You are on page 1of 29

MANAJEMEN PENDAPATAN

DAERAH

LUCIA EVIANTI PATULAK, S.E., M.M


BAB 2:
MANAJEMEN PENDAPATAN DAERAH

Siklus Manajemen
01 Pendapatan Daerah 02 Mengenali Sumber-Sumber
Pendapatan Daerah

Prinsip Dasar
03 Manajemen 04 Manajemen Pendapatan
Asli Daerah (PAD)
Penerimaan Daerah

Manajemen Dana
05 Perimbangan
SIKLUS
MANAJEMEN
01 PENDAPATAN
DAERAH
Tahapan Siklus Manajemen Pendapatan Daerah
MENGENALI
SUMBER-
02 SUMBER
PENDAPATAN
Mengenali Sumber-Sumber Pendapatan

Jika dibandingkan dengan sektor bisnis, sumber pendapatan pemerintah daerah terprediksi dan lebih stabil
sebab pendapatan tersebut diatur oleh undang-undang dan peraturan daerah yang bersifat mengikat dan
dipaksakan.

Lain halnya dengan sektor bisnis yang sangat dipengaruhi oleh pasar yang penuh ketidakpastian dan
turbelensi, sehingga pendapatan bersifat fluktuatif.

Dalam sistem pasar sempurna, perusahaan tidak dapat memaksa pelanggan untuk membeli produk barang
atau jasa yang merupakan sumber pendapatan utama perusahaan.

Sementara itu, pemerintah daerah dengan payung hukum peraturan perundangan berhak memungut pajak
daerah dan retribusi daerah. Bahkan pemerintah dapat memaksa wajib pajak untuk membayar pajak dan
memberikan sanksi apabila tidak patuh pajak.

Oleh karenanya pendapatan di pemerintah daerah relatif stabil. Meskipun demikian, pemerintah daerah perlu
melakukan manajemen pendapatan secara baik agar diperoleh pendapatan secara optimal.
Agar pemerintah daerah dapat melakukan manajemen pendapatan secara optimal, hal pertama
yang perlu dilakukan adalah mengenali sumber-sumber pendapatan daerah.

Sumber pendapatan daerah pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua:


 Pertama, sumber pendapatan yang saat ini ada dan sudah ditetapkan dengan peraturan
perundangan
 Kedua, sumber pendapatan di masa datang yang masih potensial atau tersembunyi dan baru
akan diperoleh apabila sudah dilakukan upaya-upaya tertentu.

Selain mengenali sumber pendapatan, hal penting lainnya yang perlu dilakukan oleh pemerintah
daerah adalah pemerintah adalah menciptakan sumber-sumber pendapatan baru.

Sumber pendapatan baru ini bisa diperoleh misalnya melalui inovasi program ekonomi daerah,
program kemitraan pemerintah daerah dengan pihak swasta dan sebagainya.
Sumber Pendapatan Daerah Menurut Ketentuan Perundangan

Meskipun pemerintah daerah telah diberi otonomi secara luas dan desentralisasi fiskal, namun
pelaksanaan otonomi tersebut harus tetap berada dalam koridor hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).

Dalam hal sumber penerimaan yang menjadi hak pemerintah daerah, Undang-Undang No.32
Tahun 2004 tentang pemerintah Daerah; dan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah telah menetapkan sumber-sumber
penerimaan daerah, sebagai berikut:

1. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) 2. TRANSFER PEMERINTAH DAERAH


a) Pajak Daerah a) Bagi Hasil Pajak
b) Retribusi Daerah b) Bagi Hasil Sumber Daya Alam
c) Bagian Laba Pengelolaan Aset Daerah c) Dana Alokasi Umum
Yang Dipisahkan d) Dana Alokasi Khusus
d) Lain-Lain PAD yang sah e) Dana Otonomi Khusus
f) Dana Penyesuaian
3. TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
a) Bagi Hasil Pajak 4. LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
b) Bagi Hasil Sumber Daya Alam
c) Bagi Hasil Lainnya
PRINSIP
DASAR
03 MANAJEMEN
PENERIMAAN
DAERAH
Manajemen penerimaan daerah sangat erat kaitannya dengan
kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola potensi fiskal daerah.

Potensi fiskal daerah adalah kemampuan daerah dalam menghimpun


sumber-sumber pendapatan yang sah.

Berhasil tidaknya pemerintah daerah dalam memperoleh pendapatan


daerah sangat dipengaruhi oleh sistem manajemen pendapatan daerah
yang digunakan.

