You are on page 1of 23

Demam Tifoid

By andika nurwijaya
Definisi
• Suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh
Salmonella typhi
• Ditandai dengan:
• Panas berkepenjangan
• Bakteremia tanpa keterlibatan struktur endothelial atau endocardial
• Invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit mononuclear
dari hati, limpa, kelenjar limfe usus, dan Peyer’s patch
Etiologi

• Salmonella typhi bakteri gram negatif, berflagel, tidak berkapsul,


fakulatatif anaerob
• Memiliki:
• antigen somatic (O)  oligosakarida
• flagellar antigen (H)  protein
• envelope antigen (K)  polisakarida
• Memiliki endotoksin
• Dapat memperoleh plasmid faktor-R resistensi terhadap multiple
antibiotik
Manifestasi Klinik

• Periode inkubasi 5-40 hari dengan rata-rata antara 10-14 hari


• Demam menjelang malam hari demam timbul insipidus kemudian naik secara
bertahap setiap hari hingga mencapai titik tertinggi pada akhir minggu pertama
(step ladder temperature), demam akan bertahan dan turun perlahan pada minggu
ke-4, kecuali jika terdapat fokus infeksi

• Gangguan gejala SSP (delirium, penurunan kesadaran apatis hingga koma)


• Nyeri kepala
• Malaise
• Anoreksia
• Nausea
• Mialgia
• Nyeri perut
• Radang tenggorokan
• Diare
• Konstipasi
• Lidah tampak kotor, putih bagian tengah dan kemerahan pada tepi dan
ujung lidah
• Meteorismus
• Rose spot daerah abdomen, thoraks, extremitas, dan punggung  muncul
pada hari ke 7-10 dan bertahan 2-3 hari
• Bronkitis
Pemeriksaan penunjang

1. Darah tepi
•Jumlah leukosit rendah, namun jarang dibawah 3.000/µl . Apabila terjadi abses piogenik
3

maka jumlah leukosit dapat meningkat mencapai 20.000-25.000/µl3.

•Trombositopenia sering dijumpai, kadang- kadang berlangsung beberapa minggu.


2. Uji widal

•Interpretasi hasil uji Widal adalah sebagai berikut :


(a)Titer O yang tinggi ( >1/200) menunjukkan adanya infeksi akut
(b)Titer H menunjukkan telah mendapat imunisasi atau pernah menderita infeksi

(c)Titer antibodi yang tinggi terhadap antigen Vi terjadi pada carrier.


3. Kadar IgM dan IgG (Typhi-dot)
Pemeriksaan biakan salmonella

 Biakan darah terutama pada minggu 1-2 dari perjalanan penyakit.

 Biakan sumsum tulang masih positif sampai minggu ke-4.


4. Pemeriksaan radiologik
Foto toraks apabila diduga terjadi komplikasi pneumonia, foto abdomen apabila diduga terjadi komplikasi
intraintestinal seperti perforasi usus atau pendarahan saluran cerna. Pada perforasi usus tampak :

 distribusi udara tak merata

 airfluid level

 bayangan radiolusen di daerah hepar

 udara bebas pada abdomen


Diagnosis Banding

• Influenza
• Gastroenteritis
• Bronkitis
• Bronkopneumonia
• Sepsis
• Leukemia
Kriteria Diagnosis
• Berikut ini kriteria diagnosis Demam Tifoid :

1. Gambaran klinis demam tifoid tanpa uji Widal, didiagnosis dengan possible demam tifoid.
2. Gambaran klinis demam tifoid disertai dengan hasil uji Widal titer O dan H 1/160 pada 1 kali
pemeriksaan, didiagnosis dengan probable demam tifoid.

3. Kultur darah (biakan empedu) positif atau peningkatan titer uji Widal >4 kali lipat setelah satu minggu,
memastikan diagnosis atau definitif demam tifoid.

4. Gambaran klinis demam tifoid disertai dengan hasil uji Widal tunggal dengan titer antibodi O 1/320
atau H 1/640, memastikan diagnosis atau definitif demam tifoid.

5. Kultur darah negatif tidak menyingkirkan diagnosis.


Tatalaksana

• Tirah baring
• Isolasi memadai
• Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
• Pemberian antbiotik
Pengobatan antibiotik

Kloramfenikol (lini pertama)


• Dosis untuk terapi demam tifoid pada anak 50-100 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 3-4 dosis.
• Lama terapi 8-10 hari setelah suhu tubuh kembali normal atau 5-7 hari
setelah suhu turun.
• Sedangkan dosis terapi untuk bayi 25-50 mg/kgBB.
Seftriakson

• Seftriakson merupakan terapi pada kasus demam tifoid dimana bakteri


Salmonella Typhi sudah resisten terhadap berbagai obat.
• Dosis terapi intravena untuk anak 50-100 mg/kg/jam dalam 2 dosis,
sedangkan untuk bayi dosis tunggal 50 mg/kg/jam.
Ampisilin

•Untuk anak dengan berat badan <20 kg diberikan per oral 50-100
mg/kgBB/hari dalam 4 dosis, IM 100-200 mg/kg/BB/hari dalam 4 dosis .

•Bayi yang berumur <7 hari diberi 50 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis,


sedangkan yang berumur >7 hari diberi 75 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis.
Kotrimoksasol
• kombinasi antara trimetoprim dan sulfametoksasol,
• Dosis yang dianjurkan untuk anak ialah trimetoprim 8 mg/kgBB/hari dan
sulfametoksasol 40 mg/kgBB/hari diberikan dalam 2 dosis.
Sefotaksim
• Dosis terapi intravena yang dianjurkan untuk anak ialah 50 – 200 mg/kg/h
dalam 4 – 6 dosis.
• Sedangkan untuk neonatus 100 mg/kg/h dalam 2 dosis.
Komplikasi

Pada intraintestinal

•pendarahan saluran cerna yang ditandai dengan suhu menurun,


•nyeri abdomen, muntah, nyeri tekan, bising usus menurun sampai menghilang, defance
musculaire, dan pekak hati menghilang.

Pada ekstraintestinal

• tifoid encefalopati, hepatitis tifosa, meningitis, pneumonia, syok septik, plenonefritis,


endokardius, osteomiltis.
Pencegahan

• Secara umum, untuk memperkecil kemungkinan tercemar S.typhi, maka setiap individu harus
memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang mereka konsumsi.

• Salmonella typhi di dalam air akan mati apabila dipanasi setinggi 57 0C untuk beberapa menit atau
dengan proses iodinasi/ klorinasi.

• Untuk makanan, pemanasan sampai suhu 570C beberapa menit dan secara merata juga dapat mematikan
kuman Salmonella typhi.

• Penurunan endemisitas suatu negara / daerah tergantung pada baik buruknya pengadaan sarana air dan
pengaturan pembuangan sampah serta tingkat kesadaran individu terhadap higiene pribadi.
Prognosis

• Tergantung ketepatan terapi, usia, keadaan Kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya
komplikasi
• Munculnya komplikasi berupa perforasi atau perdarahan hebat GI, meningitis, endocarditis,
dan pneumonia  morbiditas dan mortalitas tinggi
• Relaps dapat timbul beberapa kali
• Individu yang mengeluarkan S. ser. Typhi ≥3 bulan setelah infeksi dapat menjadi karier
kronis
Terimakasih

You might also like