You are on page 1of 38

DINAS KESEHATAN

KOTA SEMARANG

PENGUATAN PERAN FASKES PRIMER


DALAM IMPLEMENTASI PPM

Drg. Rahma Defi, M.Kes


Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan
Dinas Kesehatan Kota Semarang

Semarang, 09 November 2022


OUTLINE

Latar Belakang PPM, Strategi dan Implementasi PPM

Strategi Nasional, Peta Jalan Eliminasi dan Upaya Akselerasi

Update Kebijakan dan Regulasi

Jejaring Layanan TBC

Implementasi PPM pada Faskes Primer di Kota Semarang


L A T A R B E L A K A N G PPM
POLA PENEMUAN KASUS TBC D A N
KONTRIBUSI FASYANKES
Patient Pathway Analysis, Inventory Study oleh Studi tentang TB di sektor
2017 Balitbangkes, 2017 swasta, BCG/USAID,
2018
74% masyarakat 62% kasus TB 65% kasus TB
dengan gejala TB lebih tidak dilaporkan oleh mendapatkan diagnosis di
memilih fasyankes swasta rumah sakit fasilitas pelayanan
ketika mencari pengobatan  kasus TB yang dilaporkan hanya 38% kesehatan primer
awal dari estimasi total kasus
 44% di puskesmas
96% kasus TB yang 82% kasus TB
Rasio pencarian pengobatan
tidak dilaporkan
di fasyankes swasta paling menyelesaikan
besar ada di apotek/toko dari DPM/Klinik/ pengobatan di rumah
obat (52%), Lab sakit
 kasus TB yang dilaporkan hanya 4%
DPM/klinik (19%) dan RS dari estimasi total kasus  79% rumah sakit
(3%). swasta
KONSEP PUBLIC PRIVATE
MIX
1) Mengorganisasikan layanan TB untuk JEJARING EKSTERNAL
memastikan layanan terpadu yang Jejaring layanan TB
diantara seluruh fasilitas
berpusat pada pasien (patient‐centered pelayanan kesehatan baik
care) dengan koordinasi yang pemerintah dan swasta di
substansial; sebuah kabupaten/kota
2) Jejaring layanan TB yang saling JEJARING INTERNAL
terintegrasi antara fasilitas kesehatan Jejaring layanan TB antara
pemerintah dan swasta berbasis seluruh unit di sebuah fasilitas
pelayanan kesehatan
kabupaten/kota (District-Based Public-
Private Mix/DPPM);
3) Jejaring yang terdiri dari seluruh
Tujuan DPPM
fasyankes baik milik pemerintah
maupun swasta mulai dari puskesmas, RS
pemerintah maupun swasta, klinik dan dokter
praktik mandiri (DPM), serta layanan
Detected Treated Reported
pendukung apotek dan laboratorium.
GAMBARAN JEJARING PPM

A B C

D E
KONSEP DISTRICT-BASED
PUBLIC PRIVATE MIX

Puskesmas Sebagai
Pemangku Wilayah Kerja DPM, Klinik, dan FKTP Lain
IMPLEMENTASI DPPM
1. Mengidentifikasi dan mengembangkan
mekanisme koordinasi dengan stakeholder

2. Memfasilitasi, mendorong, membina,


memantau dan mengevaluasi pembentukan
struktur DPPM dan implementasi
intervensi DPPM
3. Mengidentifikasi, mengembangkan,
membina, memantau dan mengevaluasi
jejaring PPM / jejaring eksternal
layanan TB yang melibatkan seluruh
fasyankes di kabupaten/kota;
4. Memastikan terbentuknya jejaring internal
layanan TB yang melibatkan seluruh
unit/poli terkait pada tingkat fasyankes;

5. Membangun dan memperkuat jejaring


termasuk kerjasama lintas batas
wilayah;

6. Memastikan ketersediaan regulasi dan


anggaran untuk intervensi PPM.
TIM • SK DPPM Kota Semarang
DPPM dengan Nomor:
(REVITASLISASI)
448.34/17644 Tahun 2021
• SK KOPI TB Kota Semarang
KOPI TB dengan Nomor:
443.34/19894 Tahun 2018
INDIKATOR OUTPUT PPM KOTA SEMARANG