Pada dasarnya terdapat beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan


pemerintah daerah dalam membangun manajemen penerimaan daerah,
yaitu:
Prinsip Dasar Manajemen Penerimaan
Daerah

1 2 3 4
Pengendalian atas Peningkatan
Perluasan basis Transparansi dan
kebocoran efisiensi
penerimaan akuntabilitas
pendapatan administrasi
pendapatan
Perluasan Basis Penerimaan
Peningkatan pendapatan dapat dilakukan pada tataran kebijakan maupun
perbaikan administrasinya.

Upaya melakukan perluasan basis penerimaan merupakan salah satu bentuk


peningkatan pendapatan melalui kebijakan.

Yang dimaksud perluasan basis penerimaan adalah memperluas sumber


penerimaan. Untuk memperluas basis penerimaan, pemerintah daerah dapat
melakukan dengan cara berikut:

1) Mengidentifikasi pembayaran pajak/retribusi dan menjaring wajib


pajak/retribusi baru
2) Mengevaluasi tarif pajak/retribusi
3) Meningkatkan basis data objek pajak/retribusi
4) Melakukan penilaian kembali (appraisal) atas objek pajak/retribusi
Pengendalian atas Kebocoran Pendapatan
Untuk mengoptimalkan perolehan pendapatan, pemerintah daerah harus
melakukan pengawasan dan pengendalian yang memadai.

Sumber-sumber kebocoran harus diindentifikasi dan segera diatasi.


Kebocoran pendapatan bisa disebabkan karena penghindaraan pajak (tax
avoided), penggelapan pajak, pungutan liar atau korupsi petugas.

Untuk mengurangi kebocoran pendapatan beberapa Langkah yang dapat


dilakukan antara lain:

1) Melakukan audit, baik rutin maupun incidental,


2) Memperbaiki sistem akuntansi penerimaan daerah
3) Memberikan penghargaan yang memadaI bagi masyrakat yang taat pajak
dan hukuman (sanksi) yang berat bagi yang tidak mematuhinya
4) Meningkatkan disiplin dan moralitas pegawai yang terlibat dalam
pemungutan pendapatan
Peningkatan Efisiensi Administrasi Pajak

Efisiensi administrasi pajak sangat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja


penerimaan daerah. Masyarakat yang sebenarnya sudah memiliki kesadaran
membayar pajak bisa enggan membayar pajak karena alasan rumitnya
mengurus pajak.

Demikian pula investor yang ingin berinvetasi di daerah seringkali enggan


masuk ke daerah karena hambatan birokrasi termasuk administrasi pajak yang
berbelit-belit dan berbagai pungutan di daerah.

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan pemerintah daerah untuk


meningkatkan efisiensi administrasi pajak, yaitu sebagai berikut:

1) Memperbaiki prosedur administrasi pajak sehingga lebih mudah dan


sederhana
2) Mengurangi biaya pemungutan pendapatan
3) Menjalin Kerjasama dengan berbagai pihak, seperti bank, kantor pos,
koperasi dan pihak lainnya untuk memberikan kemudahan dan kenyaman
dalam membayar pajak.
Transparansi dan Akuntabilitas
Aspek penting lainnya dalam sistem manajemen penerimaan daerah adalah
transparansi dan akuntabilitas.

Dengan adanya transparansi dan akuntabilitas maka pengawasan dan


pengendalian manajemen pendapatan daerah akan semakin baik.

Selain itu, kebocoran pendapatan juga dapat lebih ditekan. Untuk pelaksanaan
prinsip transparansi dan akuntabilitas ini memang membutuhkan beberapa
persyaratan.

1) Adanya dukungan teknologi informasi (TI) untuk membangun Sistem


Informasi Manajemen Pendapatan Daerah
2) Adanya staf yang memiliki kompetensi dan keahlian yang memadai
3) Tidak adanya korupsi sistemik di lingkungan entitas pengelola
pendapatan daerah
MANAJEMEN
04 PENDAPATAN
ASLI DAERAH
(PAD)
Manajemen Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Salah satu tujuan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal adalah untuk meningkatkan kemandirian
daerah dan mengurangi ketergantungan fiskal terhadap pemerintah pusat.

Peningkatan kemandirian daerah sangat erat kaitannya dengan kemampuan daerah dalam mengelola
Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Semakin tinggi kemampuan daerah dalam menghasilkan PAD, maka semakin besar pula diskresi daerah untuk
menggunakan PAD tersebut sesuai dengan aspirasi, kebutuhan, dan prioritas pembangunan daerah.

