You are on page 1of 9

TAUHID I

“KARAKTERISTIK AQIDAH ISLAM”


Oleh:
Indah Almukaromah
Liya Fauziyah Hartono
PENGERTIAN
AQIDAH
Secara etimilogis (lughatan), aqidah berasal dari kata
“‘aqadaya’qidu-‘aqdan-‘aqidatan”.‘Aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian, dan kokoh.
Setelah terbentuk menjadi aqidah berarti keyakinan. Relevansi antara arti kata ‘aqdan
dan ‘aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat
mengikat dan mengandung perjanjian.

Sedangkan menurut istiah terminalogi `aqidah adalah iman yang teguh dan pasti,
yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.
AQIDAH
TAUFIQIYYAH
Yakni bahwa dalam beraqidah dan memahami aqidah Islam, kita wajib
berhenti dan membatasi diri pada batas-batas ketetapan wahyu, Al-
Qur’an dan As-Sunnah yang shahih saja. Allah Ta’ala berfirman, “Kalau
kelak datang kepada kalian hidayah dari-Ku, maka barangsiapa yang
mengikuti hidayah-Ku niscaya dia tidak akan tersesat dan tidak pula
celaka.” (QS. Thaha: 23)

Tidak dibenarkan mengedepankan dan mendominankan peran penalaran akal


dan logika dalam beraqidah dan memahami aqidah Islam. Diantara contoh
penyimpangan aqidah akibat sikap mengedepankan dan mendominankan peran
akal/logika, misalnya: pengingkaran terhadap takdir, mengingkaran terhadap
Al-Hadits atau As-Sunnah sebagai sumber ajaran Islam, pengingkaran terhadap
sifat-sifat Allah.
AQIDAH
GHAIBIYYAH

Yakni bahwa muatan dan esensi aqidah Islam itu didominasi oleh keimanan
kepada yang ghaib. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): ”(Orang-orang
muttaqin yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan
shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada
mereka” (QS. Al-Baqarah: 3)

Yang dimaksud dengan istilah ghaib dalam keimanan Islam disini bukanlah
”ghaib” versi dunia dukun dan paranormal, yang dibatasi pada keghaiban
alam jin saja, dan hanya terkait dengan hal-hal yang selalu berbau klenik dan
mistik. Namun yang dimaksud adalah istilah ghaib menurut Al-Qur’an dan
As-Sunnah, yang meliputi semua yang ada di balik alam nyata, yang tidak
bisa ditangkap oleh kemampuan alami indra manusia, dan bahkan tidak
mampu dijangkau oleh penalaran akal dan logikanya .
AQIDAH
SYUMULIYAH
Yakni aqidah yang lengkap, sempurna, menyeluruh, komprehensif dan
integral, yaitu aqidah dengan makna yang mencakup dan meliputi
keseluruhan pokok-pokok, prinsip-prinsip dan rukun-rukun keimanan
dengan segala konskuensinya, sebagai satu kesatuan yang tidak bisa
dipisah-pisahkan, satu sama lain, atau satu dari yang lainnya.

Sehingga seandainya ada seorang muslim yang telah menyatakan


menerima dan mengimani semua isi dan konsekuensi rukun-rukun iman
tersebut, kecuali ada 1 % – nya saja misalnya atau bahkan kurang dari itu,
yang ia tolak dan tidak ia imani, dengan penuh kepahaman, kesadaran
dan kesengajaan, maka seluruh keimanannya yang 99 % itu bisa menjadi
sia-sia, tidak berguna dan tidak diterima, karenanya.
AQIDAH TAUHIDIYAH

Yakni aqidah ketauhidan Jadi para pemeluk agama lain yang juga meyakini dan
kepada Allah. Dimana esensi mengimani adanya Tuhan Allah dengan segala kemaha
dan inti utama aqidah serta kuasaan-Nya, juga dikenal dan disebut sebagai umat beriman.
keimanan di dalam ajaran Islam Namun keimanan tersebut tidaklah murni, melainkan
ialah sikap ketauhidan seorang keimanan yang tercampur dengan keimanan dan keyakinan
mukmin dan mukminan kepada kepada selain Allah. Dan itulah keimanan syirik yang
Allah. langsung merupakan kontra (lawan) dari keimanan tauhid
yang dimiliki oleh kita kaum muslimin.

Sehingga keimanan itu, dengan begitu, terbagi kepada


dua macam yaitu: keimanan tauhid yang hanya ada di
dalam konsep aqidah Islam, dan keimanan syirik yang
dimiliki oleh para pemeluk agama selain Islam.
AQIDAH
FURQANIYAH
Artinya ia merupakan aqidah pembeda (furqan) secara jelas dan tegas
antara kebenaran (al-haq) dan kebatilan (al-bathil), antara keimanan dan
kekufuran, antara ketauhidan dan kesyirikan, antara keistiqamahan dan
kesesatan, antara kesunnahan dan kebid’ahan, antara ketaatan dan
kemaksiatan, antara kebaikan dan kejahatan, antara keadilan dan
kedzaliman, dan seterusnya.

Setiap mukmin/mukminah yang beraqidah Islam wajib


senantiasa memiliki kejelasan dan ketegasan, di satu sisi,
dalam sikap wala’ (mencintai, memihak, mendukung,
menolong, membela, memperjuangkan dan
memenangkan) terhadap prinsip-prinsip kebenaran,
keimanan, ketauhidan, keistiqamahan, kesunnahan,
ketaatan, kebaikan, keadilan, dan semacamnya.
Wajib mempunyai kejelasan dan ketegasan yang sama, di sisi lain, dalam sikap bara’
(membenci, mengingkari, menjauhi, memusuhi, menentang dan mengalahkan)
terhadap segala bentuk kebatilan, kekufuran, kesyirikan, kesesatan, kebid’ahan (yang
disepakati bukan yang diperselisihkan), kemaksiatan, kejahatan, kedzaliman, dan
sejenisnya.

Oleh karena itu, tidak ada yang Maka terhadap setiap tema aqidah yang bersifat
namanya sikap netral di dalam konsep prinsipil, dan juga terhadap apapun serta siapapun di
aqidah Islam. Sehingga berarti pula, dalam kehidupan ini, yang memiliki keterkaitan dengan
tidak ada yang namanya sikap netral itu muatan nilai haq-batil, iman-kufur, tauhid-syirik, lurus-
bagi seorang mukmin dan mukminah sesat, baik-jahat, dan seterusnya, tidak dibenarkan bagi
dalam seluruh aspek kehidupannya. seorang mukmin dan mukminah untuk bersikap netral
atau abu-abu tanpa keberpihakan yang jelas dan tegas.
Silahkan
Ditanyakan..
Ada
Pertanyaan?
Terima Kasih.

You might also like