You are on page 1of 52

ANALGETIKA

OLEH : SARI MEISYAYATI


Nyeri

Adalah :
Perasaan yang tidak menyenangkan yang
diakibatkan karena kerusakan jaringan
 Merupakan mekanisme perlindungan untuk
memberi peringatan tentang adanya
kerusakan jaringan atau penyakit
 Merupakan bagian dari proses
penyembuhan
Struktur pada sistem syaraf pusat yang berperan dalam
persepsi nyeri: thalamus, hypothalamus, formasi
reticular, sistem limbik, area occipital and frontal
dari cortex
Sistem yang berkaitan dengan pembentukan dan
persepsi nyeri disebut- nociceptive
Sejumlah neurotranmiter dan mediator
kimiawi yang berperan dalam proses
pembentukan nyeri
 Glutamat
 senyawa P
 Bradikinin
 Histamin, menghasilkan efek vasodilasi dan edema
 Norepinefrin
 Serotonin
 Prostaglandin
 Sitokin dan interleukin dan bersirkulasi dan meningkatkan produksi prostaglandin di otak , akumulasi
sejumlah mediator dapat menghasilkan pelepasan prostaglandin lanjutan sehingga mengghasilkan kondisi
hiperalgesia
Pemrosesan nyeri pada syaraf tulang belakang
Sistem yang melindungi tubuh dari nyeri – antinociceptive
Hubungan antara tipe reseptor opioid dengan
sejumlah efek
Analgetika

Definisi :
 Senyawa yang mampu meringankan dan menekan rasa nyeri secara melalui penghambatan respon
terhadap stimulus nyeri pada reseptor opioid, reseptor lain yang terlibat dalam pemrosesan nyeri dan
melalui penghambatan pembentukan prostaglandin.
Penggolongan analgetika

Analgetika Analgetika non opiat


Opiat  AINS
• Morfin, Codein dan senyawa codein  Aspirin, Parasetamol, Indometasin
 Etodolac,ketorolac, Asam mefenamat
• Oxycodone &hydrocodone
 Natrium diklofenak, Celecoxib, Piroksikam
• Hidromorfon,oksimorfon  Analgesik tipe antikonvulsan
• Nalbuphine, butorphanol  Gabapentin,pregabalin, karbamazepin,lamotigrin
 NMDA Antagonis
• Meperidin  Ketamin, memantin, dekstrometorfan
• Fentanyl  Analgesik tipe antidepresan
 Amitriptilin, trazodone, duloksetin
• Methadone  Relaksan otot
• Tramadol & tapentadol  Siklobenzaprin, Baklofen
Analgetika opiat

 Dikenal sebagai analgetik narkotika atau senyawa obat mirip morfin


 Digunakan untuk meredakan nyeri berat
 Menimbulkan banyak efek lain seperti :
 perubahan mood
 euphoria
 Drowiness
 Penenang
 depresi pernafasan
 penekanan refleks batuk
 hipotensi ortostatik
 mual & muntah
 ,penekanan fungsi saluran cerna
 Pada pemakaian berulang dapat timbul toleransi dan ketergantungan
Reaksi Putus Obat (Sakau)

Muncul ketika obat opiat dihentikan secara tiba-tiba


 Nyeri dan Iritabilitas
 Hiperventilasi
 Disphoria dan depresi
 Tidak tenang dan insomnia
 ketakutan and hostility
 Peningkatan tekanan darah
 Diare
 Dilatasi pupil
 Hyperthermia
 Lakrimasi, pilek
 Ejakulasi spontan
 menggigil
Penggolongan analgetika opiat
Selektifitas senyawa opioid
pada sejumlah reseptor opioid
MORFIN

 Indikasi
 nyeri berat baik akut maupun kronis, nyeri yang disebabkan:
kondisi infark miokardium (MI),nyeri karena kanker
 Nafas pendek karena kanker dan non kanker

