You are on page 1of 22

Sensitifitas Gender

dalam Asuhan
Kebidanan
Arika Indah Setyarini, S.ST., M.Keb.
Pengertian Gender
Gender pada awalnya diambil dari kata dalam bahasa “JINSIYYUN” yang
kemudian di adopsi dalam Bahasa Perancis dan Inggris menjadi gender. Menurut
Kantor Menneg PP, BKKBN, UNFPA (2001), Gender adalah perbedaan peran,
fungsi, tanggung jawab antara pria dan Wanita yang di bentuk, di buat dan di
kontruksi oleh masyarakat dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman
konstruksi social.

Menurut Badan Pemberdayaan Masyarakat, 2003. Gender adalah perbedaan antara


pria dan Wanita dalam peran, fungsi, tanggungjawab, dan perilaku yang dibentuk
oleh tata nilai social, budaya dan adat istiadat.

Menurut WHO, 1998. Gender adalah peran dan tanggung jawab Wanita dan pria
yang ditentukan secara social. Gender berhubungan dengan persepsi dan
pemikiran serta Tindakan yang diharapkan sebagai Wanita dan pria yang dibentuk
masyarakat, bukan karena perbedaan biologis.
Pengertian Gender
Menurut kantor Menneg PP, BKKBN, UNFPA (2001) ada 3 teori tentang gender,
yaitu sebagai berikut:
1. Teori Nurture. Rumusan yang di bentuk oleh masyarakat mengakibatkan
perbedaan antara pria dan Wanita. Kaum pria dianggap sama dengan kaum-
kaum yang berkuasa/ penindas, sedangkan kaum Wanita sebagai kaum yang
tertindas, terpedaya.
2. Teori Nature. Paham ini memandang asanya perbedaan pria dan Wanita
merupakan takdir Tuhan yang masih diterima manusia sebagai makhluk
ciptaaNya. Adanya perbedaan secara biologis merupakan pertanda perbedaan
tugas dan peran yang mana tugas dan peran tersebut ada yang dapat diganti
tetapi ada yang tidak karena takdir alamiah
Pengertian Gender

Menurut kantor Menneg PP, BKKBN, UNFPA (2001) ada 3 teori tentang gender,
yaitu sebagai berikut:
3. Teori Ekuilibrium/ Keseimbangan. Hubungan antara pria dan Wanita suatu
kesatuan yang saling menyempurnakan, karena setiap pria dan Wanita memiliki
kelemahan dan keutamaan masing-masing, harus saling bekerjasama dalam
kemitraan dan keharmonisan dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan Negara.
Maka semua kebijakan dan strategi pembangunan harus dipertimbangan
keseimbangan antara pria dan Wanita, kepentingan serta sejauh mana peran pria
dan Wanita.
Peran Gender

Menurut Bem (1981), gender merupakan karakteristik


kepribadaian, seseorang yang dipengaruhi oleh peran
gender yang dimiliknya dan dikelompokkan menjadi 4
klarifikasi yaitu maskulin, feminim, androgini, dan tak
terbedakan. Konsep Gender dan peran gender
merupakan konsep yang berbeda, gender merupakan
istilah biologis, orang-orang dilihat sebagaian pria atau
wanita teragntung dari organ-organ dan gen-gen jenis
kelamin mereka.
Peran Gender
Sebaiknya menurut Basow (1992) peran gender
merupakan istilah psikologis dan kultural, diartikan
sebagai peraan subjektif seseorang mengenai ke-pria-an
(maleness) atau kewanitaan (femaleness)

