You are on page 1of 11

PERJUANGAN TOKOH NASIONAL DAN DAERAH

DALAM MEMPERTAHANKAN KEUTUHAN


NEGARA DAN BANGSA INDONESIA PADA MASA
1945
NAMA: DWI ALI MURTADO
KELAS:XII-4
KOMPETENSI DASAR
3.2 MENGEVALUASI PERAN DAN NILAI-NILAI
KD PERJUANGAN TOKOH NASIONAL DAN DAERAH
DALAM MEMPERTAHANKAN KEUTUHAN NEGARA
DAN BANGSA INDONESIA PADA MASA 1945-1965

4.2 MENULISKAN PERAN NILAI-NIALAI


PERJUANGAN TOKOH-TOKOH NASIONAL DAN
DAERAH DALAM MEMPERTAHANKAN KEUTUHAN
NEGARA DAN BANGGSA INDONESIA PADA MADA
1945-1965
Tokoh-Tokoh dari Papua yang Memperjuangkan Negara Indonesia

Frans Kaisiepo Silas Papare Martin Indey


Frans Kaisiepo
Frans Kaisiepo lahir di Wardo, Biak, 10 Oktober 1921. Frans Kaisiepo
dikenal juga sebagai Gubernur Irian Barat pada 1964 hingga 1973.
Sejak muda, Kaisiepo sudah dikenal sebagai aktivis gerakan
kemerdekaan Republik Indonesia di wilayah Papua.
Frans Kaisiepo sangat berperan aktif dalam mempertahankan bangsa
Indonesia khususnya di tanah Papua. Ia terlibat langsung dalam
konferensi Malino pada 1946 di Sulawesi Selatan sebagai perwakilan
dari Papua. Pada konferensi tersebut, ia mengusulkan nama Irian
untuk mengganti nama Papua.
Silas Papare
Silas Papare adalah seorang yang berjuang penyatuan Irian Jaya
(Papua) ke dalam wilayah Indonesia. Silas Papare lahir di Serui,
Papua, 18 Desember 1918. Ia menyelesaikan pendidikan di Sekolah
Juru Rawat pada tahun 1935 dan bekerja sebagai pegawai pemerintah
Belanda. Kegigihannya dalam berjuang untuk kemerdekaan Papua
membuatnya sering berurusan dengan aparat keamanan Belanda.
Usahanya untuk mempengaruhi Batalyon Papua untuk memberontak
pada akhirnya membuat ia harus masuk penjara di Jayapura.
Pada bulan Oktober 1949, ia mendirikan Badan Perjuangan Irian di
Yogyakarta dalam rangka membantu pemerintah Republik Indonesia
untuk memasukkan wilayah Irian Barat ke dalam wilayah RI. Silas
meninggal di Serui, Papua, 7 Maret 1978.
Martin Indey
Marthen Indey dilahirkan di Doromena, Jayapura pada tanggal 16 Maret
1912. Sebelumnya, pria yang akrab disapa Marthen ini merupakan polisi
Belanda yang kemudian berbalik mendukung Indonesia setelah bertemu
dengan beberapa tahanan politik yang diasingkan di Digul, salah satunya
adalah Sugoro Atmoprasojo. Saat itu, ia bertugas untuk menjaga para
tahanan politik yang secara tidak langsung berhasil menumbuhkan jiwa
nasionalismenya dalam pertempuran melawan penjajah.
Jiwa nasionalisme Marthen memang tumbuh sangat kuat, namun beberapa
upaya yang direncanakan olehnya dan puluhan anak buahnya dalam
menangkap aparat pemerintah Belanda berulang kali gagal. Perjuangan
Marthen dalam membela tanah kelahirannya sempat gagal beberapa kali,
namun hal itu tidak menyurutkan niat dan semangat juang pria lulusan
Sekolah Polisi di Sukabumi, Jawa Barat ini menyerah dan tunduk pada
musuh begitu saja.
Tokoh-Tokoh Kalangan Raja yang Memperjuangkan Negara
Indonesia

