You are on page 1of 41

Manjemen Rumah Sakit – Angkatan 2018

An al
is i s K
s K e l as A n al is i s

eb ija
Tuga

k an P
erum
ah sa
Ke b i j ak an

kitan
- 202
1
P er u m a h s a k i t an
Keb i ja k a n
Peror a ng a n
Kebijakan perorangan merupakan kebijakan yang buat oleh seseorang yang menjadi rencana dalam
suatu pekerjaan, cara bertindak, tujuan, prinsip, atau garis haluan dari individu tersebut.

Contohnya : Seseorang memiliki pekerjaan yang menumpuk di kantor dan harus diselesaikan
dalam waktu yang bersamaan. Hal tersebut membuat orang tersebut mengambil kebijakan pada
dirinya yaitu lembur agar pekerjaan yang menumpuk dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Keb i ja k a n
Ke l o m p o k

Kebijakan kelompok merupakan kebijakan yang dibuat oleh suatu kelompok / organisasi untuk
merencanakan tujuan kelompok / organisasi kedepannya.

Contohnya : Dalam sebuah kelompok / organisasi terdapat rapat rutin yang diadakan setiap hari Rabu
dan mengharuskan semua anggota kelompok menghadiri rapat rutin tersebut. Hal ini merupakan
kebijakan yang dilakukan oleh suatu kelompok / organisasi.
rb e d a a n P e n g a w a s a n
Pe
e l e ka t , F u n g si o na l &
M
Mas y a ra k a t
Perbedaan Pengawasan Melekat,
Fungsional & Masyarakat
Pengawasan Pengawasan Pengawasan
Melekat Fungsional Masyarakat
Dilakukan oleh masyarakat,
Bersifat mutlak; Dilakukan oleh Bersifat relatif; Dilakukan oleh aparat
disampaikan kepada pemerintah
pimpinan/atasan langsung kepada untuk membantu pimpinan dalam
berupa sumbangan pikiran, saran,
bawahan, baik di tingkat pusat maupun di menjalankan fungsi pengawasan
gagasan / keluhan
tingkat daerah

Sebagai unsur Sebagai wujud pengawasan melekat


Merupakan salah satu syarat bagi yang berasal dari luar proses
penunjang, palaksanaan pengawasan
keberhasilan pemerintah dalam
Didasarkan atas amanat UUD. Pengawasan manajemen / proses kegiatan, seperti :
melaksanakan tugas-tugas umum melekat tidak dapat berfungsi secara efektif aturan atau norma kemasyarakatan
pemerintahan dan pembangunan tanpa pengawasan fungsional dan etika.
secara baik.
u k – B en t u k
B en t
ah S a ki t
Rum
Rumah Sakit Statis
01 Rumah Sakit statis yang dimaksud adalah Rumah
Sakit yang didirikan di suatu lokasi dan bersifat
permanen untuk jangka waktu lama dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Rumah Sakit dapat berbentuk secara paripurna yang menyediakan pelayanan


rawat inap, rawat jalan, dan kegawatdaruratan.

:
Rumah Sakit statis, Rumah 02 Rumah Sakit Bergerak
Rumah Sakit bergerak yang dimaksud adalah

Sakit bergerak, dan Rumah berbentuk bus, pesawat, kapal laut, karavan,
gerbong kereta api, atau container.

Sakit lapangan
03 Rumah Sakit Lapangan
Rumah Sakit lapangan yang dimaksud adalah
berbentuk tenda, kontainer, atau bangunan
permanen yang difungsikan sementara sebagai
Rumah Sakit.
S a k i t B e rg er a k da n
Fun gs i Ru m a h
m a h S a k it L a p an g a n
Ru
Rumah sakit Bergerak dibentuk dan difungsikan untuk masyarakat yang tinggal pada
daerah perbatasan,kepulauan, dan daerah yang tidak mempunyai Rumah Sakit, atau
kondisi bencana dan situasi darurat lainnya. Rumah sakit ini dapat dipindahkan dari
satu lokasi ke lokasi lain.

Rumah Sakit Lapangan adalah Rumah Sakit yang didirikan di lokasi tertentu dan
bersifat sementara selama kondisi darurat dan masa tanggap darurat bencana, atau
selama pelaksanaan kegiatan tertentu.

