You are on page 1of 13

PROSES

PENANGANAN KASUS
TERHADAP PROFESI
GURU DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN
by: Kejaksaan Negeri Lubuklinggau
SLIDESMANIA
PRESENTED BY :
KEJAKSAAN NEGERI
LUBUKLINGGAU
SLIDESMANIA
DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;


2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
4. Keputusan Konggres ke XXI/ PGRI/ 2013 No.VI/Konggres/XXI/PGRI/ 2013 tentang Kode Etik
Guru Indonesia
5. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
SLIDESMANIA
KODE ETIK PROFESI GURU

● Dalam melaksanakan tugas profesinya guru Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa


diperlukannya Kode Etik Guru Indonesia sebagai pedoman bersikap dan berperilaku
yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika.
● Tindakan (Kode Etik) tersebut merupakan langkah preventif untuk mengeliminasi
factor-faktor penyebab terjadinya pelanggaran-pelanggaran hukum di bidang
pendidikan yang dilakukan oleh guru, sehingga dapat mencegah terjadinya
tindak pidana di bidang pendidikan
SLIDESMANIA
Lantas bagaimana jika terjadi sebuah tindak pidana yang dilakukan
oleh seseorang yang berprofesi guru atau tenaga kependidikan ?

• Dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 20 huruf d yang
menyatakan “Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan guru berkewajiban, menjunjung
tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, kode etik guru serta nilai-nilai agama dan
etika”.
• Selanjutnya ditegaskan pula dalam Pasal 6 ayat (1) huruf f Kode Etik Guru Indonesia
menyatakan “Hubungan guru dengan anak didik: (f) Guru menjalin hubungan dengan peserta
didik yang dilandasi rasa kasih sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik
yang diluar batas kaidah pendidikan”.
• Pasal 54 ayat (1) Undang-Undang No 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak menyatakan
“Anak di dalam lingkungan suatu pendidikan wajib mendapatkan perlindungan dari
tindak kekerasan fisik, psikis, kejahatan seksual dan kejahatan lainnya yang dilakukan
oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik atau pihak lain”. Berdasarkan
SLIDESMANIA

aturan tersebut jelas tindakan kekerasan tidak diperbolehkan dan bertentangan dengan
peraturan hukum yang berlaku.
UNDANG – UNDANG YANG BERKAITAN DENGAN TINDAK
PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH GURU TERHADAP ANAK
DIDIK

• Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan anak

“Setiap perbuatan terhadap Anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, psikis, seksual, dan/atau penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum.”

• Pasal 9 ayat 1a UU No 35 Tahun 2014 yang memuat perlindungan anak terhadap


kejahatan seksual

“Setiap Anak berhak mendapatkan perlindungan di satuan pendidikan dari kejahatan seksual dan
Kekerasan yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan/atau
SLIDESMANIA

pihak lain.”
UNDANG – UNDANG YANG BERKAITAN DENGAN
TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH GURU
TERHADAP ANAK DIDIK

• Pasal 80 ayat (1), (2), dan (3) UU No 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak juga mengatur
sanksi terhadap pelaku tindak pidana kekerasan terhadap anak atau penyiksaan terhadap anak

“Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76C yang berbunyi : Setiap
orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan
kekerasan terhadap anak. Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau
denda paling banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).”

“Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) luka berat, maka pelaku dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). “

“Dalam hal anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mati, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara
SLIDESMANIA

paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). “
KEKERASAN GURU TERHADAP ANAK DIDIK BERLAKU BAGI GURU DAPAT
DIPERTANGGUNGJAWABKAN (DIPIDANA) APABILA :

 Perbuatan Guru tersebut tidak dalam ruang lingkup pekerjaannya (tugas & wewenangnya). Artinya,
guru tersebut melakukan perbuatan yang sama sekali tidak terkait dengan tugas dan wewenangnya sebagai
 Perbuatannya tersebut tidak sesuai atau melanggar undang-undang yang berlaku, aturan, atau ketentuan
mengenai kedisiplinan dan tata tertib di kelas atau sekolah;
 Guru tersebut mendisiplinkan anak didik lepas dari koridor / batasan sebagai Guru;
 Perbuatan yang dilakukannya tersebut mengandung kesengajaan (maksud jahat), kealpaan yang sangat
besar, kesembronoan, dan pengabaian hak-hak atau keselamatan/keamanan anak didik. Intinya adalah
adanya kerugian yang cukup besar dirasakan oleh anak didik.
SLIDESMANIA
CONTOH KASUS YANG TERJADI BESERTA
PENANGANAN KASUS DI PENGADILAN
SLIDESMANIA
Proses peradilan pidana melalui berbagai tahapan yang masing-masing tehapan diwadahi oleh institusi
dengan struktur dan kewenangan sendiri-sendiri. Dengan melalui institusi, maka proses peradilan pidana
dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap yakni :

• Pertama, Tahap Penyidikan di Kepolisian.