No Indikator Output

1 Proporsi Kecamatan yang membentuk Tim DPPM TB

2 Proporsi RS Pemerintah Lapor Kasus TB

3 Proporsi RS Swasta Lapor Kasus TB

4 Proporsi DPM/Klinik Swasta Lapor Kasus TB

5 Proporsi notifikasi kasus TB dari RS Pemerintah

6 Proporsi notifikasi kasus TB dari RS Swasta

7 Proporsi notifikasi kasus TB dari DPM/Klinik Swasta

8 Persentase treatment success rate di fasilitas pelayanan kesehatan swasta


INDIKATOR PROSES PPM KOTA SEMARANG

No Indikator

1 Proporsi RS Swasta yang engaged

2 Proporsi DPM/Klinik Swasta yang engaged

3 Proporsi RS Swasta yang memiliki akses terhadap TCM (akses langsung maupun tidak langsung)

Proporsi pasien TB dari layanan swasta yang diperiksa TCM diantara total notifikasi pasien TB
4
dari layanan swasta
Proporsi pasien TB terkonfirmasi bakteriologis diantara total notifikasi pasien TB dari layanan
5
swasta

6 Proporsi pasien TB ternotifikasi dari layanan swasta yang menerima OAT Program

7 Jumlah Terduga TB yang ditemukan dan dilaporkan oleh DPM/Klinik Swasta


Lesson Learned
Menurunkan angka unreported cases

Pencatatan dan pelaporan oleh DPM/Klinik

Terbentuknya Sub DPPM di tingkat


kecamatan

Perjanjian Kerjasama TBC DPM/Klinik dan Puskesmas


PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67/2021
TENTANG PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67/2021
TENTANG PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS
Roadmap Eliminasi TBC
Kota Semarang

2020 2023 2028


INSIDENSI TURUN 20% INSIDENSI TURUN 50% INSIDENSI TURUN 90%

• SUCCESS RATE : 90% • SUCCESS RATE : 90% • SUCCESS RATE : ≥90%


• TPT KONTAK • TPT KONTAK SERUMAH • TPT KONTAK SERUMAH
SERUMAH : 11% : 70% : 80%

14
STRATEGI PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS
TAHUN 2020-2024
TARGET NASIONAL STRANAS TB 2024
UPAYA AKSELERASI CAKUPAN PENEMUAN DAN
PENGOBATAN TUBERKULOSIS
DINAS KESEHATAN
KOTA SEMARANG

JEJARING LAYANAN
TBC
JEJARING LAYANAN TUBERKULOSIS
Jejaring internal maupun jejaring eksternal TBC dengan
kompleksitas yang berbeda, mencakup :
Jejaring Layanan TBC 1) Alur Diagnosis TBC
2) Alur Rujukan Pasien Pindah Pengobatan dan Pasien
Mangkir
3) Pengelolaan Logistik
4) Pencatatan dan Pelaporan TBC
Jejaring Internal TBC
Jejaring internal TBC adalah jejaring di dalam fasyankes yang
• FKTP
Terdiri dari

meliputi seluruh unit yang menangani pasien tuberkulosis, semakin


• FKRTL besar fasyankes maka semakin besar jejaring internal antar unit
layanan di dalamnya
:

Jejaring eksternal TBC adalah jejaring layanan tuberkulosis yang


melibatkan seluruh fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah
Jejaring Eksternal maupun swasta di tingkat kabupaten/kota dibawah koordinasi Dinas
TBC Kesehatan Kab/Kota agar seluruh kasus TBC yang ditemukan dapat
ditatalaksana sesuai standar dan dilaporkan ke sistem informasi
nasional.
JEJARING INTERNAL LAYANAN TBC
Jejaring Internal dalam hal:
1) Penemuan terduga/skrining terduga TBC
2) Alur Diagnosis TBC
3) Alur Penanganan Pasien Mangkir
4) Pengelolaan Logistik
5) Pencatatan dan Pelaporan TBC

Tujuan
• Memastikan semua pasien TB di faskes tersebut terdiagnosis dan diobati dengan tepat sesuai dengan kebijakan
nasional
• Meningkatkan kegiatan kolaborasi layanan antar unit layanan, misalnya antara unit pelayanan umum, gigi, MTBS, KIA,
HIV
dan unit lainnya di dalam puskesmas;
• Mengurangi terjadinya keterlambatan diagnosis TBC (delayed-diagnostic) dan kasus TBC yang tidak terlaporkan (under-
reporting);
• Memastikan kasus Jejaring internalsecara
TBC dilaporkan layanan TBCmelalui
berkala dapat sistem
dituangkan dalam
informasi SOPtuberkulosis
program di masing-masing faskes yang
mencakup
peran dari unit/poli lain, serta mekanisme dan periode pengumpulan data dari unit/poli terkait
JEJARING EKSTERNAL LAYANAN TBC
Jejaring eksternal
TBC

