You are on page 1of 54

Astrofisika I

TIM OLIMPIADE KEBUMIAN M2KM 2022


Kompetensi Dasar

2/8/20XX 2
WHAT DO YOU THINK ABOUT...
Here we know:
Daftar Daerah Radiasi EM
BENDA HITAM?
WARNA HITAM?
Warna dari benda hitam tidak selalu hitam,
jika suhunya 3000 ribu derajat warnanya
merah, jika suhunya sampai puluhan ribu
derajat warnanya biru

Koefisien benda hitam (e) menyatakan seberapa ‘hitam’nya suatu benda


(bukan warnanya hitam), yaitu seberapa besar energi yang datang
dipantulkan kembali.
• e = 1  benda hitam sempurna  Tidak memantulkan energi sama
sekali, semuanya diserap
• 0 < e < 1  benda yang ‘kurang’ hitam, ada sebagian energi datang yang
dipantulkan
COBA RENUNGKAN...
ANATOMI
The MATAHARI
Sun's Core - Energy is generated via
thermonuclear reactions creating extreme
temperatures deep within the Sun's core (15
millions Kelvin)

The Radiative Zone - Energy moves slowly


outward, taking more than 170,000 years to
radiate through this layer of the Sun

The Convection Zone - Energy continues to


move toward the surface through convection
currents of the heated and cooled gas.
ANATOMI
MATAHARI
The Chromosphere - This relatively thin layer of
the Sun is sculpted by magnetic field lines that
restrain the electrically charged solar plasma.
Occasionally larger plasma features, called
prominences, form and extend far into the very
tenuous and hot corona, sometimes ejecting
material away from the Sun.

The Corona - The ionized elements within the


corona (or solar atmosphere) glow in the x-ray
and extreme ultraviolet wavelengths. NASA
instruments can image the Sun's corona at these
higher energies since the photosphere is quite
dim in these wavelength.
ANATOMI
Coronal
MATAHARI
Streamers - The outward flowing
plasma of the corona is shaped by magnetic
field lines into tapered forms called coronal
streamers, which extend millions of miles into
space.
2 4
L  4 R  T LUMINOSITAS SUATU BENDA
HITAM
R = Jari-jari bintang (meter)
σ = Tetapan Stefan Boltzman = 5,67 x 10-8 Js-1m-2K-4
T = Temperatur efektif bintang (dalam Kelvin)
Bagaimana cara mengukur energi per satuan waktu (luminositas) yang
terpancar di setiap satuan luasan?

FLUKS ENERGI PER SATUAN


WAKTU
Fluks adalah sebagian kecil energi dari sebuah bintang.
Digunakan dalam tiga pengertian :
1) Energi yang dipancarkan bintang di setiap m2
permukaannya
2) Energi yang diterima oleh pengamat pada jarak
tertentu dari bintang
3) Energi yang diterima oleh seluruh permukaan planet
dari matahari
Luminositas :
L = 4 R2 E = 4  R2 T4
Luas permukaan
bola
d R L
Fluks Pancaran
E=
4  R2

L . (2-30)
Fluks E =
4  d2
FLUKS

1) Besarnya energi yang dipancarkan


bintang di setiap satuan luas permukaannya

L
E 2
4 .R
R adalah jari-jari bintang
FLUKS
2) Besarnya energi yang diterima oleh
pengamat yang berada pada jarak d dari
bintang adalah :
L
E 2
4 d
Fluks energi matahari yang diterima oleh
bumi disebut Konstanta Matahari,
besarnya : 3 2
E  1,368  10 Wm
FLUKS
3) Besarnya energi yang diterima oleh
permukaan planet dari matahari :

L 2
E 2
x R
4 d
Dengan R adalah jari-jari planet dan d
adalah jarak planet ke matahari
ALBEDO
Planet memantulkan kembali fluks yang
diterimanya dari matahari. Perbandingan energi
dipantulkan (E2) dan energi yang datang (E1)
disebut Albedo
E2
Al 
E1
Contoh :
Berapakah kecerlangan sebuah bintang dibandingkan
dengan kecerlangan semula apabila jaraknya dijauhkan
3 kali dari jarak semula.
Jawab :
Misalkan dA jarak semula dan kecerlangannya adalah
EA. Jarak sekarang adalah dB = 3dA dan kecerlangannya
adalah EB. Jadi,
L
EA = 2 dA 2 1
4  dA2 d
EB = EA A = E A = EA
L dB 3dA 9
EB =
4  dB2
Bintang lebih redup sebesar 1/9 kali dari kecerlangan
semula.
TERANG BINTANG
Hipparchus (160 - 127 B.C.) :
Bintang paling terang  magnitudo = m = 1
Bintang paling lemah  magnitudo = m = 6