Penting bagi pemerintah daerah untuk menaruh perhatian yang lebih besar terhadap manajemen Pendapatan
Asli Daerah. Manajemen PAD tidak berarti eksploitasi PAD, tetapi bagaimana pemerintah daerah mempu
mengoptimalkan penerimaan PAD sesuai dengan potensi yang dimiliki. Bahkan lebih dari itu bagaimana
pemerintah daerah mampu meningkatkan potensi PAD dimasa datang.
Manajemen Pajak Daerah

Secara umum, pajak daerah memberikan kontribusi terbesar terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah.
Kontribusi pajak daerah terhadap total penerimaan daerah juga terus mengalami peningkatan.

Sebagai contoh, berdasarkan data yang dikeluarkan BPS, proporsi pajak daerah seluruh kabupaten/kota
dibandingkan total penerimaan daerah pada tahun 2003 adalah 2,52% tahun 2004 meningkat menjadi 2,85%

Namun demikian, jika dibandingkan dengan total penerimaan pajak negara baik pajak pusat maupun pajak
daerah, proporsi penerimaan pajak daerah kabupaten dan kota seluruh Indonesia hanyalah berkisar antara 3-7%
dari total penerimaan pajak nasional.

Dengan kata lain porsi pajak daerah dibandingkan pajak pusat memang relatif lebih kecil. Namun demikian,
pemerintah daerah juga masih akan menerima bagi hasil PPh Wajib Pribadi, PBB dan BPHTB uang jumlahnya
cukup besar bagi daerah.
Prinsip Pajak Daerah

1. Prinsip Elastisitas 2. Prinsip Keadilan


Pajak daerah harus memberikan Pajak daerah harus memberikan
pendapatan yang cukup dan elastis. keadilan, baik adil secara
vertikal maupun horizontal.

4. Prinsip Keberterimaan
3. Prinsip Kemudahan Administrasi
Politis
Administrasi pajak daerah harus fleksibel, Pajak daerah harus dapat diterima secara
sederhana, mudah dihitung dan politis oleh marsyarakat, sehingga
memberikan pelayanan yang memuaskan masyarakat sadar untuk membayar
bagi wajib pajak pajak.

5. Prinsip Nondistorsi Terhadap Perekonomian


Pajak daerah tidak boleh menimbulkan dampak negatif terhadap
perekonomian.
Manajemen Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Pajak kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea balik nama Kendaraan Bermotor merupakan pajak provinsi yang
hasilnya akan dibagihasilkan ke daerah yang besarannya bervariasi untuk masing-masing daerah tergantung
pada besarnya objek pajak di daerah bersangkutan dengan proporsi pembagian berdasarkan peraturan
perundangan.

Manajemen Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor


Manajemen pajak yang perlu dilakukan pemerintah terhadap PBBKB adalah mengoptimalkan Kerjasama
dengan pihak pertamina, sebab pajak ini dikumpulkan melalui pertamina.

Manajemen Pajak Hotel dan Restoran


Manajemen pajak hotel dan restoran perlu dilakukan pemerintah daerah antara lain dengan memperbaiki data
base wajib pajak, komputerisasi administrasi pajak yang terkoneksi dengan sistem informasi pihak hotel,
melakukan sosialisasi pajak secara memadai, pemberian penghargaan kepada wajib pajak yang taat pajak, dan
kemungkinan outsourcing dalam pemungkutan pajak.
Manajemen Pajak Hiburan
Pajak hiburan merupakan pajak yang dikenakan terhadap orang atau badan penyelenggara suatu hiburan yang
dipugut bayaran.

Manajemen Pajak Reklame


Bagi pemerintah daerah, terutama pemerintah kota, pajak reklame merupakan pajak yang cukup potensial.
Manajemen pajak reklame yang perlu dilakukan pemerintah daerah adalah sinkronisasi antara Tata Ruang dan
Wilayah dengan Tata Ruang Reklame.

Manajemen Pajak Penerangan Jalan (Pajak Listrik)


Dalam rangka optimalisasi penerimaan pajak listrik, yang paling penting dilakukan pemerintah daerah adalah
meningkatkan Kerjasama antara pemerintah daerah dengan pihak PLN dan pihak lain seperti bank dan KUD
sebagai tempat pembayaran listrik.
Manajemen Pajak Parkir
Pajak parkir merupakan pajak yang dikenakan atas penyelenggaran tempat parkir diluar badan jalan yang dilakukan
oleh orang pribadi atau badan baik yang berkaitan dengan pokok usaha maupun usaha sampingan, seperti
supermarket atau mall yang menyelenggarakan parkir sendiri, usaha penitipan kendaraan dan sebagainya.

