You are on page 1of 28

TRAUMA

PERSALINAN
EKA RIYANTI
Definisi
 Trauma persalinan adalah cidera fisik yang terjadi
selama persalinan.
 Trauma kelahiran adalah kelahiran pada bayi baru
lahir yang terjadi karena trauma kelainan akibat
tindakan, cara persalinan / gangguan yang
diakibatkan oleh kelainan fisiologik persalinan
ETIOLOGI
 Makrosomia
 Mal presentasi (bagian terendah janin yang tidak sesuai)
 Presentasi ganda (bagian terendah janin lebih dari 1 bagian)
 Disproporsi sephalo pelvik (ketidak sesuaian panggul dan kepala janin)
 Kelahiran dan tindakan (proses persalinan yang tidak spontan tapi dengan menggunakan

alat)
 Persalinan lama (persalinan yang lebih dari 24 jam)
 Persalinan presipitatus (persalinan dimana gejala Kala I tidak dirasakan sakit dan

berakhir dengan lahirnya bayi)


 Bayi kurang bulan (bayi lahir dengan usia kehamilan 22 – 26 minggu)
 Distosia bahu (kemacetan bahu)
Jenis trauma
 Trauma pada jaringan lunak
 Trauma pada Susunan Saraf
 Perdarahan Intrakranial
 Fraktur
Trauma pada jaringan lunak
 Trauma pada jaringan lunak

1.3.1.1Perlukaan Kulit

Diagnosis : Perlukaan pada bayi timbul pada persalinan dengan

cunam atau vakum ekstraktor

Tindakan : Bersihkan daerah luka

Beri antiseptik lokal

1.3.1.2Kaput Suksedaneum

Pengertian : Pembengkakan pada suatu tempat dan kepala / adanya

timbunan getah bening bawah lapisan apenorose di luar periostium.


 Etiologi
1. Karena adanya tekanan pada kepala oleh janin lahir baik pada :
2. Partus lama
3. Persalinan dengan vacum ekstraksi
Kaput suksedanum terjadi bila :
1. Ketuban sudah pecah
2. His cukup kuat, makin kuat his, makin besar caput suksedaneum
3. Anak hidup, tidak terjadi pada anak yang mati.
4. Selalu terjadi pada bagian yang terendah dari kepala.
Tanda / gejala :
1. Adanya odem di kepala berwarna kemerahan
2. Pada perabaan terasa lembut dan lunak
3. Odema melampaui sela-sela tengkorak.
4. Batas tidak jelas
5. Menghilang 2-3 hari tanpa pengobatan.
Sephal hematoma
 Pengertian : Pembengkakan pada kepala karena adanya penumpukan
darah yang disebabkan oleh perdarahan subperiostium.
 Etiologi
1. Tekanan jalan lahir terlalu lama pada kepala waktu persalinan
2. Moullage terlalu keras , selaput tengkorak robek
3. Partus dengan tindakan :Forcep Vacum ekstraksi

 Frekuensi 0,5 – 2% dari kelahiran hidup


Tanda dan gejala
 Kepala bengkak dan merah
 Batas jelas
 Pada perabaan mula-mula lunak, lambat laun
keras.
 Menghilang pada waktu beberapa minggu.
Trauma Muskulus Sternokleidomastoideus
 Diagnosis :

 Minggu pertama

 terdapat tumor berdiameter 1,2 cm pada muskulus sternokleidomastoideus.

 Berbatas tegas, sukar digerakkan dari dasarnya. Kepala serta leher bayi cenderung miring ke

arah otot yang sakit.

 Akan terjadi penyembuhan sendiri, tetapi otot menjadi lebih pendek dari normal.

 Tumor ini timbul akibat perlukaan yang menimbulkan hematoma ketika melahirkan kepala bayi

pada persalinan letak sungsang.

Tindakan : Lakukan fisioterapi dengan menggerakkan kepala bayi ke kanan dan ke kiri

setiap hari 5-10 kali.

