You are on page 1of 12

PERATURAN BANGUNAN

KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM


NOMOR : 441/KPTS/1998 TENTANG PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG

I. KETENTUAN UMUM
DEFINISI DAN ISTILAH

II. PERUNTUKAN DAN INTENSITAS BANGUNAN


II.1 PERUNTUKAN FUNGSI DAN KLASIFIKASI BANGUNAN 1. PERUNTUKAN LOKASI sesuai dengan peraturan daerah setempat 2. FUNGSI BANGUNAN Rental office termasuk dalam fungsi bangunan usaha. 3. KLASIFIKASI BANGUNAN Rental Office termasuk dalam klas 5 yaitu bangunan Kantor

II.2. INTENSITAS BANGUNAN


KEPADATAN DAN KETINGGIAN BANGUNAN PENETAPAN KDB DAN JUMLAH LANTAI/KLB PERHITUNGAN KDB DAN KLB

II.3 GARIS SEMPADAN BANGUNAN


KEPADATAN DAN KETINGGIAN BANGUNAN PENETAPAN KDB DAN JUMLAH LANTAI/KLB PERHITUNGAN KDB DAN KLB

III. ARSITEKTUR & LINGKUNGAN


ARSITEKTUR BANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU PEKARANGAN SIRKULASI, PERTANDAAN, DAN PENCAHAYAAN RUANG LUAR BANGUNAN PENGELOLAAN DAMPAK LINGKUNGAN

IV. STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG


PERSYARATAN STRUKTUR DAN BAHAN PEMBEBANAN STRUKTUR ATAS STRUKTUR BAWAH KEANDALAN STRUKTUR DEMOLISI STRUKTUR

V. PENGAMANAN THD BAHAYA KEBAKARAN


SISTEM PROTEKSI PASIF 1. Ketahanan api dan stabilitas 2.Tipe konstruksi tahan api 3.Tipe konstruksi yang diwajibkan untuk rental ofice dengan ketinggian ( dalam jumlah lantai 4 atau lebih tipe konstruksi yang diwajibkan yaitu tipe A yakni ketahanan struktural minimal 2jam, dan terdapat kompartemen. 4. Kompartemennisasi dan pemisahan klasifikasi bangunan kelas V ( rental office) ukuran maksimum dalam kompartemen kebakaran dengan tipe konstruksi A mak luas lantai 8000 m2 dan max volume 48000 m2 SISTEM PROTEKSI AKTIF

VI.SARANA JALAN MASUK DAN KELUAR


FUNGSI DAN PERSYARATAN KINERJA KETENTUAN JALAN KELUAR Bangunan rental office yang termasuk dalam kelas V minimal harus tersedia 2 jalan keluar pada setiap lapis lantainya apabila tinggi efektif bangunannya lebih dari 25 meter, setiap jalan keluar harus diisolasi terhadap bahaya kebakaran. Tangga atau ramp yang tidak diisolasi tergadap kebakaran jarak nya dari sembarang tempat pada lantai harus tidak melebihi 80 meter. KONSTRUKSI JALAN KELUAR AKSES BAGI PENYANDANG CACAT

VII. TRANSPORTASI DALAM GEDUNG


LIF TANGGA BERJALAN DAN LANTAI BERJALAN

VIII. PENCAHAYAAN DARURAT ,TANDA ARAH KELUAR, DAN SISTEM PERINGATAN BAHAYA
SISTEM PENCAHAYAAN DARURAT TANDA ARAH KELUAR SISTEM PERINGATAN BAHAYA

IX. INSTALASI LISTRIK, PENANGKAL PETIR DAN KOMUNIKASI DALAM GEDUNG


INSTALASI LISTRIK INSTALASI PENANGKAL PETIR INSTALASI KOMUNIKASI DALAM GEDUNG

X. INSTALASI GAS
INSTALASI GAS PEMBAKARAN INSTALASI GAS MEDIK

XI. SANITASI DALAM GEDUNG


SISTEM PLAMBING SALURAN AIR HUJAN PERSAMPAHAN

XII. VENTILASI DAN PENGKONDISIAN UDARA


VENTILASI PENGKONDISIAN UDARA

XIII. PENCAHAYAAN
KEBUTUHAN PENCAHAYAAN PENCAHAYAAN BUATAN PENCAHAYAAN ALAMI PENGENDALIAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN

XIV. KEBISINGAN DAN GETARAN


KEBISINGAN GETARAN

PERATURAN SNI :
Revisi SNI 03-1726-1989--- Standar perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung. Standar ini bertujuan agar struktur gedung yang ketahanan gempanya direncanakan menurut Standar ini dapat berfungsi : - menghindari terjadinya korban jiwa manusia oleh runtuhnya gedung akibat gempa yang kuat - membatasi kerusakan gedung akibat gempa ringan sampai sedang, sehingga masih dapat diperbaiki - membatasi ketidaknyamanan penghunian bagi penghuni gedung saat terjadi gempa ringan sampai sedang - mempertahankan setiap saat layanan vital dari fungsi gedung. SNI 03-1727-1989--- memuat ketentuan mengenai pembebanan, beban mati, beban hidup,beban angin, beban gempa, beban khusus, juga peninjauan beban batas dan beban kerja serta faktor keamanan dalam peninjauan kemantapan.

Perencanaan Akses Bangunan dan Akses Lingkungan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan
SNI 03-1735-2000
Beberapa hal yang diatur dalam Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan dan Akses Lingkungan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung adalah sebagai berikut: Dalam tiap bagian bangunan (selain bangunan kelas 1, 2 dan 3), perkerasan harus ditempatkan sedemikian rupa agar dapat langsung me ncapai bukaan akses pemadam kebakaran pada bangunan. Jalur akses pada ban gunan dengan ketinggian di atas 10 m atau pabrik maupun gudang, harus mempunyai lebar minimal 6 m dan posisinya minimal 2 m dari bangunan dan dibuat minimal pada 2 sisi bangunan. Pasokan air untuk hidran halaman harus sekurangkurangnya 2400 liter/menit pada tekanan 3,5 bar, serta mampu mengalirkan air minimal selama 45 menit. Ukuran bukaan akses petugas pemadam kebakaran tidak boleh kurang 850 mm lebar dan 1000 mm tinggi, dengan tinggi amban g bawah tidak lebih dari 1000 mm dan tinggi ambang atas kurang dari 1800 mm di atas permukaan lantai bagian dalam. Pada tiap lantai atau komparteme n kecuali lantai pertama dan ketinggian bangunan tidak melebihi 40 m, harus ada 1 bukaan akses untuk tiap 620 m 2 luas lantai, ataupun bagian dari lantai harus memiliki 2 bukaan akses pemadam kebakaran pada setiap lantai bangunan atau kompartemen. Kompleks perbelanjaan harus dilengkapi dengan saf untuk pemadam kebakaran. Bila bangunan tidak bersprinkler, harus disediakan sekurang-kurangnya satu saf pemadam kebakaran untuk setiap 900 m 2 luas lantai dari lantai terbesar yang letaknya lebih dari 20 m di atas permukaan tanah. Posisi pipa tegak dan katup landing harus ditempatkan terutama pada posisi antara lain di dalam lobi stop asap, dalam daerah umum dan di dalam saf yang terlindung, sedekat mungkin di luar tangga eksit jika tidak ada lobi stop asap. Setiap pipa tegak, basah atau kering, untuk bangunan kelas 1, 2 dan 3, harus d ipasang dengan sambungan pemadam kebakaran langsung pada dasar dari pipa tegak.

You might also like