Brigham (1986) lebih menekankan terhadap konsep


stereotipe di dalam membahas mengenai peran gender,
dan menyebutkan bahwa peran gender merupakan
karakteristik status, yang dapat digunakan untuk
mendukung diskriminasi sama seperti ras, kepercayaan
dan usia.
Peran Gender
Sementara peran gender sendiri sebagai sebuah
karakteristik memiliki determinan lingkungan yang kuat
dan berkait dengan dimensi maskulin versus feminism
(Stewart & Lykes, dalam Saks dan Krupat, 1998).
Ketika berbicara mengenai gender, beberapa konsep
berikut initerlibat di dalamnya.
- Gender role (peran gender), merupakan definisi atau
preskripsi yang berakar pada kultur terhadap tingkah
laku pria dan Wanita.
- Gender Identity (Identitas gender) yaitu bagaimana
seseorang mempresepsikan dirinya sendiri dengan
memperhatikan jenis kelamin dan peran gender.
Peran Gender
- Sex Role Ideology (Ideologi peran-jenis kelamin),
termasuk di antaranya stereotipe-stereotipe tipe gender,
sikap pemerintah dalam kaitan kedua jenis kelamin dan
status-status relatifnya (Segall, Dosen, Berry &
Poortiga, 1990). Kepentingan di dalam membedakan
antara jenis kelamin dan gender berangkat dari
pentingnya untuk membedakan antara aspek-aspek
biologis dengan aspek-aspek social di dalam menjadi
pria atau Wanita. Bahkan yang paling sering terjadi
adalah bahwa orang-orang mengansumsikan kalua
perbedaan kepribadian dan sikap yang tampak antara
pria dan Wanita sangat berkaitan dengan perbedaan jenis
kelamin.
● Jika menyamakan antara gender dapat mengarahkan keyakinan
bahwa perbedaan trait-trait dan tingkah laku antara pria dan
wanita mengarah langsung kepada perbedaan secara biologis.
Sementara jika kita membedakan konsep gender dan gender
akan membantu kita untuk menganalisis keterkaitan yang
kompleks antara gender dan peran gender secara umum. Ini
yang membuat sangat penting untuk membedakan antara
gender dengan peran gender.
● Unger (dalam Basow, 1992) menyebutkan bahwa dalam
psikologi baru mengenai gender dan peran gender, kepriaan
dan kewanitaan lebih sebagai konstruk sosial yang dikonfirmasi
melalui gaya gender dalam penampilan diri dan distribusi antara
pria dan wanita ke dalam peran-peran dan status yang berbeda,
dan diperhatikan oleh kebutuhab-kebutuhan intrapsikis
terhadap konsistensi diri kebutuhan untuk berperilaku sesuai
dengan nilai-nilai sosial.
● Oleh itu, peran gender dikonstruksikan oleh manusia lain.
Bukan secara biologis, dan konstruksi ini dibentuk oleh proses-
proses sejarah, budaya dab psikologis (Basow, 1992). Kini lebih
banyak digunakan istilah peran gender daripada gender di
dalam mempelajari tingkah laku pria dan wanita di dalam suatu
konsteks sosial. Gender merupakan konstruksi sosial.

● Peran gender adalah pola tingkah laku yang dianggap sesuai


untuk masing-masing gender yang didasarkan pada harapan
msyarakat. Menurut Myers (1995), peran gender merupakan
suatu set tingkah laku yang diharapkan (berupa norma) untuk
pria dan wanita, dikaitkan dengan ciri-ciri feminim dan maskulin
sesuai dengan yang diharapkan dalam msyarakat.
Keadila
n
Gender!
Syair lagu Kasih Ibu yang berbunyi “kasih ibu kepada beta/ tak terhingga
sepanjang masa/ hanya memberi tak harap kembali/ bagai sang surya
menyinari dunia”. Merupakan suatu contoh penggambaran seorang “ibu ideal”
menurut konstruksi sosial yang berlaku dimana wanita selalu diposisikan
sebagai sosok yang selalu siap bekorban bagi siapapun. Demikian juga dengan
lagu Sabda Alam sebuah yang masih populer sampai detik ini ciptaan
Almarhum Ismail Marzuki.
Syairnya berbunyi “diciptakan alam pria dan wanita/ dua makhluk dalam
asuhan dewata/ ditakdirkan bahwa pria berkuasa/ adapun wanita lemah
lembut manja/ wanita dijajah pria sejak dulu, dijadikan perhiasan sangkar
madu/ namun saat pria tak berdaya, tekuk lutut di kerling wanita”. Dalam lagu
ini wanita digambarkan menjadi sosok yang tak berdaya. Menjadi pertanyaan
mengapa wanita selalu digambarkan dengan pencitraan sedemikian rupa
sebagai ibu yang harus selalu siap berkorban dan sebagai wanita yang tak
berdaya? Darimana datangnya altruism tersebut pada kaum wanita? Mengapa
konstruksi sosial tentang wanita selalu penuh dengan mitos, stereotipe, stigma
dan pelabelan negatif
Bagaimana realita sosial wanita, apakah memang sebagaimana yang
digambarkan dalam dua contoh syair lagu tersebut? Pertanyaan-pertanyaan ini
yang harus kita jawab bersama bila kita bicara tentang perjuangan hak-hak
wanita yang selama ini masih banyak mengalami kendala karena berbagai
faktor penyebab.