Bentuk-bentuk Rumah Sakit ini dapat memberi pelayanan yang aman, cepat,
berkualitas, dan efisien sehingga masyarakat tidak perlu khawatir dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai dengan kondisi yang sedang terjadi.
i si , T uj u a n
Vi s i , M
a h Sa k i t
Rum
RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
VISI
Visi, Misi, dan Tujuan Menjadi pelopor terpercaya dalam memadukan Pendidikan, Penelitian dan Pemeliharaan
Kesehatan yang bertaraf Internasional.

Rumah Sakit MISI


1. Menciptakan tenaga profesional yang unggul dalam interprofessional collaboration.
2. Menciptakan lingkungan akademik yang optimal untuk mendukung pengintegrasian pendidikan,
Visi merupakan gambaran keadaan Rumah Sakit di
penelitian dan pemeliharaan kesehatan.
masa mendatang dalam menjalankan misinya. Dalam
3. Mempelopori inovasi pemeliharaan kesehatan melalui penelitian yang unggul dan perbaikan mutu
visi, terdapat dasar logika (nalar) dan naluri yang pelayanan berkesinambungan
digunakan secara bersama- sama. 4. Memberikan pemeliharaan kesehatan secara interprofessional collaboration dengan pendidikan dan
penelitian yang mengedepankan aspek humanis.
Misi merupakan pernyataan tentang apa yang harus 5. Menyelenggarakan tatakelola berdasarkan prinsip good governance.
dikerjakan oleh Rumah Sakit dalam usahanya untuk TUJUAN
mewujudkan misinya. Misi merupakan sesuatu yang 1. Tersedianya SDM dalam bidang pendidikan, penelitian dan pemeliharaan kesehatan yang profesional dan
nyata untuk diwujudkan serta memberikan petunjuk unggul yang memiliki komitmen
garis besar cara pencapaian visi. 2. Terciptanya lingkungan akademik yang optimal untuk mendukung pengintegrasian pendidikan, penelitian
dan pemeliharaan kesehatan
3. Terselenggaranya inovasi pemeliharaan kesehatan melalui penelitian yang unggul dan perbaikan mutu
pelayanan berkesinambungan
4. Terselenggaranya pemeliharaan kesehatan secara interprofessional collaboration dengan pendidikan dan
penelitian yang mengedepankan aspek humanis
5. Terselenggaranya tata kelola berdasarkan prinsip good governance
E N R UM AH S AKI T
MANAJEM
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Pengertian Manajemen Rumah Sakit


Schulz R,dkk mengemukakan dua pendapat mengenai manajemen rumah
sakit adalah koordinasi antara berbagai sumber daya (unsur manajemen)
melalui proses perencanaan, pengorganisasian, ada kemampuan
pengendalian untuk mencapai tujuan rumah sakit), atau manajemen ilmu
yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan rumah sakit.
N R UMAH S A KI T
KEWAJIB A

1. Menerapkan fungsi-fungsi manajemen dalam pengelolaan rumah sakit


melalui hospital by law agar tercipta “Good Corporate Goverance” (tata
kelola perusahan).
2. Menerapkan fungsi-fungsi manajemen klinis yang baik sesuai standar
pelayanan medis dan standar operating procedure yang telah diterapkan
agar tercipta “Good Clinical Govermance” (tata kelola klinis yang
baik)
Rumah sakit memiliki tugas untuk memberikan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

Fungsi Rumah Sakit:


1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan
pemulihan kesehatan sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan pelayayn

N F UN GSI kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan

TU G AS D A ketiga sesuai kebutuhan medis.


3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
sumber daya manusia dalam rangka peningkatan

AH SA KI T kemampuan dalam pemberian pelayanan


RUM kesehatan.
4. Penyelenggaraan penelelitian dan pengembangan
PA S A L 3 ) serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam
.4 4 TA H UN 2009
( UU RI N O rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.
S I RU MAH SAK I T
FUNG

1) Menyelenggarakan Pelayanan Medik


2) Pelayanan penunjang Medik dan non medik.
3) Pelayanan dan Asuhan Keperawatan.
4) Pelayanan Rujukan.
5) Pendidikan dan Pelatihan.
6) Penelitian dan pengembangan.
7) Administrasi Umum dan keuangan.
T B ER D A SA RK A N
R U M A H SAK I
JENIS