Pada kasus tersebut polisi melakukan penyidikan setelah adanya laporan orangtua korban mengenai dugaan

adanya kekerasan peserta didik oleh guru. Sesuai dengan apa yang tercantum pada pasal 54 ayat (1)
Undang-Undang No 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, “Anak di dalam lingkungan suatu
pendidikan wajib mendapatkan perlindungan dari tindak kekerasan fisik, psikis, kejahatan seksual dan
kejahatan lainnya yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik atau pihak
lain”, maka harus ada penanganan terhadap kasus tersebut. Dari laporan tersebut kemudian oleh atasan
penyidik menindaklanjuti dengan mengeluarkan Surat Perintah Penyelidikan yang menugaskan Penyidik
dan Penyelidik untuk melakukan olah TKP.

• Kedua, Tahap Penuntutan di Kejaksaan.


Dalam proses penyelesaian kasus kekerasan peserta didik di Kejaksaan Pati , dimulai dari Jaksa Penuntut

Umum menerima hasil penyidikan oleh Penyidik kepolisian untuk kemudian Penuntut Umum mempelajari
SLIDESMANIA

dan meneliti berkas perkara dari segi formil dan materiil . Terkait dari segi formilnya mencakup surat
perintah penahanan, surat ijin penyitaan dari Pengadilan Negeri, penunjukan penasihat hukum apabila ada,
SPRINDIK (surat perintah penyidikan). Dan dari segi materiilnya mencakup Pasal yang disangkakan
kepada Tersangka mengenai kekerasan terhadap anak.
• Ketiga, Tahap Pemeriksaan di Pengadilan.
Tahap Pemeriksaan di Pengadilan, dimana tersangka adalah seorang guru diperiksa dan diadili mengenai
perbuatannya yang mana dibuktikan dalam proses persidangan . proses persidangan perkara dibuka dan
terbuka untuk umum.

• Hasil
 Pada nomor perkara 297/Pid.B/2010/PN.Bwi berdasarkan hasil pertimbangan Hakim menyatakan
Terdakwa telah terbukti melakukan perbuatan yang di dakwakan akan tetapi bukan merupakan tindak
pidana. Menurut pertimbangan Hakim dalam perkara ini sesuai dengan yurisprudensi MA yang
menyatakan guru tidak dapat dipidana dalam rangka mendisiplinkan siswa.

 Meski mungkin aturan yurisprudensi Mahkamah Agung jadi pertimbangan, akan tetapi tidak semata-mata
hanya aturan itu yang di terapkan. Hakim juga harus melihat dari fakta-fakta yang muncul dalam
persidangan, kondisi korban, keterangan saksi, dan bukti yang diajukan untuk mencapai keadilan bagi
Terdakwa dan korban kekerasan, tidak memihak pada salah satunya.
SLIDESMANIA
CONTOH KASUS YANG TERJADI BESERTA
PENANGANAN KASUS DI LUAR PENGADILAN

“Kekerasan yang dialami oleh peserta didik dengan tersangka


Bambang, usia 50 tahun adalah guru BP di SMPN 2 Pati, dan
korbannya merupakan peserta didik pada SMPN tersebut”

di capai penyelesaian dengan kekeluargaan dan kasus tersebut tidak berlanjut pada proses persidangan.
Proses mediasi dengan tersangka Bambang dilakukan di kantor Polres Pati, dengan mempertemukan kedua
pihak yang mana mediatornya adalah penyidik kepolisian yang mencapai kesepakatan bahwa kasus tersebut
selesai dengan kesepakatan secara tertulis di kepolisian yang pokok isinya adalah pihak korban tidak akan
menuntut serta mencabut laporan dari orangtua korban dan Terdakwa memberikan uang ganti rugi sebesar Rp.
3.00.000,00 kepada saksi korban.
SLIDESMANIA
TERIMA KASIH
SLIDESMANIA

You might also like