 Merupakan senyawa yang tinggi tingkat adiksinya

Efek samping :
 Konstipasi, ketidakseimbangan hormon, depresan SSP

Toksisitas :
 asfiksia dan kematian yang disebabkan karena depresi pernafasan berat
Overdosis morfin dapat diatasi dengan pemberian antagonis reseptor opioid (naloxone dan naltrexone)
Dosis Umum Morfin
ABSORPSI DISTRIBUSI METABOLISME EKSKRESI
 Umumnya dapat diabsorpsi  Kadar morfin yang  Secara umum dimetabolisme  Morfin 3-glukoronida dan
dengan baik melalui saluran terikat dengan potein di hati morfin 6-glukoronida
cerna plasma sekitar 1/3 diekresi melalui ginjal
(33%)  Morfin mengalami konjugasi
 Absorpsi analgetika opioid dengan asam glukoronida
dapat pula melalui dinding  Kadarnya di jaringan menjadi morfin 6-glukoronida
rektal, nasal, mukosa cenderung rendah dan morfin 3-glukoronida
mulut,massa otot serta dapat setelah 24 jam diberikan
berpenetrasi melalui  Morfin 6-glukoronida 2 x lebih
pemberian epidural, intratekal, poten dibanding morfin
saraf tulang belakang  Pada pasien dengan gangguan
ginjal efek morfin berlangsung
lebih lama disebabkan karena
terakumulasinya morfin 6-
glukoronida dalam darah.
Kontra indikasi penggunaan morfin

 Depresi pernafasan
 Gagal ginjal
 Peningkatan tekanan intrakranial
 Kolik bilier
KODEIN

Memiliki potensi analgesik 1/10 dari morfin


 Senyawa opioid yang digunakan untuk meredakan nyeri ringan sampai sedang, batuk dan diare
 Sering dikombinasi dengan parasetamol untuk meningkatkan efek analgesiknya
 Tidak tersedia sediaan untuk rute i.v karena dapat memicu reaksi anafilaksis
 Penggunaan kodein pada anak-anak tidak direkomendasikan

Efek Samping:
Drowsiness dan konstipasi adalah efek yang paling sering muncul diantara efek samping senyawa opioid
pada umumnya
 Absorpsi
efektif diabsorpsi melalui dinding saluran pencernaan, menghasilkan potensi analgesik dan depresan pernafasan
setara 60% pemberian rute intravena
 Distribusi
Memiliki afinitas yang rendah terhadap reseptor opioid yang menimbulkan efek analgesik
 Metabolisme
Codein merupakan senyawa opiate dalam bentuk prodrug. Untuk menghasilkan efek, kodein terlebih dahulu harus
dimetabolisme menjadi bentuk aktifnya yaitu morfin dan kodein-6-glukoronida oleh enzim CYP2D6. Kodein tidak
direkomendasikan untuk digunakan pada pasien yang kekurang enzim CYP2D6 karena menyebabkan penggunaannya
tidak efektif. Pasien yang mengalami kelebihan enzim CYP2D6 dan gagal ginjal juga tidak diperbolehkan karena
berpotensi mengalami keracunan.

 Ekskresi
Eksresi utama metabolit inaktif kodein lewat ginjal
Tramadol

 Merupakan analog kodein sintetik


 Tramadol hanya digunakan untuk meredakan nyeri ringan sampai sedang dan tidak efektif untuk nyeri berat dan kronis
 Memiliki potensi anagesik setara dengan kodein dan pethidin dan 1/10 potensi morfin
 Sering digunakan untuk mengurangi nyeri saat melahirkan karena memiliki efek depresi pernafasan pada neonatus yang rendah

Mekanisme kerja :
 Selain bertindak sebagai agonis reseptor opioid μ, juga berperan sebagai inhibitor pengambilan kembali serotonin dan norepinefrin serta
antagonis reseptor NMDA
Efek samping :
mual,muntah, pusing,mulut kering, vertigo, konstipasi, drowsiness
Interaksi obat :
Kombinasi dengan amfetamin menyebabkan toksisitas yang berkaitan dengan epinefrin
Tramadol (lanjutan)

 Absorpsi
efektif diabsorpsi melalui dinding saluran pencernaan
 Distribusi
Tramadol memiliki afinitas yang rendah terhadap reseptor opioid yang menimbulkan efek analgesik
namun metabolit aktifnya O-desmethyltramadol memiliki afinitas 200x lebih besar
 Metabolisme
Dimetabolisme hati oleh enzim CYP2D6 dan membentuk metabolit aktif O-desmethyltramadol yang
memiliki potensi 200x dari+/- tramadol, pasien dengan defisiensi enzim CYP2D6 memerlukan dosis 30%
lebih tinggi
 Ekskresi
Eksresi utama metabolit lewat ginjal
Meperidine (pethidine)