PELAYA N A N N YA

RUMAH SAKIT UMUM RUMAH SAKIT KHUSUS


Memberikan pelayanan Memberikan pelayanan utama pada satu
kesehatan pada semua bidang atau satu jenis penyakit tertentu
bidang dan jenis penyakit berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,
organ, jenis penyakit, atau kekhususan
lainnya
RUMAH SAKIT BERDASARKAN JENIS KELASNYA
(Kepmenkes no.51/Menkes/SK/II/1979)

TIPE A TIPE B TIPE C TIPE D TIPE E


Rumah sakit yang mampu Rumah sakit yang mampu Rumah sakit yang mampu Rumah sakit yang bersifat Rumah sakit khusus yang
memberikan pelayanan memberikan pelayanan memberikan pelayanan transisi dengan kemampuan menyelenggarakan hanya
kedokteran spesialis dan kedokteran spesialis dan kedokteran spesialis hanya memberikan satu macam pelayanan
subspesialis luas oleh subspesialis terbatas. Rumah terbatas. Rumah sakit ini pelayanan kedokteran umum kesehatan kedokteran saja
pemerintah yang ditetapkan sakit ini didirikan di setiap didirikan di setiap ibukota dan gigi. Rumah sakit ini
sebagai rujukan tertinggi ibukota provinsi yang kabupaten yang menampung menampung rujukan yang
atau di sebut pula sebagai menampung pelayanan pelayanan rujukan dari berasal dari puskesmas.
rumah sakit pusat. rujukan di rumah sakit puskesmas
kabupaten.
AS I RU M AH S AK I T
AKREDIT
si R um ah S a ki t
Akredita

Akreditasi Rumah Sakit yang selanjutnya disebut Akreditasi


adalah pengakuan terhadap mutu pelayanan Rumah Sakit, setelah
dilakukan penilaian bahwa Rumah Sakit telah memenuhi Standar
Akreditasi.

Standar Akreditasi adalah pedoman yang berisi tingkat pencapaian


yang harus dipenuhi oleh rumah sakit dalam meningkatkan mutu
pelayanan dan keselamatan pasien.
Sa k i t
u ma h
a si R
k re dit
A
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan, rumah sakit wajib dilakukan
akreditasi secara berkala minimal 3 tahun sekali, sesuai amanah UU No. 44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Tujuan pengaturan akreditasi adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan


rumah sakit dan melindungi keselamatan pasien, meningkatkan
perlindungan bagi masyarakat, sumber daya manusia di rumah sakit dan
rumah sakit sebagai institusi, mendukung program pemerintah di bidang
kesehatan dan meningkatkan profesionalisme rumah sakit Indonesia di mata
Internasional.
Akred
itasi R
umah
Sakit

Pelaksanaan akreditasi Rumah Sakit di Indonesia dilakukan


oleh lembaga independen yang diatur dalam Permenkes No.
417 tahun 2011 tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit dan
Kepmenkes no. 428 tahun 2012 tentang Penetapan Lembaga
Independen Pelaksana Akreditasi Rumah Sakit Di Indonesia,
yaitu oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS).
Dalam melaksanakan akreditasi dibutuhkan standar akreditasi sebagai
acuan rumah sakit dalam meningkatkan mutu pelayanan. Standar
akreditasi ini harus berfokus pada pasien, bersifat dinamis dan
mengikuti perkembangan standar akreditasi di tingkat global.
Akreditasi rumah sakit sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 1995
dengan menggunakan standar akreditasi berdasarkan tahun berapa
standar tersebut mulai dipergunakan untuk penilaian.

Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) telah berhasil menyusun


Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit edisi 1 (SNARS Edisi 1)
yang bersifat nasional dan diberlakukan secara nasional di Indonesia.
Disebut dengan edisi 1 karena di Indonesia baru pertama kali
ditetapkan standar nasional untuk akreditasi rumah sakit.

SNARS Edisi 1 mulai berlaku tahun 2018 meliputi sasaran keselamatan pasien, standar pelayanan
berfokus pada pasien, standar manajemen rumah sakit, program nasional dan integrasi pendidikan
kesehatan dalam pelayanan di rumah sakit. Disusun dengan mengacu pada prinsip-prinsip penyusunan
standar dari International Society for Quality in Healthcare (ISQua), standar akreditasi versi 2012,
standar akreditasi JCI edisi 4 dan 5 serta peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
di t a s i R u m a h S ak i t
D a s ar H u ku m Ak re

1. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.