Manajemen Pajak Retribusi Daerah


Retribusi daerah merupakan pungutan yang dilakukan pemerintah daerah kepada wajib retribusi atas pemanfaatan
suatu jasa tertentu yang disediakan pemerintah.

Manajemen Perusahaan Daerah


Perusahaan daerah merupakan salah satu sumber PAD yang diharapkan mampu memberikan kontribusi yang
signifikan sehingga kemandirian pemerintah daerah meningkat dan pada akhirnya mampu memberikan pelayanan
publik yang berkualitas.

Manajemen Lain-Lain PAD Yang Sah


Pendapatan yang berasal dari penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro dan pendapatan bunga pada
umumnya memberikan kontribusi yang cukup signifikan. Pemerintah daerah dapat meningkatkan pendapatan bunga
dan jasa giro melalui optimalisasi manajemen kas daerah.
MANAJEMEN
05 DANA
PERIMBANGAN
Klasifikasi Dana Perimbangan

1 2 3
Dana Bagi Hasil Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus
Dana yang bersumber dari Dana yang bersumber dari Dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang pendapatan APBN yang pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah dialokasikan kepada daerah dialokasikan kepada daerah
berdasarkan presentase tertentu dengan tujuan pemerataan tertentu dengan tujuan untuk
untuk mendanai kebutuhan kemampuan keuangan membantu mendanai kegiatan
daerah. antardaerah untuk mendanai khusus yang merupakan urusan
kebutuhan daerah. daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional.
Manajemen Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil
Pemerintah daerah masih dapat mengoptimalkan penerimaan dana perimbangan melalui dana bagi hasil.
Dana bagi hasil pada dasarnya terdiri atas dua jenis, yaitu bagi hasil pajak dan bagi hasil sumber daya alam.

Dana Bagi Hasil Pajak Meliputi:


-Bagi Hasil dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
-Bagi Hasil dari Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
-Bagi Hasil dari Pajak Penghasilan Pasal 25 dan 29 dan PPh pribadi
Dana Bagi Hasil Pajak sumber daya alam meliputi:
Bagi Hasil PBB dan BPHTB
PBB yang menjadi pajak daerah hanya PBB perdesaan dan perkotaan, sedangkan PBB perkebunan, kehutanan dan
pertambangan masih menjadi pajak pusat yang mengutamakannya bisa melibatkan pemerintah daerah. Karena PBB dan
BPHTB telah ditetapkan sebagai pajak daerah, maka pemerintah perlu mengoptimalkan penerimaan PBB BPHTB.

Bagi Hasil Sumber Daya Alam


Untuk bagi hasil SDA pada umumnya lebih bersifat fluktuatif dan berbeda-beda untuk masing-masing daerah.

Untuk daerah yang memiliki kekayaan sumber daya alam tentu akan memperoleh bagi hasil SDA yang lebih besar,
seperti Kalimantan, Bontang, Riau, Bengkalis dsb.

Terkait dengan eksploitasi SDA ini pemerintah daerah perlu memanfaatkan dari bagi hasil SDA tersebut dengan sebaik-
baiknya terutama SDA yang bersifat tidak terbarui.

Ketika saat ini memanen hasil SDA, pemerintah daerah harus sudah memikirkan antisipasi jangka panjangnya, yakni
setelah SDA tersebut habis sehingga tidak menghasilkan pendapatan lagi dan bahkan meninggalkan dampak negatif
seperti kerusakan lingkungan dan permasalahan sosial
IKHTISAR

1) Siklus manajemen pendapatan daerah terdiri dari 5 tahap yaitu, identifikasi sumber-sumber
pendapatan daerah, administrasi pendapatan daerah, koleksi atau pemungutan pendapatan daerah,
pencatatan akuntansi pendapatan daerah, dan alokasi pendapatan daerah.

2) Prinsip dasar dalam membangun sistem manajemen penerimaan daerah yang baik anatara lain
melalui perluasan basis penerimaan, pengendalian atas kebocoran pendapatan, peningkatan
efisiensi administrasi pendapatan, dan peningkatan transparansi dan akuntabilitas manajemen
pendapatan daerah.

3) Untuk optimalisasi penerimaan daerah, selain melakukan optimalisasi PAD, pemerintah daerah
perlu mengoptimalkan penerimaan dari dana perimbangan, khususnya dan bagi hasil. Pemerintah
daerah dapat ikut berperan aktif dalam pemungutan pajak pusat yang dibagihasilkan dengan
daerah, yaitu PPh, PBB dan BPHTB.
Does anyone have any questions?
youremail@freepik.com
+91 620 421 838

Terima Kasih! yourcompany.com

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik

You might also like