Berbagai mitos, stereotipe, pelabelan tentang peran wanita tak dapat


dilepaskan dari konstruksi sosial yang berlaku, bagaimana wanita dimaknai dan
diperankan dalam masyarakat. Selama ini kita sering menyebutkan adanya
dominasi budaya patriaki telah menimbulkan berbagai bias gender yang
menyebabkan berbagai bentuk ketidakadilan, beban berat, diskriminasi,
bahkan berbagai bentuk kekerasan yang banyak dialami kaum wanita.
Diskriminasi
Gender
Diskriminasi gender adalah adanya perbedaan, pengecualian
atau pembatasan yang dibuat berdasarkan peran dan
norma gender yang di konstruksi secara sosial yang
mencegah seseorang menikmati HAM secara penuh.
Bentuk- bentuk
Diskriminasi Gender
Beban Ganda (Double Burden)
Mengerjakan tanggung jawab secara berlebihan, yang
seharusnya dapat dilakukan pembagian tugas antara laki-
laki dan perempuan
Contoh : Seorang istri harus melakukan pekerjaan rumah
tangga seperti memasak, mencuci, berbelanja, mengasuh
anak, melayani kebutuhan suami, dsb, sementara istri juga
bekerja di luar rumah. Sedangkan suami hanya bekerja
saja tanpa mengerjakan tugas rumah tangga (yang
umumnya dilakukan istri)
Tugas-tugas rumah tangga tersebut sebetulnya bisa juga
dikerjakan oleh suami
Bentuk- bentuk Diskriminasi Gender
Peminggiran (Marginalisasi)
Perempuan tidak dapat berkontribusi dalam suatu aspek
atau bidang pekerjaan tertentu karena stereotype
tertentu yang melekat cukup lama pada perempuan
contoh : perempuan adalah individu lemah, terlalu
perasa, sensitif, cengeng.
Karena fungsi reproduksi yang dimiliki perempuan,
perempuan dianggap akan menghambat pekerjaan
Contoh : Pekerjaan yang berkaitan dengan
pembangunan (gedung, jalan, dsb) minim kontribusi
perempuan karena perempuan dianggap lemah secara
fisik dan psikologi, fungsi reproduksi perempuan dinilai
akan menghambat pekerjaan (ketika perempuan haid,
hamil dan menyusui)
Bentuk- bentuk Diskriminasi Gender
Kekerasan (Violence)
Terjadi karena perempuan/laki-laki dianggap lemah dan
ditundukkan
Terjadi karena adanya narasi tubuh perempuan sebagai
objek seksual
Contoh :
       1. Kekerasan fisik                     : dipukul, ditampar
       2. Kekerasan seksual               : dipegang
pada bagian tubuh tertentu (tanpa persetujuan
darikorban?)
       3. Kekerasan psikologis            : ucapan
menyakitkan, kata-kata kotor, bentakan, hinaan dan
ancaman
Bentuk- bentuk Diskriminasi Gender
Pelabelan (Stereotipe)
Pelabelan yang melekat pada jenis kelamin dan
berhubungan dengan fungsi dan perannya, yang tidak
mengandung kebenaran mutlak.
Perempuan : tugas pokoknya adalah memasak, mencuci,
mengasuh anak, dan tugas rumah tangga lainnya.
- Perempuan : lemah, cengeng, perasa, sensitive
- Laki-laki : tugas pokoknya adalah bekerja mencari
nafkah
- Laki-laki : tidak boleh menangis, kuat, tidak perasa,
galak, tidak rapi.
Sub Ordinasi
Sikap merendahkan posisi/ status sosial salah satu jenis
kelamin/ gender. Anggapan bahwa perempuan itu
irrasional atau emosional menyebabkan perempuan
dijauhkan dari dunia politik, tidak bisa tampil sebagai
pemimpin, yang berakibat munculnya sikap yang
menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting,
yang lebih rendah daripada laki-laki. Bahkan ada anggapan
bahwa anak perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi.
Bila keuangan terbatas, maka anak laki-laki lebih
diutamakan untuk bersekolah.
Jika suami akan pergi belajar (jauh dari keluarga) atau
ditugaskan ke luar kota, dia bisa mengambil keputusan
sendiri, sedangkan istri harus atas seizin suami. Selain itu,
perempuan yang menjadi kepala rumah tangga tidak
pernah diakui oleh Negara.
Thank
You

You might also like