2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/Menkes/Per/I/2010 tentang
Perizinan Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/Menkes/Per/I/2010 tentang
klasifikasi Rumah Sakit.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi
Rumah Sakit
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor428/Menkes/SK/XII/2012 tentang
Penetapan Lembaga Independen Pelaksana Akreditasi Rumah Sakit di
Indonesia.
i a n R um ah S ak i t
Penila
1. Aspek Pendekatan

Dapat dilakukan pendekatan secara umum atau pendekatan secara khusus. Pendekatan umum
dilakukan dengan menilai kemampuan rumah sakit dan atau petugasnya dan membandingkannya
dengan standar yang ada. Para petugas dapat dinilai tingkat pendidikannya, pengalaman kerjanya,
serta pengetahuan yang dimiliknya (biasanya dengan cara tes tertulis/lisan).

2. Aspek Teknik

Dapat dilakukan penilaian tiga komponen yaitu struktur, proses dan hasil. Komponen struktur,
menilai keadaaan fasilitas yang ada, keadaan bangunan fisik, struktur organisasi, kualifikasi staf
rumah sakit, dan lain-lain. Komponen proses menilai apa yang terjadi antara pemberi pelayanan
dengan pasiennya. Tegasnya, menilai bagaimana aktivitas dokter dan petugas kesehatan lainnya
dalam menangani pasien. Sementara komponen hasil menilai hasil pengobatan (dengan berbagai
kekurangannya). Penilaian dapat dilakukan dengan menilai dampak pengobatan terhadap status
kesehatan dan kepuasan penderitanya.
u m a h S a k it
Penilaian R
3. Aspek Kriteria

Dapat dibagi mejadi kriteria yang eksplisit dan implisit. Kriteria eksplisit adalah kriteria
yang nyata tertulis. Misalnya, bila ada aturan bahwa setiap dokter harus menulis nama terang
setiap selesai menulis status, maka dalam proses penilaian akan dilihat tercantum tidaknya
nama terang itu dalam rekam medik. Kriteria implisit adalah kriteria yang tidak tertulisa yang
ada di dalam benak anggota tim penilai.

Sementara itu, rumah sakit sendiri dinilai dari segi bangunan fisiknya, administrasi
organisasi dan manajernya, kualifikasi sumber daya manusia yang tersedia, dan kemampuan
memberi pelayanan sesuai standar yang berlaku saat itu. Untuk Amerika Serikat, penilaian
berdasarkan pendekatan umum ini akan ditandai dengan pemberian licensing, accreditation
dan certification.Di sisi lain, dapat pula dilakukan pendekatan khusus. Dalam hal ini, hal yang
dinilai ialah hubungan/interaksi antara pasien dengan pemberi pelayanan di rumah sakit. Di
Amerika Serikat, hal ini dilakukan komite medik di rumah sakit, survei kepuasan pasien,
penilaian malpraktek dan penilaian dari organisasi profesi medik
um a h
a i a n R
Pen il
Ca r a

1. Tim penilai (surveyor) akan berada di Rumah Sakit selama kurang lebih
3 hari, yang terdiri dari 3 orang (manajemen, medis dan keperawatan)
2. Pimpinan Rumah Sakit mempresentasikan program peningkatan mutu
dan keselamatan pasien Rumah Sakit
3. Dilanjutkan telaah dokumen, telaah rekam medik tertutup dan telah
rekam medik terbuka serta survey lapangan
4. Penilaian lapangan ditekankan pada telusur pasien untuk di
wawancarai/ observasi langsung atas pelayanan kesehatan yang
telah/sedang/akan diterima pasien.
5. Dalam waktu yang bersamaan, kelengkapan dokumen akreditasi juga di
observasi dan ditanyakan pada jajaran staf dan pimpinan Rumah Sakit.
Cara
Penil
ai a n Ru
mah S
a k it
6. Temuan atas ketidaklengkapan dokumen/ kekurangan
mutu pelayanan harus diperbaiki saat itu setelah
mendapat rekomendasi surveyor.
7. Telusur lingkungan terhadap fasilitas Rumah Sakit Telusur
KPS
8. Presentasi FMEA (Failure Mode and Effect Analysis),
Pedoman Praktik Klinis / Clinical Pathways, Risk
Manajemen Dan IKP (Insiden Keselamatan Pasien)
9. Wawancara Pimpinan
10. Exit Conference
n g an A n t a r
Hub u
a h Sa k i t
Rum
Hubungan Antar Rumah Sakit

Hubungan antar rumah sakit biasanya berupa perjanjian kerja sama antar rumah sakit yang satu dengan
yang lainnya dalam melaksanakan sistem rujukan pasien. Dalam Peraturan Pemerintah no. 47 tahun 2021
pasal 27 disebutkan bahwa salah satu kewajiban rumah sakit yaitu melaksanakan sistem rujukan.

