You are on page 1of 29

ANEMIA

Kelompok 7
1. Alvionita Wahyu F (P27220021052)
2. Aulia Rahma (P27220021058)
3. Sephia Khori N I P (P27220021093)
4. Zakiyyah Silvy W (P27220021098)
PENGERTIAN
Anemia merupakan istilah yang menunjukkan rendahnya sel darah merah dan kadar hematocrit di bawah nilai normal. Anemia bukan merupakan
penyakit tetapi merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin sebagai mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Wijaya & Putri, 2013).

Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah
normal. Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal eritrosit, kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cell
(hematokrit) per 100 ml darah (Pratiwi, 2016).

Penyakit Anemia atau kurang darah adalah suatu kondisi di mana jumlah sel darah merah (Hemoglobin) dalam sel darah merah berada di bawah
normal. Hemoglobin yang terkandung di dalam Sel darah merah berperan dalam mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke
seluruh bagian tubuh. Seorang pasien dikatakan anemia apabila konsentrasi Hemoglobin (Hb) pada laki-laki kurang dari 13,5 g/dL dan
Hematokrit kurang dari 41%, Pada perempuan konsentrasi Hemoglobin kurang dari 11,5 g/dL atau Hematocrit kurang dari 36% (Iqfadhilah,
2014).
ETIOLOGI
Menurut Muttaqin Arif (2012), berkurangnya sel darah merah dapat disebabkan oleh kurangnya kofaktor untuk eritropoesis,
seperti asam folat, vitamin B12, dan besi. Produksi sel darah merah juga dapat turun apabila sumsum tulang tertekan (oleh
tumor atau obat) atau rangsangan yang tidak memadai karena kekurangan eritropoetin, seperti yang terjadi pada penyakit
ginjal kronis. Peningkatan penghacuran sel darah merah dapat terjadi akibat aktivitas sistem helial yang berlebihan misal
akibat sumsum tulang yang menghasilkan sel darah merah abnormal.

Penyebab Anemia Yang Lain Yaitu :


a) Perdarahan Hebat :
Akut Kronik
• Kecelakaan • Perdarahan Hidung, Perdarahan Menstruasi

• Pembedahan • Wasir (Hemoroid)

• Persalinan • Ulkus Peptikum

• Pecah Pembuluh Darah • Kanker atau Polip di saluran Pencernaan

• Tumor Ginjal atau Kandung Kemih


ETIOLOGI
b) Berkurangnya Pembentukan Sel Darah Merah c) Kegagalan dan Kerusakan Sumsum Tulang
• Kekurangan zat besi • Anemia Aplastik
• Kekurangan vitamin B12, vitamin C • Keganasan

• Kekurangan asam folat • Osteoporosis

• Penyakit kronik • Myelo Fibrosis (Penyakit Ginjal Kronis) dan Defisiensi Vit D

d) Meningkatnya Penghancuran Sel Darah Merah


• Pembesaran limfa • Kekurangan G6PD (enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase

• Kerusakan mekanik pada sel darah merah • Penyakit hemoglobin C, S-C, E

• Reaksi autoimun terhadap sel darah merah • Sferositosis Herediter

• Hemoglobinuria nokturnal paroksimal • Elliptositosis Herediter

• Thalasemia
Patofisiologi
Menurut (Wijaya & Putri, 2013) timbulnya anemia karena adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel darah merah
secara berlebihan. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, invasi tumor atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui pendarahan destruksi, dapat mengakibatkan defek sel
merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Pecah atau rusaknya
sel darah merah terjadi terutama dalam hati dan limpa. Efek samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah.
Setiap kenaikan destruksi sel merah atau hemolisis segera direfleksikan dengan adanya peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi
normal kurang lebih 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera). Apabila sel darah merah mengalami
penghancuran dalam sirkulasi (pada kelainan hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma hemoglobinemia. Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (Protein pengikat hemoglobin yang terlepas dari sel darah merah
yang telah rusak) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin
(hemoglobinuria). Anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar menghitung retikulosit dalam sirkulasi darah, derajat proliferasi sel darah
merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematanganya, seperti yang terlihat dalam biopsy dan ada tidaknya
hyperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
PATHWAY
MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Handayani & Haribowo, 2015) tanda dan gejala anemia yaitu:

