You are on page 1of 42

Pediatric Early Warning

Score (PEWS)

Ns. Endang Sulistiowati, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.MB


Seminar dan Workshop Online:
PEDIATRIC NURSING LIFE SUPPORT:
PEWS AND RESUSCITATION
Portfolio
Pengalaman Bekerja
1. Perawat Anak: RS Jantung Harapan Kita (2006-2008)
2. Perawat PICU : RS Jantung Harapan Kita (2009 - 2020)
3. Perawat IW Pediatric: RS Jantung Harapan Kita (2021 - sekarang)
4. Komite Keperawatan : RS Jantung Harapan kita (2021-sekarang)

Riwayat Pendidikan:
1. Sarjana Keperawatan : FIK UNPAD (2004)
2. Program Ners : FIK UNPAD (2005)
3. Magister Keperwatan: FIK UI (2017)
4. Program Ners Spesialis: FIK UI (2018)

Riwayat Pelatihan
1. Pelatihan Keperawatan Kariologi Lanjut (2013)
2. Pelatihan ACLS (2017)
3. Pelatiahan ECMO (2015)
Nama : Endang Sulistiowati 4. Pediatric Cardiac Emergency Nursing Management; Cardiac Surgical and Non
TTL : Bandung, 30 Juli 1981 Surgical Intervention (2019)
5. Pelatihan Tenaga Pelatih Kesehatan (2021)
Alamat : Perumahan Harapan Kita
Tangerang
N0. Telp : 08562267543 Pengurus INKAVIN Wilayah DKI Jakarta
Email : ensthea@gmail.com
PENDAHULUAN

Persentase Kematian Anak


Berdasarkan Penyebab

10%

Presentase 1 dari 5 Respiratori Failure


Cardiorespirator Survival 11-37% kematian pada Shock
i arrest (UK) 0,7- anak dapat Lain-lain
3%/ tahun dicegah 29%
Potensial
61%
reversible
WHY ???
 Sekitar 63 sampai 89% tidak selamat dari cardiac arrest
 Morbiditas survival masih tinggi walaupun ilmu pengetahuan dan
keterampilan dalam resusitasi sudah baik
 Bukti mengindikasikan bahwa “pencegahan itu mungkin”
 Adanya tanda-tanda fisiologis dan perilaku kearah perburukkan
kurang lebih 24 jam sebelum terjadi henti jantung paru.
Pediatric Chains of Survival

Alexis A. Topjian. Circulation. Part 4: Pediatric Basic and Advanced


Life Support: 2020 American Heart Association Guidelines for
Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care,
Volume: 142, Issue: 16_suppl_2, Pages: S469-S523, DOI:
(10.1161/CIR.0000000000000901) © 2020 American Heart Association, Inc.
Pediatrik memiliki karakteristik yang unik
Anatomi jalan napas yang pendek yang
kecil berisiko untuk obstruksi mucus,
edema, kontriksi
Hipoksemia terjadi lebih cepat karena
metabolic rate lebih tinggi
Potensial IWL lebih tinggi
Mekanisme kompensasi tinggi
KENDALA
• Monitoring vital sign infrequent and
inadequate
• Interpretasi tanda klinis buruk dan respon
terhadap perburukan tidak sesuai
• Perburukan klinis dan fisiologis termasuk
RR dapat terobservasi 6-8 jam sebelum
cardiopulmonary arrest
• Arest kadang terjadi tidak diketahui,
lambat dan progresif perburukan fisiologis
• Patient safety bergantung pada penilaian
klinis perawat terhadap kondisi perburukan
BAGAIMANA PENGALAMAN
ANDA
Sebagian dari Kita

TTV diisi mengandalkan ingatan

TTV diisi sebelum waktunya

TTV hanya dicatat

TTV tidak dianalisa


Do the PEWS tools
work?
What has research
found?
• Nearly 50% decrease in rates of UNSAFE ICU
transfers
• Potentially provides advanced time of >11 hours
• Positive directional trends in improved clinical
outcomes
• Enhanced multi-disciplinary team work,
communication and confidence
• There are no negative outcomes reported in the
literature related to the use of PEWS
Assesmen Pasien • Pengkajian menghasilkan
SNARS 2018

keputusan tentang kebutuhan


(AP) pasien dan pengobatan pasien

• Deteksi (mengenali) perubahan


Pelayanan Asuhan kondisi Pasien
Pasien (PAP) • Elemen Penilaian: Adanya regulasi
dan bukti pelaksanaan EWS
Early Warning Score