Sistem rujukan adalah suatu jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan
tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan
masyarakat baik secara vertikal maupun horisontal kepada yang lebih kompeten, terjangkau, dan
dilakukan secara rasional. Sistem rujukan diselenggarakan dengan tujuan memberikan pelayanan
kesehatan secara bermutu, sehingga tujuan pelayanan tercapai tanpa harus menggunakan biaya yang
mahal (Ratnasari, D. 2017).
Dalam melakukan sistem rujukan, pihak rumah sakit dapat melakukan kerjasama dengan pihak rumah sakit
lainnya. Berikut hak dan kewajiban dari rumah sakit yang bekerja sama dengan pihak rumah sakit yang dirujuk
sebagai pihak pertama dan pihak rumah sakit yang merujuk sebagai pihak kedua.

Rumah sakit berhak:


1. Pihak rumah sakit yang bekerja sama berhak mengirimkan pasien
2. Pihak pertama berhak mendapatkan informasi tentang akses pasien yang akan menjalani perawatan sebagai
bahan pembelajaran dari pihak kedua
3. Mendapatkan informasi awal tentang pasien yang akan dirujuk dari pihak kedua
4. Mendapatkan imbalan finansial dari jasa perawatan pasien, yang dibebankan langsung kepada pasien atau pihak
penjaminnya
5. Merujuk pasien kerumah sakit yang mempunyai fasilitas lebih lengkap yang disebabkan oleh keterbatasan
fasilitas dan sumber daya manusia.
Rumah sakit berkewajiban:
1. Mempersiapkan sumber daya, melakukan perawatan terhadap pasien yang dirujuk,
dan melakukan rujukan balik
2. Menyiapkan pasien yang akan dirujuk meliputi transportasi pasien menuju rumah
sakit rujukan
3. Menghubungi pihak pertama untuk memastikan kesediaan pihak pertama dapat
menerima rujukan pasien dari pihak kedua
4. Menginformasikan kepada pasien dan keluarga yang dirujuk tentang informasi
yang perlu disampaikan kepada rumah sakit rujukan
Kelancaran rujukan dapat menjadi faktor yang menentukan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)
dan perinatal terutama dalam mengatasi keterlambatan menjadi penyebab peningkatan Angka Kematian
Ibu dan Bayi. Di Indonesia sudah sangat dikenal istilah “3 terlambat” yang menjadi penyebab kematian ibu
dan bayi yaitu terlambat pengambilan keputusan di tingkat keluarga, terlambat mencapai fasilitas
pelayanan kesehatan dan terlambat mendapat pertolongan di tingkat fasilitas kesehatan. Terlambat
mengambil keputusan biasanya terjadi karena ibu lebih memilih untuk melahirkan di rumah, adanya
kendala biaya atau transportasi, dan permasalahan akses ke fasilitas kesehatan yang tidak terjangkau
(geografis). Terlambat yang kedua, terlambat mencapai fasilitas kesehatan ini biasanya terjadi karena
adanya masalah transportasi, tidak adanya jejaring rujukan yang formal anatara bidan desa dengan rumah
sakit, dan tidak adanya protokol rujukan. Terlambat yang ketiga dalam mendapat pertolongan yang
memadai di fasilitas kesehatan terjadi karena rendahnya kualitas perawatan obstetri dan neonatus di
berbagai fasilitas (Tirtaningrum, AD, 2018).
H ub u ng an
ak it d e n gan
Rum ah S
Pihak L u a r
Hubungan Kerjasama Rumah Sakit dengan perusahaan Farmasi

• Sistem informasi apotik dan rumah sakit membantu dokter dan apoteker dalam menyeleksi,
memantau dan mengevaluasi efek dari obat. Perubahan-perubahan ini telah mendorong apotik
berperan lebih proaktif dalam sistem perawatan kesehatan. Oleh karena itu, untuk dapat
memenuhi kebutuhan obat-obatan yang diperlukan, maka rumah sakit menjalin kerjasama
dengan perusahaan farmasi. Kerjasama yang terjadi antara rumah sakit dengan perusahaan
HUBUNGAN farmasi dituangkan dalam bentuk perjanjian. Bentuk perjanjian tersebut adalah perjanjian jual-
beli.
RUMAH SAKIT
DENGAN PIHAK Kerjasama antara rumah sakit dengan BPJS
Adapun pelaksanaan perjanjian kerjasama antara rumah sakit dengan BPJS kesehatan dalam program
LUAR jaminan kesehatan nasional (JKN) sebagai berikut:

