Professional Documents
Culture Documents
Astofisika I
Astofisika I
2/8/20XX 2
WHAT DO YOU THINK ABOUT...
Here we know:
Daftar Daerah Radiasi EM
BENDA HITAM?
WARNA HITAM?
Warna dari benda hitam tidak selalu hitam,
jika suhunya 3000 ribu derajat warnanya
merah, jika suhunya sampai puluhan ribu
derajat warnanya biru
L . (2-30)
Fluks E =
4 d2
FLUKS
L
E 2
4 .R
R adalah jari-jari bintang
FLUKS
2) Besarnya energi yang diterima oleh
pengamat yang berada pada jarak d dari
bintang adalah :
L
E 2
4 d
Fluks energi matahari yang diterima oleh
bumi disebut Konstanta Matahari,
besarnya : 3 2
E 1,368 10 Wm
FLUKS
3) Besarnya energi yang diterima oleh
permukaan planet dari matahari :
L 2
E 2
x R
4 d
Dengan R adalah jari-jari planet dan d
adalah jarak planet ke matahari
ALBEDO
Planet memantulkan kembali fluks yang
diterimanya dari matahari. Perbandingan energi
dipantulkan (E2) dan energi yang datang (E1)
disebut Albedo
E2
Al
E1
Contoh :
Berapakah kecerlangan sebuah bintang dibandingkan
dengan kecerlangan semula apabila jaraknya dijauhkan
3 kali dari jarak semula.
Jawab :
Misalkan dA jarak semula dan kecerlangannya adalah
EA. Jarak sekarang adalah dB = 3dA dan kecerlangannya
adalah EB. Jadi,
L
EA = 2 dA 2 1
4 dA2 d
EB = EA A = E A = EA
L dB 3dA 9
EB =
4 dB2
Bintang lebih redup sebesar 1/9 kali dari kecerlangan
semula.
TERANG BINTANG
Hipparchus (160 - 127 B.C.) :
Bintang paling terang magnitudo = m = 1
Bintang paling lemah magnitudo = m = 6
Jadi : E1 = 100 E2
Nama Nama
Magnitudo Magnitudo
Bintang Bintang
Polaris 2.00 Vega 0.00
Regulus 1.50 Capella 0.00
Pollux 1.16 Sirius -1.42
Aldebaran 1.00 Jupiter -2.50
Bulan
Betelgeuse 0.80 -13.00
Purnama
Procyon 0.50 Matahari -26.70
Untuk menyatakan luminositas atau kuat sebenarnya
sebuah bintang, kita definisikan besaran magnitudo
mutlak : magnitudo bintang yang diandaikan diamati
dari jarak 10 pc
Skala Pogson untuk magnitudo mutlak ini adalah,
L
Subtitusikan pers. (4-4) : E =
4 d2
L
dan pers. (4-6) : E’ =
4 102
ke pers (4-8) diperoleh,
m – M = -5 + 5 log d . . . . . . . . (4-
9)
modulus jarak d dalam pc
Contoh :
Magnitudo mutlak sebuah bintang adalah M = 5 dan
magnitudo semunya adalah m = 10. Jika absorpsi oleh
materi antar bintang diabaikan, berapakah jarak bintang
tersebut ?