John Herschel1 2 kepekaan


magnitudo 3 4 mata6 menilai
5
terang bintang bersifat logaritmik.
Bintang dengan m = 1 adalah 100 kali lebih
terang dari bintang dengan m = 6
Contoh :
Dalam tabel bawah ini terdapat data magnitudo dari lima
buah bintang. Tentukanlah bintang nomor berapa saja
yang bisa diamati di langit malam dengan mata
telanjang? Tentukan juga bintang mana yang paling
terang dan bintang mana yang paling lemah,
jelaskanlah.
No. Magnitudo
1 6,5
2 5,2
3 7,3
4 -2,5
5 2,7
TERANG BINTANG
SKALA POGSON (1856)
m1 = 1  Energi yang dipancarkan E1
m2 = 6  Energi yang dipancarkan E2
Setiap selisih magnitudo = 5, maka perbedaan
terang 100 kali, jadi :
E1 m2  m1 5
 100  n n n  100  2,512
5
E2
E1  ( m1  m2 )  E1 
 2,512 m1  m2  2,5 log 
E2  E2 
Dengan skala Pogson ini dapat ditunjukkan bahwa
bintang bermagnitudo 1 adalah 100 kali lebih terang
daripada bintang bermagnitudo 6.
Jika m1 = 1 dan m2 = 6, maka dari pers. (4-2),
-(m1 - m2) -(1 - 6) 5
E1/E2 = 2,512 = 2,512 = 2,512 = 100

Jadi : E1 = 100 E2

Secara umum rumus Pogson dapat dituliskan :


m = -2,5 log E + tetapan . . . . . . . . . (4-3)
merupakan besaran lain untuk
menyatakan fluks bintang yang
diterima di bumi per cm2 s-1
 Harga tetapan ditentukan dengan mendefinisikan
suatu titik nol.
 Awalnya sebagai standar magnitudo digunakan
bintang Polaris yang tampak di semua
Observatorium yang berada di belahan langit
utara. Bintang Polaris ini diberi magnitudo 2 dan
magnitudo bintang lainnya dinyatakan relatif
terhadap magnitudo bintang polaris
 Tahun 1911, Pickering mendapatkan bahwa
bintang Polaris, cahayanya berubah-ubah
(bintang variabel) dan Pickering mengusulkan
sebagai standar magnitudo digunakan kelompok
bintang yang ada di sekitar kutub utara (North
Polar Sequence)
 Cara terbaik untuk mengukur magnitudo adalah
dengan menggunakan bintang standar yang
berada di sekitar bintang yang di amati karena
perbedaan keadaan atmosfer Bumi tidak terlalu
berpengaruh dalam pengukuran.
 Pada saat ini telah banyak bintang standar yang
bisa digunakan untuk menentukan magnitudo
sebuah bintang, baik yang berada di langit
belahan utara, maupun di belahan langit selatan.
Magnitudo :  merupakan ukuran terang bintang yang
kita lihat atau terang semu (ada faktor
jarak dan penyerapan yang harus
diperhitungkan)
 magnitudo semu magnitudo

Faktor jarak : m = -2,5 log E + tetapan


kuat cahaya
sebenarnya
L . . . . . . (4-4)
magnitudo E=
semu 4  d2
TERANG BINTANG

Magnitudo Bintang Sirius, m = -1.41


Magnitudo Bulan Purnama, m = -12.5
Magnitudo Matahari, m = -26.5
Dalam tabel di bawah diperlihatkan magnitudo semu
beberapa benda langit, termasuk bintang, planet Bulan
dan Matahari

Nama Nama
Magnitudo Magnitudo
Bintang Bintang
Polaris 2.00 Vega 0.00
Regulus 1.50 Capella 0.00
Pollux 1.16 Sirius -1.42
Aldebaran 1.00 Jupiter -2.50
Bulan
Betelgeuse 0.80 -13.00
Purnama
Procyon 0.50 Matahari -26.70
Untuk menyatakan luminositas atau kuat sebenarnya
sebuah bintang, kita definisikan besaran magnitudo
mutlak :  magnitudo bintang yang diandaikan diamati
dari jarak 10 pc
 Skala Pogson untuk magnitudo mutlak ini adalah,