Proses sistemik untuk perhitungan risiko dan


mengevaluasi respon pasien secara langsung
untuk mengatasi kondisi mengancam jiwa

“track and trigger system” yang didesain untuk


memfasilitasi deteksi dini dan
mengkomunikasikan perburukan klinis sesuai
katagori keparahan penyakit dan mendorong
pengkajian tepat waktu yang dilakukan oleh
personel yang sesuai dengan kondisi pasien
sesuai dengan score.
Tujuan

Pengawasan keadaan perburukan yang cepat

Deteksi perburukan klinis

Memastikan waktu dan management yang tepat dalam


penanganan pasien dengan perburukan klinis diruang perawatan
NON-ICU di RS.
Tujuan PEWS

 Identifikasi pasien pediatric


yang berisiko terjadi
perburukan
 Mitigasi risiko (respon klinik
dan procedural)
 Eskalasi ke level perawatan
yang lebih tinggi jika mitigasi
tidak berhasil
…. and do it all sooner!!
PEWS

SBAR
Kerjasama Keluarga- Klinisi

•Keluarga pasien
mengetahui
perilaku dan
temperamen pasien
sebelum sakit.
•Memudahkan
keluarga
mengetahui
perubahan status
perilaku sebelum
klinisi.
Komponen NEWSS pada Anak
• Perilaku
• Kardiovaskular
• Respiratori
PEDIATRIK EARLY WARNING SCORE

Komponen 0 1 2 3 score

Perilaku Bermain / Sesuai Tidur/ cenderung Iritabel / sensitif Letargi / bingung,


murung respon terhadap nyeri
berkurang
Kardiovaskular Merah jambu atay Pucat atau CRT 3 Abu-abu atau CRT Abu-abu atau mottle
CRT 1-2 detik detik 4 detik atau atau CRT ≥5 detik atau
takikardia > 20kali takikardia >30 kali laju
laju normal normal atau
bradikardia

Respirasi Normal >10 kali diatas >20 kali diatas ≥5 dibawah normal
normal, penggunaan normal, retraksi dengan retraksi,
otot bantu napas atau FiO2 40% merintih atau FiO2
atau FiO2 30% atau atau 6 lpm 50% atau 8lpm
3 Lpm

Skor 2 tambahan untuk nebulasi tiap 15 menit (terus menerus) atau muntah presisten setelah operasi

SCORE
Pengkajian Respiratori
• Hitung napas dalam 1 menut penuh
• Kaji anak dibawah 2 tahun dengan auskultasi dalam watu 1 menit
• Selain dilakukan auskultasi, hitung pergerkan abdomen pada pasien
dibawah 8 tahun
• Observasi patensi, usaha dan rate napas
• Note adanya tanda2 respieatori distress; cuping hidung, grunting,
wheezing, dyspnea, penggunan otot bantu napas dan pergerakan
dada
Cardiovaskular
Heart Rate
Hitung pulsasi dalam 1 menit penuh
Gunakan stetoskop untuk menghitung Heart rate
anak dibawah 2 tahun

Tekanan Darah
Gunakan ukuran yang sesuai; lebar cuff harus 40%
dari panjang lengan atas dan panjang cuff harus
melingkari 80-100% dari lingkar lengan atas.
Posisi fossa cubital harus selevel dengan jantung
PARAMETER TANDA-TANDA VITAL SESUAI
USIA
Penilaian EWSS pada Anak
• Pasien dalam kondisi stabil pengkajian ulang setiap 4 jam
Skor 0-2

• Pengkajian ulang harus dilakukan oleh perawat. Jika skor akurat maka perawat harus
menentukan tindakan terhadap kondisi pasien dan melakukan pengkajian ulang
Skor 3 setiap 2 jam.