1. Manifestasi umum pada anemia disebut sindrom anemia.


Gejala umum anemia merupakan gejala yang timbul pada semua anemia pada kadar Hb yang sudah
menurun di bawah nilai normal.
Gejala-gejala tersebut diklasifikasikan menurut organ yang terkena:

Sistem kardiovaskuler lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak nafas, saat beraktivitas, gagal
jantung
Sistem saraf sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang, kelemahan otot,
iritabilitasi, lesu, serta perasaan dingin pada ekstermitas
Sistem urogenital gangguan haid dan libido menurun

Epitel warna kulit pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, rambut
tipis dan halus
MANIFESTASI KLINIS
2. Gejala khas menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia (Wijaya & Putri, 2013)
A. Anemia Karena Perdarahan
Pendarahan akut akibat kehilangan darah lebih cepat terjadi karena reflek kardiovaskuler fisiologis
berupa kontraksi arteriola, pengurangan aliran darah.
• Kehilangan darah 12-15% akan tampak gejala pucat, takikardi, tekanan darah rendah atau normal.
• Kehilangan darah 15-20% dapat mengakibatkan tekanan darah menurun dan dapat terjadi syock
yang masih reversible.
• Kehilangan darah > 20% dapat menimbulkan syock yang irreversible dengan angka kematian tinggi.
Pendarahan kronik, leukosit (15.000-20.000/mm³) nilai hemoglobin, eritrosit dan hematocrit rendah
akibat hemodelusi.
B. Anemia Defisiensi
a) Anemia Defisiensi Besi (DB)
Pucat merupakan tanda yang paling sering, bila
Hb menurun sampai 5 g/dl iritabilitas dan
anorexia, takikardi dan bising usus menurun.
Pada kasus berat terjadi perubahan pada kulit dan
mukosa yang progresif (atrofi papila lidah,
terdapat tanda-tanda malnutrisi, disfagia,
stomatitis angularis)
Hasil laboratorium Hb 6-10g/dl, trombositosis
(600.000-1.000.000)
MANIFESTASI KLINIS
b) Anemia Defisiensi Asam Folat
Tanda dan gejala sama dengan anemia defisiensi besi. Anemia megaloblastic mungkin ditemukan gejala
neurologis seperti gangguan kepribadian dan hilangnya daya ingat. Selain itu lidah tampak kemerahan.
Gambaran darah seperti anemia pernisiosa tetapi kadar vitamin B12 serum normal dan asam folat serum
rendah, biasanya kurang dari 3ng/ml. Menentukan diagnosa adalah kadar folat sel darah merah kurang dari
150ng/ml.
MANIFESTASI KLINIS
C. Anemia Hemolitik
a) Anemia hemolitik autoimun, keluhan pada anemia ini fatigue
terlihat bersama gagal jantung kongestif dan angina.
Biasanya ditemukan icterus dan spleno megali. Jika pasien
mempunyai penyakit dasar seperti LES atau Leukimia
Limfositik Kronik, gambaran klinis pasien tersebut dapat
terlihat. Hasil kadar HB yang bervariasi dari ringan sampai
berat (HT<10%) Retikulositosis dan Sferositosis biasanya
dapat dilihat pada asupan darah tepi.

b) Thalasemia
Anemia berat tipe mikrositik dengan limpa dan hepar yang
membesar. Pada anak biasanya disertai keadaan gizi buruk
dan mukanya memperlihatkan fasies mongoloid. Jumlah
retikulosit dalam darah meningkat. Hasil laboratorium
thalasiemia ß HbF>90% tidak ada Hb A. Pada thalasiemia –a
anemianya tidak sampai memerlukan transfusi darah, mudah
terjadi hemolisis akut pada serangan infeksi berat, kadar 14
Hb 7-10g/dL, sediaan darah tepi memperlihatkan tanda
hipokromia yang nyata dengan anisositosis (ukuran sel
darah merah berbeda tidak seragam) dan poikilositosis (sel
darah merah berbeda bentuk karena abnormalitas).
MANIFESTASI KLINIS
d. Anemia Aplastik
Anemia aplastic biasanya khas dan bertahap ditandai oleh kelemahan, pucat, sesak nafas pada saat
latihan, pendarahan kulit atau mukosa dan tanda infeksi. Hasil laboratorium biasanya ditemukan
pansitopenia, sel darah merah normositik dan normokromik artinya ukuran dan warnanya normal,
pendarahan abnormal akibat trombositopenia.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnosa anemia adalah (Handayani & Haribowo, 2015):