Alur rujukan pasien


pindah pengobatan Pengelolaan • DPM/Klinik memiliki
Alur diagnostik TBC
dan pelacakan logistik akses terhadap logistik
pasien mangkir termasuk OAT jika
sudah berjejaring (MoU)
dengan Puskesmas

• Fasyankes yang tidak memiliki


fasilitas pemeriksaan dapat merujuk • Pasien Pindah →Koordinasi antara fasyankes pengirim,
pasien/ spesimen ke fasyankes lain untuk fasyankes tujuan
diagnosis maupun follow up pasien dan Dinkes dengan formulir TB.09 dan TB.10

TB dan TB resistan obat Pasien Mangkir → Koordinasi antara DPM/Klinik dengan
• Pengaturan jejaring rujukan Puskesmas dan Dinkes, Puskesmas sebagai Pembina wilayah
pasien/spesimen ke fasyankes akan melakukan pelacakan
TCM
JEJARING LAYANAN TBC

Jejaring Kasus

Jejaring Laboratorium

Jejaring Logistik

Jejaring Pencatatan dan Pelaporan


Jejaring Diagnosis

• Penemuan pasif intensif (di dalam fasyankes) :


jejaring internal dan kolaborasi layanan
• Penemuan aktif (di luar fasyankes): investigasi
kontak, populasi berisiko, skrining massal
1. JEJARING
KASUS Jejaring Pengobatan

• Jejaring dari DPM/klinik ke puskesmas atau RS


• Jejaring rujuk balik dari RS ke FKTP
• Jejaring TB RO dari fasyankes ke RS rujukan TB RO
• Kesinambungan pengobatan pasien TB:
rujukan/pindah, pelacakan pasien TB yang
mangkir.
PERUBAHAN ALUR DIAGNOSIS TBC
Jejaring
Pindah
Pengobatan
antar
Fasyankes • Fasyankes asal rujukan merujuk data pasien pindah ke fasyankes tujuan di dalam SITB
• Pasien yang dirujuk dari fasyankes, dibuatkan surat pengantar atau formulir TB.09
dengan menyertakan TB.01 dan OAT (bila telah mulai pengobatan) dan diberikan
kepada pasien untuk diserahkan kepada fasyankes tujuan.
• Fasyankes yang telah menerima pasien rujukan segera mengisi dan mengirimkan
kembali TB.09 (lembar bagian bawah) ke fasyankes asal.
• Form TB.10 dibuat jika pasien sudah menyelesaikan pengobatan dan diserahkan
kepada fasyankes asal.
• Fasyankes tujuan melakukan konfirmasi pasien pindah di SITB
Jejaring Pelacakan Pasien Mangkir

• Pasien mangkir WASOR DINKES Informasi WASOR DINKES


berobat bila tidak KAB/KOTA KAB/KOTA LAIN
datang untuk periksa Konfirmasi
ulang/mengambil obat
pada waktunya.
• Bila mangkir masih
berlanjut hingga 2 hari
pada fase awal atau 7
hari pada fase
lanjutan, maka petugas di Informasi Pasien
fasyankes perlu TBC mangkir
memberikan informasi RS/Klinik/DPM/
BPKM
Puskesmas
data pasien ke
Puskesmas atau Dinas Hasil Pelacakan
Kesehatan.
1. Jejaring rujukan diagnosis :
• Jejaring dari fasyankes non TCM ke fasyankes TCM
• Jejaring mikroskopis dari puskesmas satelit/DPM/klinik ke
puskesmas rujukan mikroskopis.
• Jejaring dari FKTP ke FKRTL untuk pemeriksaan radiologis/ p
enunjang lain
2. JEJARING
2. Jejaring evaluasi pengobatan :
LABORATORIUM • Jejaring mikroskopis dari puskesmas satelit/DPM/klinik ke
puskesmas rujukan mikroskopis
• Jejaring pemeriksaan laboratorium dari fasyankes
(FKTP/FKRTL) ke RS rujukan TB RO
3. Jejaring pemantapan mutu eksternal
• Jejaring dari lab mikroskopis ke laboratorium intermediate
kabupaten/kota
Dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan
distribusi logistik OAT dan non OAT ke
puskesmas dan rumah sakit.