Pertama, dasar hukum perjanjian kerjasama antara rumah sakit dengan BPJS kesehatan menurutNiyan
Lestari, kepada unit manajemen pelayanan kesehatan rujukan BPJS kesehatan cabang boyolali
menuturkan selain peraturan presiden No 12 tahun 2013 yang menjadi landasan dilaksanakannya
perjanjian dalam program JKN, peraturan mentri kesehatan nomor 71 Tahun 2013 juga menjadi aturan
dasar perjanjian kerjasama ini.

Kedua, peraturan tersebut selain mengatur perjanjian kerjasama, juga menjelaskan syarat-syarat
fasilitas kesehatan yang menjamin kerjasama dengan BPJS kesehatan.
Hubungan Rumah Sakit dengan Universitas

Hubungan rumah sakit dengan suatu universitas Suatu


hal yang sering dijumpai sekarang. Yang dkmana
secara formal, rumah sakit yang
berhubungan/bekerjasama dengan suatu universitas
HUBUNGAN haruslah rumah sakit pemerintah kelas A dan keals B
Yang digunakan sebagai tempat pendidikan bagi
Tenaga medis dari fakultas kedokteran. Seperti yanh
RUMAH SAKIT telah diketahui bahwa beberapa fakultas kedokteran
suatu universitas baik swasta maupu negeri memeliki
DENGAN PIHAK hubungam dengan rumah sakit yang menjadi tempat
koas dan residen.
LUAR Hubungan rumah sakit dengan FK suatu universitas
merupakan hubungan antara dua lembaga terpisah
sehingga harus mempunyai sinergi agar kedua
organisasi mempunyai persamaan visi dan
mempunyai kerjasama manajemen yang erat.
H u k u m
um a h S a k it
R
Lega l f ra m e w o r k
n y e l e n g ga ra a n RS
pe
4. Hospital By Laws
1. Konstitusi Korporasi :
• AD-ART PT/Yayasan Pemilik Asset RS
• PP Perjan 5. Kebijakan/Peraturan Penyelenggaraan RS
•Job Desk
2. PUU tentang RS : • SOP
• UU RS
• PP
6. Aturan Hukum Umum
• Permenkes, etc
• KUH Perdata & KUHP
3. Kebijakan Kesehatan Pemerintah Setempat
• UU Lingkungan
• Policy Kadinkes (Prov/Kab/Kota)
• UU Tenaga Kerja
Huk u m Kes eh a tan
Subyek

1. Orang (Dokter, Tenaga kesehatan)

2. Badan Hukum (Institusi Pelayanan kesehatan)


 
Tanggung Jawab Hukum RS Pasal 46
UU RS
Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua
kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh
tenaga Kesehatan di Rumah Sakit.
Bentuk-bentuk Pertanggung Jawaban RS
1. Tanggungjawab terhadap bawahan di RS (Responde at Superior Liability) Pasal
1367 dan Pasal 1368 BW, yaitu Pertanggungjawaban karena adanya kerugian
yang dilakukan oleh bawahan

2. Tanggungjawab terhadap Tenaga Medis di RS (Captain On The Ship Liability)

3. Tanggungjawab ini muncul diruang operasi (Dokter Tim Leader)

4. Tanggungjawab terhadap Tenaga Kesehatan di RS (Borrowed Servant Liabilty)


Perawat RS yang dipinjamkan kedokter (Bertanggungjawab Secara Mandiri)

5. Tanggungjawab terhadap Organisasi / Kelembagaan (Corporate / Hospital


Liability) Pasal2 KODERSI & Pasal46 UU No. 44/2009, Persyaratan: Masyarakat
menduga bahwa dokter adalah dokter tetap di RS Masyarakat mencari RS bukan
dokter
Manjemen Rumah Sakit – Angkatan 2018

An al
is i s K
eb ija
k an P
erum
I H

ah sa
TE RIM A KAS

kitan
- 202
1

You might also like