Beri antiseptik lokal


Paralisis Pleksus Brakialis
 Kelainan ini dibedakan atas :
Paralisis Duchenne – Erb
Paralisis Klumpke
Etiologi : Akibat tarikan kuat di daerah leher saat bayi lahir sehingga
terjadi kerusakan pada pleksus brakialis.
Diagnosis :
 Paralisis Duchene – Erb
Terjadi kelemahan pada lengan untuk fleksi, abduksi serta memutar keluar
disertai hilangnya refleks biseps dan moro. Lengan pada posisi aduksi dan
memutar ke dalam dengan lengan bawah proslasi dan telapak tangan ke
arah belakang
 Paralisis Klumpke
Timbulnya kelemahan pada otot fleksor pergelangan sehingga bayi
kehilangan refleks mengenal. Paralisis ini jarang terjadi.
Tindakan : Rujuk ke rumah sakit untuk fisioterapi
 1.3.2.2 Paralisis Nervus Fasialis
Diagnosis :
 Timbul gejala separuh muka bayi tidka dapat digerakkan.
Kelainan ini terjadi akibat tekanan perifer pada Nervus fasialis
saat lahir
Sering terjadi pada persalinan dengan ekstraksi cunam
 Tindakan : - Bila kelainan pada saraf VIII hanya berupa edema.
Biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa tindakan khusus.
Jika 1 minggu tidak ada perubahan, segera rujuk / konsultasi ke
rumah sakit
Paralisis Nervus Frenikus
 Etiologi :
 Kelahiran sungsang , regangan pada pleksus brakialis yang
menyebabkan regangan pada Nervus Frenikus karena jalannya
bersamaan
 Tindakan :
 Terjadi paralisis pada Nervus Frenikus yang bersifat unilateral atau
bilateral , terjadi paralisis diafragma. Paralisis nervus frenikus
biasanya menyertai paralisis duchene – Erb dan diafragma yang
terkena biasanya diafragma kanan sehingga bila ada paralisis
Duchene – Erb perhatikan pernapasan bayi.
Pada paralisis berat, bayi dapat memperlihatkan sindrome
gangguan pernapasan dengan dispne dan sianosis.
Tindakan : Rujuk ke rumah sakit
Perdarahan Intrakranial
Diagnosis :
 Terdapat gejala asfiksia yang sukar diatasi
 Setengah sadar, merintih
 Sesak napas
 Pucat
 Muntah
 Ada kalanya dengan kejang
 Gejala neurologi yang timbul akan bervariasi, tergantung pada tempat dan
luasnya kerusakan jaringan otak yang diakibatkan oleh perdarahan tersebut.
Tindakan : - Vitamin K injeksi 12 mg/im untuk bayi aterm dan 1 mg untuk
bayi preterm
Hindari manipulasi
Rujuk ke rumah sakit
Patah Tulang
1.3.4.1Fraktura Klavikula
Etiologi :
 Bayi besar
 Persalinan letak sungsang dengan lengan menumbuk ke atas
 Sering timbul kesulitan dalam melahirkan bahu
Diagnosis :
 Timbul kelemahan pada lengan sisi yang terkena disertai
menghilangnya refleks moro pada sisi tersebut
 Bisa dengan palpasi dan jika perlu dengan potret rontgen
Tindakan : Imobilisasi dengan menggunakan “Ransel
Verband”
 1.3.4.2Fraktura Humeri
Etiologi :
 Kesalahan teknis dalam melahirkan lengan pada persalinan
kepala
 Letak sungsang denganlengan menumbung ke atas
Diagnosis :
 Lengan pada sisi terkena tidak dapat digerakkan disertai
menghilangnya reflek moro
Tindakan :
 Imobilisasi lengan selama 2,4 minggu
Rujuk ke rumah sakit
 1.3.4.3Fraktura Femoris
Etiologi :
 Kesalahan teknis dalam persalinan letak sungsang

Kelainan ini jarang terjadi


Diagnosis : palpasi atau RO
TINDAKAN
 iImobilisasi
 Rujuk ke rumah sakit
Inkontinensia urin
 Inkontinensiaurine setelah melahirkan adalah
kondisi di mana ibu tidak bisa menahan buang air
kecil.
etiologi
 Persalinan yang lama mengakibatkan kerusakan
saraf dasar otot panggul termasuk uterus dan otot
kandung kemih
 Persalinan dengan alat vacum
Tindakan
 Blader training
 Kegel exercise
Ruptur periniuem
 Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada
saat bayi lahir baik secara spontan maupun dengan
menggunakan alat atau tindakan.
Faktor yg mempengaruhi
 Paritas
 Berat lahir bayi
 Cara mengejan
 Elastisitas perinium
 Umur ibu kurang dr 20 tahun atau lebih 35 tahun
Derajat ruptur perinium
 Derajat 1 Pada ruptur perineum derajat 1 akan
mengenai fourchette, kulit perineum, dan
membran mukosa vagina, tetapi tidak mengenai
fasia dan otot.
 Derajat 2 Pada ruptur perineum derajat 2 mengenai
kulit dan membran mukosa, fasia dan otot-otot
perineum, tetapi tidak mengenai sphincter ani.
 Derajat 3
Derajat 3a: <50% spinchter ani externa
Derajat 3b: >50% spinchter ani externa
Derajat 3c: spincter ani externa & interna
 Derajat 4 Pada ruptur perineum derajat 4, meluas
sampai ke mukosa rektum sehingga lumen rektum.
Pada derajat ini, robekan di daerah uretra yang
dapat menimbulkan perdarahan hebat mungkin
terjadi. Menurut Chapman (2006), robekan
mengenai kulit, otot dan melebar sampai sphincter
ani dan mukosa rektum
Ruptur perinium disengaja
 Episiotomi adalah insisi bedah yang dibuat di perineum
untuk memudahkan proses kelahiran (Norwitz &
Schorge, 2008).
 Tujuan episiotomi yaitu membentuk insisi bedah yang
lurus, sebagai pengganti robekan tak teratur yang
mungkin terjadi. Episiotomi dapat mencegah vagina
robek secara spontan, karena jika robeknya tidak teratur
maka menjahitnya akan sulit dan hasil jahitannya pun
tidak rapi, tujuan lain episiotomi yaitu mempersingkat
waktu ibu dalam mendorong bayinya keluar
Waktu episiotomi
 episiotomi sebaiknya dilakukan ketika kepala bayi
meregang perineum pada janin matur, sebelum
kepala sampai pada otot-otot perineum pada janin
matur
 Episiotomi biasanya dilakukan pada saat kepala
janin sudah terlihat dengan diameter 3 - 4 cm pada
waktu his.
Indikasi
 Untuk persalinan dengan tindakan atau instrument
(persalinan dengan cunam, ekstraksi dan vakum);
 untuk mencegah robekan perineum yang kaku atau
diperkirakan tidak mampu beradaptasi terhadap
regangan yang berlebihan,
 untuk mencegah kerusakan jaringan pada ibu dan bayi
pada kasus letak / presentasi abnormal (bokong, muka,
ubun-ubun kecil di belakang) dengan menyediakan
tempat yang luas untuk persalinan yang aman
masalah keperawatan
 nyeri akut
 cemas
 risiko infeksi
 gangguan eliminasi urin
 kurang pengetahuan tentang perawatan

You might also like