3. JEJARING Puskesmas mendistribusikan logistik OAT


ataupun non OAT ke dokter praktik
LOGISTIK mandiri/klinik pratama.

Permintaan logistik setiap 3 bulan sekali dari


fasyankes ke Dinkes Kabupaten/Kota. Dinkes
Kabupaten/Kota juga melakukan permintaan
logistik setiap 3 bulan sekali dari Dinkes Provinsi
PKM dan RS menggunakan
pelaporan elektronik (SITB)
4. JEJARING
PENCATATAN
DPM/klinik menggunakan : PELAPORAN

• SITB, atau
• Wifi TB
IDENTIFIKASI AWAL KONTRIBUSI FASYANKES
OPSI PENEMUAN PENEGAKAN DIAGNOSIS INISIASI PENGOBATAN SAMPAI
TERDUGA PENGOBATAN SELESAI
1 TB.05, TB.06, WIFI TB
2 TB.05, TB.06, SITB/WIFI TB
3 TB.05, TB.06, TB.01, TB.03, TB.09, SITB/WIFI TB*
4 TB.05, TB.06, TB.01, TB.03, SITB/WIFI TB
Catatan:
Puskesmas Opsi 4 1. Seluruh fasyankes didorong memberikan tatalaksana TBC secara komprehensif sampai
dengan selesai pengobatan (opsi 4);
RS Pemerintah Opsi 4, 3, 2 2. Fasyankes yang belum mampu melaksanakan opsi 4, dapat diidentifikasi opsi maksimal
RS Swasta Opsi 4, 3, 2 lainnya untuk kontribusi awal. Secara bertahap, opsi kontribusi fasyankes perlu
ditingkatkan;
Klinik Pemerintah Opsi 4, 3 3. Seluruh fasyankes (seluruh opsi) wajib mencatat dan melaporkan seluruh terduga/kasus
Klinik Swasta Opsi 4, 3, 2 TBC ke sistem informasi TBC;
4. Secara ideal, seluruh kasus TBC tanpa penyulit dapat ditatalaksana di FKTP;
Dokter Praktik Mandiri Opsi 4, 3, 2, 1 5. (*) Kasus TBC tanpa penyulit perlu dirujuk balik dari FKRTL ke FKTP dengan
mempertimbangkan preferensi pasien

SITB WIFI TB
Hanya untuk DPM/Klinik yang belum menggunakan SITB dan
Diperuntukkan untuk
berkontribusi sampai opsi 1 dan/atau memiliki keterbatasan
seluruh fasyankes SDM dan sapras pelaporan
DINAS KESEHATAN
KOTA SEMARANG

IMPLEMENTASI PPM PADA FASKES


PRIMER DI KOTA SEMARANG
Registrasi Fasyankes Tk. Pertama
JENIS FKTP JML FKTP PKS dengan BPJS SELESAI PROSES
KLINIK UTAMA 59 2 27
KLINIK PRATAMA 281 116 141
DOKTER PRAKTER PRIBADI 556 63 65
DOKTER GIGI 215 31 29
PRAKTEK MANDIRI BIDAN 155 - 16
PRAKTEK MANDIRI PERAWAT 11 - -
PMPG (TERAPIS GIGI) 16 - -

Solusi : memberikan feedback ke


CUT Jum’at, 04-11-2022
Organisasi Profesi dan Asosiasi agar
D AT E
segera ditindaklanjuti dalam UP OFF
PUKUL 09.25 WIB
perbaikan
1. Permenkes No 8 Th 2022 :
Registrasi Fasyankes menjadi kewajiban ( 3 bulan setelahmemiliki Standar Usaha )

2. Perpres 67 Th. 2021 :


Tentang Penanggulangan Tuberculosis. Setiap Faskes yang menemukan kasus
Tuberculosis wajib melaporkan ke Dinas Kesehatan

3. Pelaporan Kasus Tuberculosis :


Melalui Aplikasi Program Penanggulangan Tuberculosis
a. Sistem Informasi Tuberculosis (SITB)
b. Wajib Notifikasi Tuberculosis (WIFI TB)

Evaluasi Faskes yang sudah menggunakan WIFI TB :


