tekanan, intervensi dan aturan yang mengikat dari top
management.
KEBERPIHAKAN STASIUN
TELEVISI PADA PEMILU
PRESIDEN 2014
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mencatat stasiun televisi milik petinggi partai politik
menunjukkan keberpihakan kepada pasangan calon-calon presiden tertentu. :
• Data KPI, sebagaimana dilansir Koran Tempo pada berita utamanya Senin, 26 Mei 2014
menyebutkan Metro TV menayangkan berita soal Jokowi sebanyak 62 kali pada 6-15 Mei.
Pada periode yang sama iklan kampanye di Metro TV mencapai 96 kali. Bahkan usai
deklarasi pemberitaan soal Jokowi di Metro TV bisa mencapai 15 kali tiap hari. Hal Dukungan Media Televisi pada Pemilu
tersebut melanggar aturan maksimal 10 kali setiap hari dengan durasi masing-masing 2014
paling lama 30 detik. Sebaliknya, pemberitaan soal Prabowo di Metro TV hanya 22 kali dan
Pasangan Dukungan Media
penayangan iklan kampanye Prabowo di Metro TV nihil. Televisi
• TV One juga memperlihatkan keberpihakannya dengan menyiarkan secara langsung
deklarasi duet Prabowo-Hatta Rajasa dari Taman Makan Pahlawan Kalibata pada Senin, Jokowi-Jusuf Metro TV
19 Mei 2014. Sementara pemberitaan Jokowi, TV One sebagaimana diungkap koordinator Kalla
divisi penelitian Remotivi Muhammad Heychael Jokowi merupakan tokoh politik dengan Prabowo-Hatta MNC Group (MNC TV,
berita negatif terbanyak di TV One, yaitu 30.7 persen. RCTI, Global TV, Sindo
• Adapun pemilik Media Nusantara Citra, Harry Tanoesoedibjo berada di barisan pendukung TV) dan BAKRIE Group
capres Prabowo Subianto ( ANTV dan TV ONE)
PARTAI NASDEM DAN
METRO TV
PARTAI GOLKAR DAN TV ONE
PARTAI PERINDO DAN MNC
GROUP
THANK YOU

You might also like