M = -2,5 log E’ + tetapan . . . . . . . (4-5)


L . . . . . (4-6)
magnitudo E’ =
4  102
mutlak

Jadi M = -2,5 log L + tetapan . . . . . (4-7)


4  102
Dari pers. (4-3) : m = -2,5 log E + tetapan
Dari pers. (4-7) : M = -2,5 log E’ + tetapan

m – M = -2,5 log E/E’ . . . . . . . (4-8)

L
Subtitusikan pers. (4-4) : E =
4  d2
L
dan pers. (4-6) : E’ =
4  102
ke pers (4-8) diperoleh,
m – M = -5 + 5 log d . . . . . . . . (4-
9)
modulus jarak d dalam pc
Contoh :
Magnitudo mutlak sebuah bintang adalah M = 5 dan
magnitudo semunya adalah m = 10. Jika absorpsi oleh
materi antar bintang diabaikan, berapakah jarak bintang
tersebut ?

Jawab :
m = 10 dan M = 5, dari rumus Pogson
m – M = -5 + 5 log d
diperoleh, 10 – 5 = -5 + 5 log d
5 log d = 10
log d = 2 d = 100 pc
Soal 4

(SOP 2008) Diketahui jarak α Centarury A


dari Matahari adalah 4,4 tahun cahaya dan
magnitudo semu Matahari dilihat dari Bumi
adalah, m = −26. Seorang astronot dari
Bumi pergi ke bintang itu kemudian melihat
ke arah Matahari. Berapakah magnitudo
matahari menurut astronot itu ?
SOLUSI SOAL 4
Cari dulu magnitudo mutlak matahari (M):

m  M   5  5 log d
1
 26  M   5  5 log M   5,57
206265
Matahari dilihat dari α-Cen (d = 4,4 ly)
m  M   5  5 log d
4,4
m  5,57  5  5 log m  1,22
3,26
Dari rumus Pogson dapat kita tentukan perbedaan
magnitudo mutlak dua bintang yang luminositasnya
masing-masing L1 dan L2, yaitu,

Dari rumus pers (4-7) : M = -2,5 log L + tetapan


4  102

L1
Untuk bintang ke-1 : M1 = -2,5 log + tetapan
4  102

L2
Untuk bintang ke-2 : M2 = -2,5 log + tetapan
4  102

M1 - M2 = -2,5 log L1 . . . (4-10)


L2
Soal 3
(SOK 2009) Berapa kali lebih terangkah
bintang dengan magnitudo 1
dibandingkan dengan bintang
bermagnitudo 5 ?
A. 25 kali C. 50 kali E. 100 kali
B. 40 kali D. 75 kali
SOLUSI SOAL 3

E1  ( m1  m2 )
 2,512
E2

E1  (15 ) 4
 2,512  2,512  39,8 kali
E2
GERAK BINTANG
Kecepatan radial bintang dapat diperoleh dari
analisis Doppler dari spektrum bintang

Perumusan efek Doppler pada gerakan bintang:


c = kecepatan cahaya
 Vr Δλ = λdiamati – λdiam
 Δλ  negatif : blue shift (mendekat)
diam c Δλ  positif : red shift (menjauh)
Soal 6
Andaikan bintang pada keadaan diam dengan panjang
gelombang 15000 Å dan diamati pada panjang gelombang
15001 Å, maka kecepatan radialnya adalah ….
A. 10 km/s menjauhi pengamat
B. 10 km/s mendekati pengamat
C. 20 km/s mendekati pengamat
D. 20 km/s menjauhi pengamat
E. 40 km/s menjauhi pengamat
SOLUSI SOAL 6

diamati  diam
Vr  c
diam
15001  15000 5
Vr   2,9979.10
15000
Vr  19,986 km / s
Karena Δλ +, maka bintang tersebut mengalami
red shift (menjauhi pengamat)
GERAK BINTANG
Dengan mengetahui kecepatan tangensial Vt dan
kecepatan radial Vr, maka kecepatan bintang
dalam ruang (relatif terhadap kecepatan bumi)
dapat diketahui :