Jawab :
m = 10 dan M = 5, dari rumus Pogson
m – M = -5 + 5 log d
diperoleh, 10 – 5 = -5 + 5 log d
5 log d = 10
log d = 2 d = 100 pc
Soal 4
m M 5 5 log d
1
26 M 5 5 log M 5,57
206265
Matahari dilihat dari α-Cen (d = 4,4 ly)
m M 5 5 log d
4,4
m 5,57 5 5 log m 1,22
3,26
Dari rumus Pogson dapat kita tentukan perbedaan
magnitudo mutlak dua bintang yang luminositasnya
masing-masing L1 dan L2, yaitu,
L1
Untuk bintang ke-1 : M1 = -2,5 log + tetapan
4 102
L2
Untuk bintang ke-2 : M2 = -2,5 log + tetapan
4 102
E1 ( m1 m2 )
2,512
E2
E1 (15 ) 4
2,512 2,512 39,8 kali
E2
GERAK BINTANG
Kecepatan radial bintang dapat diperoleh dari
analisis Doppler dari spektrum bintang
diamati diam
Vr c
diam
15001 15000 5
Vr 2,9979.10
15000
Vr 19,986 km / s
Karena Δλ +, maka bintang tersebut mengalami
red shift (menjauhi pengamat)
GERAK BINTANG
Dengan mengetahui kecepatan tangensial Vt dan
kecepatan radial Vr, maka kecepatan bintang
dalam ruang (relatif terhadap kecepatan bumi)
dapat diketahui :
2 2
V Vt V r
Soal 7
Sebuah bintang mempunyai paralaks 0’’,474
dan gerak diri (proper motion) bintang
tersebut adalah 3’’ per tahun. Dari
pengamatan spektroskopi diketahui
kecepatan radialnya adalah 40 km/s.
Tentukanlah kecepatan linier bintang
tersebut!
SOLUSI SOAL 7
1
Vt 4,74 d 4,74 3 30 km / s
0,474
Vr 40 km / s
2 2
V Vt V r
2 2
V 30 40 50 km / s
Radius Bintang
Garis tengah sudut bintang tidak bisa ditentukan secara
langsung dengan mengukur sudut bentangnya seperti
halnya Matahari.
sudut bentang bintang terlalu kecil
Untuk menentukan garis tengah bintang dapat digunakan beberapa
cara diantaranya adalah dengan
46
Prinsip interferometer Michelson
Interferometer bintang pertama kali
digunakan oleh Michelson pada
tahun 1920. Prinsip kerjanya adalah A U V B
sebagai berikut : N
Teropong
47
Cahaya bintang yang jatuh di
cermin A dipantulkan ke cermin Cahaya dari Bintang
objektif teleskop A B
U V
Demikian juga cahaya yang N
jatuh di cermin B dipantulkan ke
cermin V, dan dipantulkan lagi ke
objektif teleskop
O
M
Teropong
48
Apabila kita mengamati bintang
tunggal yang berupa sumber Cahaya dari Bintang
Teropong
49
Apabila jarak D diperbesar, maka
pada suatu saat pola interferensi Cahaya dari Bintang
Teropong
50
Dari jarak D yang diperlukan
untuk melenyapkan pola gelap Cahaya dari Bintang
Teropong
51
Jika ‘ = garis tengah bintang, maka dari perhitungan
diperoleh bahwa
. . . . . . . . . . . . . . . (3-18)
= 0,41 ’
Sehingga 0,41 ’ =
2D
. . . . . . . . .. . . . . . (3-19)
atau ’ = 1,22
D
52
Interferometer Michelson seperti ini digunakan di
Observatorium Mount Wilson yang bergaris tengah
2,54 m. Jarak maksimum antara cermin A dan B
adalah 10 m. Dengan cara ini dapat diukur garis
tengah sudut bintang sampai 0,”01.
Selain interferometer Michelson, dikenal juga
interferometer lainnya, yaitu :
Interferometer Brown dan Twist (1956) disebut
juga interferometer intensitas
memisahkan dua teleskop pada jarak ratusan
meter (terbesar di Australia sejauh 188 m) dan
mengamati bintang yang sama, lalu mengukur
intensitas cahaya bintang dengan photomultiplier
dan mengukur kuat arusnya Bisa mengukur
Zeta Puppis dengan δ = 0,00042”
53
Diameter sudut beberapa bintang yang
diukur dengan interferometer
Diameter Jarak Diameter Linier
Bintang
Sudut (pc) (dlm 2 R)
Antares 0,040 150 640
Aldebaran 0,020 21 45
Betelgeus 0,034 150 500
0,042 750
Arcturus 0,020 11 23
54