 Merupakan senyawa opioid sintetis yang juga memiliki efek antikolinergik dan anastesi
lokal
 Memiliki kelarutan dalam lemak lebih tinggi dibanding morfin sehingga efek lebih cepat
muncul
 Digunakan untuk mengatasi nyeri sedang sampai berat terutama yang berkaitan dengan
proses melahirkan
 Menghasilkan metabolit toksik (norphetidine) yang juga menyebabkan sindroma serotonin
(hiperthermia, dilatasi pupil, agitasi,tremor, berkeringat
 Interaksi obat :
 Kombinasi dengan antidepresant dapat menimbukan sindroma serotonin
Pethidine (lanjutan)

 Dapat diabsorpsi dengan baik melalui berbagai rute pemberian obat


 Dihidrolisis dengan cepat di hati membentuk metabolit asam pethidine dan norphetidine
 Metabolit pethidine mengalami metabolisme lanjutan dengan glukoronida dan
membentuk metabolit polar yang diekskresi melalui ginjal
fentanil

 Merupakan senyawa opioid sintetis yang memiliki afinitas terhadap reseptor opioid μ 50-
100 x morfin
 Sering digunakan dalam prosedur anastesi bersama dengan propofol (salah satu
komponen anastesi) untuk berbagai prosedur medik seperti : endoscopy, kateterisasi
jantung dan bedah mulut dan juga untuk manajemen nyeri kronik (fentanyl patch)
 Dapat digunakan untuk manajemen nyeri pada anak-anak (fentanyl intranasal)
 Efek samping :
Diare, mual, konstipasi, bingung, mengantuk, astenia dan berkeringat adalah efek
yang paling sering muncul diantara efek samping opioid umumnya
FENTANYL

 Dapat diabsorpsi dengan baik melalui berbagai rute (sublingual, oral, dermal, intranasal)
 Bioavailabilitas melalui berbagai rute bervariasi (paling tinggi melalui transdermal)
 Dimetabolisme melalui hati dan 60% dieksresikan melalui urin
ANALGESIK
NON OPIOID
PARASETAMOL
ASPIRIN

AINS NATRIUM DIKLOFENAK


KETOROLAK, ETODOLAC
CELECOXIB
MEKANISME KERJA

 Menurunkan aktifitas enzim siklooksigenase


 Menurunkan sintesa prostaglandin di jaringan perifer dan SSP
 Menurunkan sensitifitas ujung syaraf dan transmisi nosiseptif pada SSP
Efek Inhibisi Enzim Siklooksigenase (COX)
COX-1 COX-2

Gastric ulcers Reduce inflammation

Bleeding Reduce pain

Acute renal failure Reduce fever

NSAIDs : anti-platelet—decreases ability of blood to clot


Efek Sintesa Prostaglandin Oleh 2 Tipe
Siklooksigenase
COX-1: beneficial COX-2: harmful
Peripheral injury Inflammation
site
Brain Modulate pain
perception
Promote fever
(hypothalamus)
Stomach protect mucosa
Platelets aggregation

Kidney vasodilation
Indikasi penggunaan analgesik non opioid

 Sakit kepala
 Sakit gigi
 Nyeri punggung
 Pegal-pegal
 Keseleo
 Nyeri sendi
 dismenore
Parasetamol

 Memiliki efek analgesik dan antipiretik


 Digunakan untuk meredakan nyeri ringan sampai sedang, demam
 Analgesik perifer yang direkomendasikan untuk pasien hamil dan menyusui
 Efek maksimal timbul 2 jam setelah pemberian peroral dan memiliki durasi kerja 4 jam
 Penggunaan jangka panjang dan dosis tinggi menyebabkan kerusakan hati dan ginjal
Mekanisme kerja :
Menghambat biosintesa prostaglandin melalui inhibisi COX di SSP bukan diperifer serta
menghambat proses regulasi panas di hipothalamus
Parasetamol (Lanjutan)