2 Faskes yang sudah sampai Opsi 4 ( Klinik Esensia dan
Klinik Mitra Kita )
58 Faskes baru sampai Opsi 1

Harapan semua Faskes sampai Opsi 4


0.761
0.547
0.355
0.334
0.333 0.418
0.331 0.380
0.331 0.324
0.317 0.311
0.306 0.285
0.271
0.304
0.270
0.283 0.268
0.268 0.262
0.265 0.253
0.265 0.250
0.26 0.249
0.232 0.238
0.232
0.225
0.230
0.221 0.227
0.208 0.226
0.2 0.217
0.179 0.208
0.178 0.205
0.171 0.204
0.192
0.166 0.191
0.162 0.185
0.155 0.182
0.153 0.169
0.153 0.166
0.15 0.164
0.148 0.154
0.150
0.142 0.137
0.135 0.134
0.123 0.134
0.115 0.129
0.094 0.111
INDONESIA

0.078
JAWA TENGAH
SEHAT

0.761
0.232

0.833
INDEKS KELUARGA

0.826

0.817

0.816

0.813

0.792

0.775

0.761

0.745

0.739

0.737

0.737

0.729

0.713

0.69

0.686

0.681
KOTA SEMARANG

Powered By Pusdatin Kemenkes © 2019


Sumber: Aplikasi Keluarga Sehat Versi 2.0
DINAS KESEHATAN
KOTA SEMARANG PROSENTASE CAPAIAN 12 INDIKATOR PIS-PK
KOTA SEMARANG PER OKTOBER TAHUN 2022
Sumber: Aplikasi Keluarga Sehat Versi 2.0
Tahun 2022

87.31% 98.61% 79.87%


Keluarga mengikuti program KB Pertumbuhan Balita dipantau Anggota keluarga tidak ada yang
merokok
99.60% 79.64% 95.15%
Persalinan Ibu di fasilitas Penderita TB Paru yang berobat Keluarga sudah menjadi anggota
pelayanan kesehatan sesuai standar JKN

99.65% 62.19% 99.81%


Bayi mendapatkan imunisasi dasar Penderita hipertensi yang berobat Keluarga memiliki akses/menggu-
lengkap teratur nakan sarana air bersih
92.93% 24.70% 99.29%
Bayi mendapatkan ASI Eksklusif Penderita gangguan jiwa berat, Keluarga memiliki akses/menggu-
diobati dan tidak ditelantarkan nakan jamban keluarga
KEWAJIBAN KLINIK DAN DPM DALAM RANGKA PERCEPATAN PENYELESAIAN
MASALAH KESEHATAN (TUBERCULOSIS )

1. Registrasi Klinik dan Dokter Praktek Mandiri melalui link http://registrasifasyankes.kemkes.go.id


2. Pemenuhan Kewajiban registrasi fasyankes menjadi pertimbangan bagi Kementrian Kesehatan / Dinas
Kesehatan untuk perpanjangan ijin sesuai dengan kewenangan masing-masing dalam perizinan bidang
Kesehatan.
3. Pelaporan Kasus Tuberculosis melalui aplikasi program penanggulangan tuberculosis
4. Pelaporan penanganan TB berupa penemuan terduga, penegakkan diagnosis, dan pengobatan kasus
Tuberkulosis oleh dokter di klinik dan tempat praktik mandiri melalui sistem informasi sebagaimana dimaksud )
merupakan pelayanan kedokteran dan menjadi bagian dari program pengembangan pendidikan keprofesian
berkelanjutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, sehingga dokter yang melakukan
penanganan kasus Tuberkulosis dan melaporkannya melalui sistem informasi memperoleh Satuan Kredit
Profesi (SKP) dari organisasi profesi. Besaran SKP sesuai dengan ketentuan organisasi profesi berdasarkan
tingkat penanganan kasus Tuberkulosis yang dilaporkan
5. Dasar pertimbangan pemerintah untuk mengikutsertaan klinik dan DPM yang melapor dalam program nasional
lain selain tuberculosis termasuk kegiatan pelatihan bidang Kesehatan
6. Dasar pertimbangan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan untuk melakukan pemindahan
kepesertaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
7. Terhadap klinik dan DPM yang tidak melaksanakan kewajiban melakukan registrasi fasilitas pelayanan
kesehatan dan melakukan pelaporan penanganan kasus Tuberkulosis melalui sistem informasi sebagaimana
dimaksud, dikenai sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
TERIMAKASIH
DINAS KESEHATAN
KOTA SEMARANG

You might also like