2 2
V  Vt  V r
Soal 7
Sebuah bintang mempunyai paralaks 0’’,474
dan gerak diri (proper motion) bintang
tersebut adalah 3’’ per tahun. Dari
pengamatan spektroskopi diketahui
kecepatan radialnya adalah 40 km/s.
Tentukanlah kecepatan linier bintang
tersebut!
SOLUSI SOAL 7
1
Vt  4,74 d  4,74  3   30 km / s
0,474
Vr  40 km / s
2 2
V  Vt  V r

2 2
V  30  40  50 km / s
Radius Bintang
Garis tengah sudut bintang tidak bisa ditentukan secara
langsung dengan mengukur sudut bentangnya seperti
halnya Matahari.
 sudut bentang bintang terlalu kecil
Untuk menentukan garis tengah bintang dapat digunakan beberapa
cara diantaranya adalah dengan

1. Interferometry (single stars)


Cara langsung
2. Eclipsing binaries (need distance)

46
Prinsip interferometer Michelson
Interferometer bintang pertama kali
digunakan oleh Michelson pada
tahun 1920. Prinsip kerjanya adalah A U V B
sebagai berikut : N

 Di depan teleskop dipasang


empat buah cermin A, B, U dan
V. Cermin A dan B berjarak
sama ke sumbu utama teleskop,
dan jarak cermin A dan B dapat
diubah-ubah O
M

Teropong

47
 Cahaya bintang yang jatuh di
cermin A dipantulkan ke cermin Cahaya dari Bintang

U, dan dipantulkan lagi ke D

objektif teleskop A B
U V
 Demikian juga cahaya yang N
jatuh di cermin B dipantulkan ke
cermin V, dan dipantulkan lagi ke
objektif teleskop

O
M

Teropong

48
 Apabila kita mengamati bintang
tunggal yang berupa sumber Cahaya dari Bintang

cahaya titik, bayangan yang D

diperoleh berupa garis-garis A B


U V
gelap terang. N
 Garis ini terjadi karena gelom-
bang cahaya yang datang dari A
dan B saling berinterferensi
 Garis interferensi

Garis interferensi dari A


O
Garis interferensi dari B
M

Teropong

49
 Apabila jarak D diperbesar, maka
pada suatu saat pola interferensi Cahaya dari Bintang

yang berasal dari setiap bagian D

permukaan bintang akan saling A B


U V
meniadakan, sehingga pola gelap N
terang akan lenyap

Garis interferensi dari A


O
Garis interferensi dari B
M

Teropong

50
 Dari jarak D yang diperlukan
untuk melenyapkan pola gelap Cahaya dari Bintang

terang itu kita dapat menentukan D

garis tengah sudut bintang yaitu, A B


U V
 N
= . . . . (3-17)
2D

Garis interferensi dari A


O
Garis interferensi dari B
M

Teropong

51
Jika ‘ = garis tengah bintang, maka dari perhitungan
diperoleh bahwa
. . . . . . . . . . . . . . . (3-18)
 = 0,41 ’

Sehingga 0,41 ’ =
2D
 . . . . . . . . .. . . . . . (3-19)
atau  ’ = 1,22
D

52
 Interferometer Michelson seperti ini digunakan di
Observatorium Mount Wilson yang bergaris tengah
2,54 m. Jarak maksimum antara cermin A dan B
adalah 10 m. Dengan cara ini dapat diukur garis
tengah sudut bintang sampai 0,”01.
 Selain interferometer Michelson, dikenal juga
interferometer lainnya, yaitu :
 Interferometer Brown dan Twist (1956) disebut
juga interferometer intensitas
 memisahkan dua teleskop pada jarak ratusan
meter (terbesar di Australia sejauh 188 m) dan
mengamati bintang yang sama, lalu mengukur
intensitas cahaya bintang dengan photomultiplier
dan mengukur kuat arusnya  Bisa mengukur
Zeta Puppis dengan δ = 0,00042”
53
Diameter sudut beberapa bintang yang
diukur dengan interferometer
Diameter Jarak Diameter Linier
Bintang
Sudut (pc) (dlm 2 R)
Antares 0,040 150 640
Aldebaran 0,020 21 45
Betelgeus 0,034 150 500
0,042 750
Arcturus 0,020 11 23

54

You might also like