 Absorpsi baik melalui sejumlah rute : per oral, rektal


 Metabolisme melalui hati dan sebagian besar diubah menjadi metabolit inaktif dan
sebagian kecil menjadi metabolit antara yang bersifat hepatotoksis (dapat diinaktifkan
oleh glutathion hati)
 Sekitar 85-90% diekskresi melalui ginjal
Asam asetilsalisilat (aspirin)

 Memiliki efek analgetik, antipiretik, antiinflamasi dan antiplatelet


 Digunakan untuk mengobati demam, meredakan nyeri akut serta inflamasi, pada dosis
kecil dapat untuk mencegah serangan jantung
 Mekanisme kerja :
 Menghambat secara ireversibel enzim COX
Aspirin (Lanjutan)

 Absorpsi baik melalui saluran cerna


 Terdistribusi luas di berbagai jaringan
 Dometabolisme utama melalui hati
 Tidak boleh digunakan pada anak-anak yang mengalami demam disebabkan infeksi virus
karena dapat mencetus Reye’s Syndrom
Analgesik tipe KARBAMEZEPIN
GABAPENTIN
antikonvulsan PREGABALIN
Mekanisme Kerja & Indikasi Sebagai
Analgesik

 Mekanisme Kerja
 Berhubungan dengan penghambatan influks ion kalsium dan pelepasan neurotransmiter eksitasi
pada jalur pembentukan nyeri pada spinal dan supraspinal.
 Menurunkan eksitabilitas serat syaraf perifer yang teriritasi dan yang mengalami cidera

 Indikasi
 Neuralgia trigeminal
 Neuralgia pasca herpes
 Neuropati diabetes
Analgesik tipe KARBAMEZEPIN
GABAPENTIN
antikonvulsan PREGABALIN
Mekanisme Kerja & Indikasi Sebagai
Analgesik

 Mekanisme Kerja
 Berhubungan dengan penghambatan influks ion kalsium dan pelepasan neurotransmiter eksitasi
pada jalur pembentukan nyeri pada spinal dan supraspinal.
 Menurunkan eksitabilitas serat syaraf perifer yang teriritasi dan yang mengalami cidera

 Indikasi
 Neuralgia trigeminal
 Neuralgia pasca herpes
 Neuropati diabetes
KETAMIN

Antagonis Reseptor MEMANTIN


DEKTROMETORFAN
NMDA AMANTADINE
ION MAGNESIUM
Mekanisme Kerja & Indikasi Sebagai
Analgesik

 Mekanisme Kerja
 Menghambat reseptor NMDA yang berperan peningkatan intensitas nyeri, pembentukan nyeri
neuropati dan nyeri yang resisten terhadap opiat
 Memodulasi pemrosesan sensor nyeri di syaraf pusat

 Indikasi
 Nyeri kronis terkait kanker
 Nyeri pasca operasi
ANTIDEPRESAN TRISIKLIK
AMITRIPTILIN&NORTRIPTILIN

Analgesik tipe
INHIBITOR PENGAMBILAN
antidepresan KEMBALI SEROTONIN DAN
NOREPINEFRIN :DULOKSETIN,
VENLAFAKSIN
Mekanisme Kerja & Indikasi Sebagai
Analgesik

 Mekanisme Kerja
 Menghambat proses pengambilan kembali serotonin dan norepinefrin sehingga meningkatkan
kadar keduanya di syaraf tulang belakang,aktifasi reseptor alfa adrenergik pada pasca sinap
menyebabkan penekanan rasa nyeri.

 Indikasi
 Nyeri akut pasca bedah
 Nyeri neuropati (neuropati diabetes, neuralgia pasca herpes)
 Nyeri viseral dan neuropatik terkait kanker
Analgesik tipe SIKLOBENZAPRIN

relaksan otot METAXALONE


Mekanisme Kerja & Indikasi Sebagai
Analgesik

 Mekanisme Kerja
 Menghambat proses pengambilan kembali norepinefrin di locus serelius yang menyebabkan
peningkatan kadar norepinefrin pasca sinap dan merelaksasi otot rangka

 Indikasi
 Nyeri otot rangka
 Fibromyalgia
 Nyeri pinggang akut dan kronis

You might also like