1. Pemeriksaan laboratorium
a. Tes penyaring (sceening test): Dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus anemia. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian
(kadar Hb, indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC), asupan darah tepi)
b. Pemeriksaan darah seri anemia: untuk mengetahui kelainan pada sistem leukosit dan trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan
yaitu laju endap darah (LED), hitung diferensial, dan hitung retikulosit. Automatic hematology analyzer yang dapat memberikan
presisi hasil lebih baik.
c. Pemeriksaan sumsum tulang
d. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan ini hanya dikerjakan atas indikasi khusus, seperti pada:
a) Anemia defisiensi besi: serum, TIBC (total iron binding capacity), reseptor transferrin, protoporfirin eritrosit, saturasi
transferrin dan pengecatan besi pada sumsum tulang
b) Anemia megalobastik: Folat serum, tes supresi deoksiuridin, vitamin B12 serum dan test schilling
c) Anemia hemolitik: test comb, elektroforesis hemoglobin, bilirubin serum
d) Anemia Aplastik: biopsy sumsum tulang

2. Pemeriksaan penunjang lain


a. Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan hispatologi.
b. Radiologi: torak, bone survey, USG, atau limfangiografi.
c. Pemeriksaan sitogenetik.
d. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR: polymerase chain reaction, FISH: fluorescence in situ hybridization).
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Sumsum Tulang

Elektroforesis Hemoglobin
Automatic hematology analyzer

PCR: polymerase chain reaction Test schilling


PENATALAKSANAAN
Terapi dan cara untuk mengobati penyakit anemia antara lain sebagai berikut (Iqfadhilah, 2014):

1. Pemberian suplemen yang mengandung Zat besi, vitamin B12, dan vitamin-vitamin lain yang dibutuhkan tubuh.
Vitamin yang dapat berperan dalam pembentukan sel darah merah yaitu vitamin A dan vitamin C. Vitamin A untuk
membantu atau mempermudah mobilisasi besi dari hati atau penggabungan dengan eritrosit sehingga pembentukan
hemoglobin lebih banyak (Asterina, 2013). Vitamin C membantu mempercepat penyerapan besi di dalam tubuh serta
berperan dalam memindahkan besi ke dalam darah, mobilisasi simpanan besi terutama hemosiderin dalam limpa.

2. Transfusi darah
Transfusi sel darah merah umumnya diperlukan untuk menangani kondisi anemia berat, baik karena anemia defisiensi besi
atau anemia aplastik.
Biasanya, penderita anemia akan membutuhkan transfusi darah ketika jumlah hemoglobinnya sudah terlalu rendah atau
kurang dari 8 g/dL.

3. Pemberian obat-obatan kortikosteroid yang mempengaruhi sistem imun tubuh seperti deferasirox.

4.Pemberian Eritropoietin, yaitu jenis hormon yang membantu proses hematopoiesis pada sumsum tulang. Diberikan pada
pasien anemia dengan penyakit ginjal kronik yang menjalani dialisis atau penyakit ginjal kronik yang belum dihemodialisis.
Eritropoietin dapat diberikan secara subcutan maupun intravena.
1. Transplantasi Sum-Sum Tulang
PENANGANAN
Dilakukan pada pasien anemia aplastik jika memiliki donor yang cocok HLA-nya (misalnya saudara kembar ataupun saudara
kandung). Transplantasi sumsum tulang ini dapat mencapai angka keberhasilan lebih dari 80% jika memiliki donor yang HLA-nya
cocok. Semakin meningkat umur, reaksi penolakan sumsum tulang donor makin meningkat. Kondisi ini biasa disebut GVHD atau
graft-versus-host disease. Agar transplantasi dapat berhasil, diperlukan kemampuan menyesuaikan sel donor dan resipien serta
mencegah komplikasi selama masa penyembuhan (Bakta, 2015).