Sultan Sultan Syarif Kasim


Hamengkubuwono IX II
Sultan Hamengkubuwono IX
Sri Sultan Hamengkubuwono IX adalah anak kesembilan dari Sultan
Hamengkubuwono VIII dengan istri kelimanya RA Kustilah/KRA Adipati Anum
Amangku Negara/Kanjeng Alit.Ia lahir pada masa pemerintahan Belanda di
Ngayogyakarta Hadiningrat (sekarang Yogyakarta) pada 12 April 1912 dengan nama
Bendoro Raden Mas Dorodjatun di Ngasem. Sebagai keturunan langsung dari Sultan,
ia diangkat menjadi Raja Kesultanan Yogyakarta ke-9 mulai 18 Maret 1940 sampai
menghembuskan nafas terakhirnya di usia 76 tahun pada 2 Oktober 1988 di Amerika.
Isi telegram sri sultan hamengkubuwono IX ke jakarta pada tanggal 29 agustus 1945:
a. Kesultanan jogjakarta sanggup berdiri di belakang pimpinan Soekarno Hatta
b. Kesultanan jogjakarta diberi hak membentuk tentara keamanan rakyat
c. Kesultanan jogjakarta meminta keamanan dari pemerintah pusat
d. Sri Sultan Hamengkubuwono IX sanggup menghadapi sekutu jika sewaktu waktu
datang.
Sultan Syarif Kasim II
Yang Dipertuan Besar Syarif Kasim Abdul Jalil Saifuddin atau Sultan
Syarif Kasim II (lahir di Siak Sri Indrapura, Riau, 1 Desember 1893 –
meninggal di Rumbai, Pekanbaru, Riau, 23 April 1968 pada umur 74
tahun) adalah sultan ke-12 Kesultanan Siak. Ia dinobatkan sebagai sultan
pada umur 21 tahun menggantikan ayahnya Sultan Syarif Hasyim. Sultan
Syarif Kasim II merupakan seorang pendukung perjuangan kemerdekaan
Indonesia. Tidak lama setelah proklamasi dia menyatakan Kesultanan
Siak sebagai bagian wilayah Indonesia, dan dia menyumbang harta
kekayaannya sejumlah 13 juta gulden untuk pemerintah republik (setara
dengan 151 juta gulden atau € 69 juta euro pada tahun 2011). Bersama
Sultan Serdang dia juga berusaha membujuk raja-raja di Sumatra Timur
lainnya untuk turut memihak republik. Namanya kini diabadikan untuk
Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II di Pekanbaru.
Tokoh Mewujudkan Integrasi Melalui Seni dan Sastra

Ismail adalah musisi, dia


adalah pahlawan nasional
berasal dari daerah Betawi
dan berjuang mewujudkan
Integrasi Bangsa dan
Negara Indonesia melalui
Seni dan Sastra, ia
menciptakan banyak lagu
contohnya Rayuan Pulau
Kelapa & Halo Halo
Bandung. Ia sangat berbakat
dalam musik , sampai
dinobatkan dengan
berdirinya Taman Ismail
Ismail Marzuki Marzuki (TIM) di Salemba,
Jakarta Pusat.
Tokoh Wanita Pejuang
Opu Daeng Risaju, yang dilahirkan
pada tahun 1980 di Palopo dengan
nama Famajjah, adalah seorang
pejuang wanita dan pahlawan
nasional asal Sulawesi Selatan.
Beliau lahir dari keluarga
bangsawan Luwu, anak
Muhammad Abdullah To
Barengseng dan Opu Daeng
Mawellu. Ketika kecil, beliau
banyak memperoleh pendidikan
agama dan budaya, termasuk
pelajaran tentang kepemimpinan,
bergaul, berbicara dana
memerintah orang banyak.
Perjuangan integrasi Opu Daeng
Risaju setelah Indonesia merdeka
adalah memobilisasi para pemuda
Opu Daeng Risaju Beloppa untuk melawan tentara
NICA Belanda.

You might also like