Professional Documents
Culture Documents
ANEMIA
ANEMIA
Pembimbing :
dr. Muhammad Ali Sabisi, Sp.PD
dr. Merlin Devyanti, Sp.PD
Disusun oleh :
Frandika Syahrul
Cindi Mardes
Firyal P
Definisi
1. Senyawa besi fungsional (Hb, Mioglobin, enzim-enzim), yaitu besi yang membentuk
senyawa yang berfungsi dalam tubuh
2. Besi cadangan (Feritin, homosiderin), yaitu senyawa besi yang dipersiapkan bila masukan
besi berkurang
3. Besi transport (Transferin), yaitu besi yang berikatan dengan protein tertentu dalam
fungsinya untuk mengangkut besi dari satu kompartmen ke kompartmen lainnya
Klasifikasi
1. Deplesi besi (iron depleted state) : cadangan besi menurun tetapi penyediaan besi untuk
eritropoesis belum terganggu
2. Eritropoesis defisiensi besi (iron deficient erythripoesis) : cadangan besi kosong,
penyediaan sel bentuk eritropoesis terganggu tatpi belum timbul anemia secara laboratorik
3. Anemia defisiensi besi : cadangan besi kosong disertai anemia
Epidemiologi
Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia yang paling sering dijumpai baik di
klinik maupun di masyarakat. Dari berbagai data yang dikumpulkan sampai saat ini,
didapatkan gambaran prevalensi
Afrika Amerika Latin Indonesia
(bioavailabilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C , dan
rendah daging).
• Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas anak dalam masa pertumbuhan
dan kehamilan.
• Gangguan absorpsi besi : gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik.
Pada orang dewasa anemia defisiensi besi yang dijumpai di klinik hampir indentik dengan
pendarahan menahun. Faktor nutrisi atau peningkatan kebutuhan besi jarang sebagai
penyebab utama. Penyebab pendarahan paling sering pada laki-laki ialah pendarahan
gastrointestinal, di negara tropik paling sering karena infeksi cacing tambang. Sedangkan
pada perempuan dalam masa reproduksi paling sering karena meno-metrorhgia.
Penurunan absorpsi zat besi, hal ini terjadi pada banyak keadaan klinis. Setelah
gastrektomi parsial atau total, asimilasi zat besi dari makanan terganggu, terutama akibat
peningkatan motilitas dan by pass usus halus proximal, yang menjadi tempat utama
absorpsi zat besi. Pasien dengan diare kronik atau malabsorpsi usus halus juga dapat
menderita defisiensi zat besi, terutama jika duodenum dan jejunum proximal ikut
terlibat. Kadang-kadang anemia defisiensi zat besi merupakan pelopor dari radang usus
non tropical (celiac sprue).
Yang beresiko mengalami anemia defisiensi zat besi:
• Wanita menstruasi
• Bayi, anak-anak dan remaja yang merupakan masa pertumbuhan yang cepat
• Orang yang kurang makan makanan yang mengandung zat besi, jarang makan daging dan telur
selama bertahun-tahun.
• Menderita penyakit maag.
• Kanker kolon
• Vegetarian karena tidak makan daging, akan tetapi dapat digantikan dengan brokoli dan bayam.
MANIFESTASI KLINIS
• Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia (anemic syndrome) dijumpai pada
anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin kurang dari 7-8 g/dl. Gejala ini berupa badan
lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga mendenging. Anemia
bersifat simptomatik jika hemoglobin < 7 gr/dl, maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan
jelas. Pada pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang pucat, terutama pada konjungtiva dan
jaringan di bawah kuku
MANIFESTASI KLINIS
Gejala Khas Defisiensi Besi
Koilonychia, yaitu kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergarisgaris
vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip sendok.
Atrofi papil lidah, yaitu permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap
karena papil lidah menghilang
Stomatitis angularis (cheilosis), yaitu adanya keradangan pada sudut mulut
sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
Disfagia, yaitu nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring. Sindrom
Plummer Vinson atau disebut juga sindrom Paterson Kelly adalah kumpulan
gejala yang terdiri dari anemia hipokromik mikrositer, atrofi papil lidah, dan
disfagia.
Gejala penyakit dasar :
Anemia hipokromik mikrositer pada apusan darah tepi, atau MCV < 80 fl dan MCHC < 31 % dengan
salah satu dari a, b, c atau d :
a) Dua dari parameter ini : Besi serum < 50 mg/dl, TIBC > 350 mg/dl, Saturasi transferin < 15% atau
c) Pengecatan sumsum tulang dengan biru prusia (perl’s stain) menunjukan cadangan besi (butir-butir
d) Dengan pemberian sulfas fenosus 3 x 200 mg/hari (atau preparat besi lain yang setara) selama 4
360
Saturasi transferin Menurun Menurun/N Meningkat Meningkat
Makan makanan gizi seimbang terutama yang mengandung besi tinggi yang bersumber
dari hewani (limpa, hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan)
PENATALAKSANAAN
1. Terapi kausal : tergantung penyebab, misalnya ; pengobatan cacing tambang,
pengobatan hemoroid, pengobatan menoragia. Terapi kausal harus dilakukan kalau
tidak maka anemia akan kambuh kembali.
Ferrosus sulphat (sulfas fenosus). Dosis anjuran 3 x 200 mg. Setiap 200 mg sulfas
fenosus mengandung 66 mg besi elemental. Pemberian sulfas fenosus 3 x 200 mg
mengakibatkan absorpsi besi 50 mg/hari dapat meningkatkan eritropoesis 2-3 kali
normal
Terapi besi parenteral
Terapi besi parental bertujuan untuk mengembalikan kadar hemoglobin dan mengisi besi
sebesar 500 sampai 1000 mg. Preparat : iron dextran complex (50 mg besi/ml)
Dosis yang diberikan dapat dihitung melalui rumus berikut :
Kebutuhan besi (mg) = (15 -Hb sekarang) x BB x 2,4 + 500 atau 1000 mg
3. Transfusi
Jarang memerlukan transfusi darah. Diberikan apabila anemia sangat simptomatik,
kehamilan TM akhir, preoperasi, penyakit jantung anemik ancaman gagal jantung. Jenis
yang diberikan: PRC
4. Bedah
Untuk menghilangkan penyebab, misalnya Divertikel Meckel
Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Defisiensi Besi
Konseling untuk membantu memilih badan makanan dengan kadar besi yang cukup
secara rutin pada usia remaja
Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging, ikan, unggas,
makanan laut disertai minum sari buah yang mengandung vitamin C (asam askorbat)
untuk meningkatkan abssorbsi besi dan menghindari atau mengurangi minum kopi,
teh es, minuman ringan yang mengandung karbonat dan minum susu pada saat
makan.
Suplementasi besi, merupakan cara untuk menanggulangi ADB di daerah dengan
prevalensi tinggi
Skrining anemia, pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih merupakan pilihan
untuk skrining anemia defisiensi besi.
TERIMAKASIH