2. Terapi Suportif
Transfusi sel darah merah dan trombosit secukupnya dapat mengatasi gejala. Selanjutnya pasien akan mengembangkan antibodi
terhadap antigen sel darah merah minor dan antigen trombosit, sehingga transfusi tidak lagi mampu menaikkan jumlah sel.
Pasien dengan lekopenia yang jelas harus dilindungi terhadap kontak dengan orang lain yang mengalami infeksi. Antibiotik tidak
boleh diberikan secara profilaksis pada pasien dengan kadar netrofil rendah dan abnormal ( netropenia ) karena antibiotik dapat
mengakibatkan kegawatan akibat resistensi bakteri dan jamur (Bakta, 2015).

3. Terapi Imuunosupresif
Terapi ini dilakukan dengan konsumsi obat-obatan bagi penderita anemia aplastik. Obat-obat yang termasuk terapi imunosupresif
ini antara lain antithymocyte globulin (ATG) atau antilymphocyte globulin (ALG), siklosporin A (CsA) dan Oxymethalone. Orang
dewasa yang tidak mungkin lagi melakukan terapi transplantasi sumsum tulang, dapat melakukan terapi imunosupresif ini.
PENCEGAHAN
Cara pencegahan anemia serta jenis-jenis makanan yang bisa membantu
mencegah anemia di antaranya (Iqfadhilah, 2014) :

1. Konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi


Makanan yang banyak mengandung zat besi seperti daging, kacang, sayur-
sayuran yang berwarna hijau dan lain-lain. Zat besi juga sangat penting untuk
wanita yang sedang menstruasi, wanita hamil dan anak-anak.

2. Konsumsi makanan yang banyak mengandung asam folat


Konsumsi makanan yang banyak mengandung asam folat seperti pisang,
sayuran hijau gelap, jenis kacang-kacangan, jeruk, sereal, dll.

3. Konsumsi makanan yang mengandung Vitamin B 12 dari daging dan susu.

4. Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung Vitamin C


Banyak sekali manfaat-manfaat vitamin C, salah satunya yaitu bisa membantu penyerapan zat besi. Jenis-jenis Makanan yang
banyak mengandung vitamin C seperti buah melon, buah jeruk, dan buah beri.

.
PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN
a) Aktivitas/istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja, toleransi
terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/takipnae/dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik
pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai,
berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
b) Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan gastrointestinal kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF
(akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural.
Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia.
Bunyi jantung : murmur sistolik.
Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan:
pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat atau kuning lemon terang.
Sklera : biru atau putih seperti mutiara. Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi
kompensasi)
Kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia)
Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature.
c) Integritas Ego
ASUHAN KEPERAWATAN
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah
Tanda : depresi
d) Eliminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi. Hematemesis, feses dengan darah segar, melena.
Diare atau konstipasi. Penurunan saluran urine
Tanda : distensi abdomen
e) Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi. Nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah
puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, dan sebagainya.
Tanda : lidah tampak merah daging/halus. Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang
elastisitas. Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah.
f) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan,
dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah; parestesia tangan/kaki; klaudikasi.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu merespons, lambat dan dangkal.
g) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen; sakit kepala
h) Pernapasan
ASUHAN KEPERAWATAN
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
i) Keamanan
Gejala : Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak
toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering
infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Petechiae ekimosis
j) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi (menoragia atau amenore). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Keletihan b/d Kondisi Fisiologis Anemia (D.0057)
b) Perfusi Perifer Tidak Efektif b/d Penurunan Konsentrasi Hemoglobin (D.0009)
c) Intoleransi Aktivitas b/d Kelemahan (D.0056)
d) Resiko Infeksi b/d Ketidakadekuatan Pertahanan Tubuh Sekunder
(Penurunan Hemoglobin) (D.0142)
e) Defisit Pengetahuan b/d Kurang Informasi (D.0111)
ASUHAN KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN

.
ASUHAN KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
TERIMAKA
SIH

You might also like