• Pengkajian ulang harus dilakukan oleh perawat dan diketahui oleh dokter jaga. Dokter jaga
harus melaporkan kepada DPJP dan memberikan instruksi tatalaksana pada pasien tersebut.
Skor 4 Perawat harus memonitor tanda vital setiap 1 jam.

• Dokter konsulen harus mendampingi pasien untuk melakukan tata laksana kegawatan pada pasien dan
menentukan rencana perawatan pasien selanjutnya.
Skor ≥5 • Aktifkan sistem kode biru jika henti napas henti jantung.
Standar Komunikasi dengan SBAR
SBAR (Situation – Background – Assessment – Recommendation)
adalah kerangka Teknik komunikasi antar anggota tim kesehatan
mengenai kondisi pasien
S Situation: situasi yang terjadi
Saya…, perawat di ruang….
Saya akan melaporkan mengenai pasien ….
……. ( PEWS score, BP is …., pulse….., temperature……
B Background : Informasi yang melatarbelakangi
Pasien (X) di ruang …. Bed… masuk pada tanggal….. Dengan diagnosa….
Telah dilakukan …. (tindakan….)
Terjadi perubahan kondisi sejak …. Menit
TTV terakhir…..
A Assessment: hasil pengkajian (tanda2 vital, kondisi klinis)
Saya fikir masalahnya adalah…..
Dan telah dilakukan …. (pemasangan O2/ analgesia/ stop infusan,….)
Atau
Saya kurang tau ada masalah apa, tetapi saat ini terjadi perburukan
R Recommendation
Tolong secepatnya visite
Dan
Apakah ada yang bisa dilakukan?
Minta receiver untuk mengulang informasi untuk memastikan kepahaman
Contoh Kasus
Bayi Adam
 Usia 5 bulan datang dengan diare sudah 8x
 Pasien terlihat letargi dengan fontanel cekung
 RR 70x/menit dengan penggunaan otot bantu napas, SaO2 95%
menggunakan oksigen nasal kanul 1Lpm
 HR 160x/menit, pasien terlihat pucat, CRT 4detik, TD 82/46mmHg
Tindakan???
Dokter konsulen harus mendampingi pasien
untuk melakukan tata laksana kegawatan pada
pasien dan menentukan rencana perawatan
pasien selanjutnya
Pertimbangkan pemindahan ke ruangan
intensive
Summary

LESSON LESSON LESSON


RECAP 1 RECAP 2 RECAP 3

Tidak ada perburukan tiba-


Prevention is possible PEWS Purposse : identify, mitigate
tiba and escalate
Contoh Kasus
Anak B
 Usia 2 tahun datang dengan keluhan demam tinggi, sebelumnya batuk pilek
 Pasien rewel, terlihat gelisah
 RR 54x/menit suara napas stidor, dengan penggunaan otot bantu napas, slem >>,
SaO2 96%
 HR 160x/menit, pasien terlihat pucat, CRT 3 detik, TD 100/46mmHg

Berapa nilai PEWS?


Diagnosa yang diangkat?
• PEW 5
Dokter konsulen harus mendampingi pasien untuk
melakukan tata laksana kegawatan pada pasien dan
menentukan rencana perawatan pasien selanjutnya.
Aktifkan sistem kode biru jika henti napas henti jantung.

Dx Keperawatan:
Bersihan Jalan napas tidak efektif
Contoh Kasus
Anak S
 Usia 8 tahun datang dengan keluhan demam suhu 39˚C
 Pasien kooperatif
 RR 20x/menit suara spontan, tidak ada retraksi iga, SaO2 99%
 HR 120x/menit, pasien tidak pucat, CRT 2 detik, TD 110/66mmHg

Berapa nilai PEWS?


Diagnosa yang diangkat?
Hasil
• PEWS 0, pasien stabil

• hipertermi
Kasus

• Pasien An. T usia 9 tahun, datang dengan demam tinggi dan hipoksia
• Hasil pengkajian:
• HR 155x/menit, BP 135/78mmHg, RR 40x/menit dengan oksigen
3Lpm, SaO2 91%, terlihat adanya retraksi dada dan nasal flaring, CRT
kurang dari 3 detik

You might also like