You are on page 1of 49

Atomic Absorption

Spectroscopy (AAS)
Kemampuan yang diharapkan
1. Mampu menjelaskan prinsip kerja, cara Analisa
dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan
Atom
2. Mampu menjelaskan prinsip kerja
Spektrofotometri Atomik
3. Mampu menjelaskan tipe-tipe Spektrofotometri
Atomik
AAS
Ditemukan oleh Walsh (1955)
Manfaat : Untuk analisis logam
Keuntungan: Selektif, sederhana dan sensitif
Prinsip AAS :Penyerapan energi radiasi oleh atom-atom
netral dalam keadaan gas
Kepekaan yang tinggi (kurang dari 1 ppm)
Relatif sederhana - Untuk hal-hal tertentu dapat dilakukan
analisis untuk campuran logam tanpa pemisahan
AAS (Atomic Absorption Spectroscopy)
adalah suatu metode analisis kuantitatif yg
digunakan untuk penentuan kadar unsur
unsur logam dan metaloid berdasarkan prinsip
penyerapan cahaya pada panjang gelombang
tertentu , menggunakan absorption optical
radiation pada atom bebas dalam keadaan gas.
Metode ini sangat tepat untuk analisis zat
pada konsentrasi rendah
AAS dapat digunakan untuk menentukan lebih dari 50
elemen yang berbeda
Element yang dapat dideteksi oleh AAS pada tabel periodic
(warna pink)
AAS merupakan metode analisis yang berdasarkan pada
proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang
berada pada tingkat energi dasar (ground state)
Penyerapan energi radiasi menyebabkan tereksistasinya
elektron dalam kulit atom ke tingkat energi yang lebih tinggi Li
Keadaan ini bersifat labil sehingga elektron akan kembali ke
tingkat energi dasar dan mengeluarkan energi yang
berbentuk radiasi
Atom bebas akan berinteraksi dengan berbagai bentuk
energi, Interaksi pada atom bebas akan menghasilkan
absorpsi dan emisi (pancaran) serta radiasi dan panas
Radiasi yang dipancarkan bersifat khas karena mempunyai
panjang gelombang berbeda untuk setiap atom
Metode AAS berprinsip pada absorpsi cahaya oleh
atom. Atom-atom menyerap cahayatersebut pada
panjang gelambang tertentu, tergantung pada sifat
unsurnya. Misalkan Natrium menyerap energi pada pj
gel 589 nm, uranium pada 358,5 nm sedangkan
kalium pada 766,5 nm.
Cahaya pada gelombang ini mempunyai cukup energi
untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom.
Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih
banyak energi, suatu atom pada keadaan
dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi.
 Tingkat-tingkat eksitasinya pun bermacam-macam. Misalnya unsur
Na dengan nomor atom 11 mempunyai konfigurasi elektron 1s1 2s2 2p6
3s1, tingkat dasar untuk elektron valensi 3s, artinya tidak memiliki
kelebihan energi. Elektron ini dapat tereksitasi ke tingkat 3p dengan
energi 2,2 eV ataupun ke tingkat 4p dengan energy 3,6 eV, masing-
masing sesuai dengan panjang gelombang sebesar 589 nm dan 330
nm.
 Kita dapat memilih diantara panjang gelombang ini yang
menghasilkan garis spektrum yang tajam dan dengan intensitas
maksimum, yang dikenal dengan garis resonansi. Garis-garis lain
yang bukan garis resonansi dapat berupa pita-pita lebar ataupun garis
tidak berasal dari eksitasi tingkat dasar yang disebabkan proses
atomisasinya.
Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu
dilewatkan pada suatu sel yang mengandung atom-
atom bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya
tersebut akan diserap dan intensitas penyerapan akan
berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas
logam yang berada pada sel
Mengukur ketidakmurnian /kadar pada campuran yang
mengandung logam
Analisis air
Analisis atau sampling udara yang mengandung logam
tertentu/pencemaran
Analisis padatan dari bijih mineral (ores) dan finished metals
Kadar logam pada makanan kemasan kaleng
Kadar kalium, natrium pada garam oralit, pada injeksi/infus
PERALATAN
Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen yaitu:
-          Unit atomisasi (atomisasi dengan nyala dan
tanpa nyala)
-          Sumber radiasi
-          Sistem pengukur fotometri

Untuk menganalisis sampel, sampel harus diatomisasi.


Sampel kemudian harus dilewatkan oleh cahaya.
Cahaya yang ditransmisikan kemudian diukur oleh
detektor tertentu.
TAHAPAN PROSES AAS
Suatu sampel cairan akan berubah menjadi gas atom
melalui tiga langkah:
-   Desolvation (pengeringan) – larutan pelarut
menguap, dan sampel menjadi kering
-   Penguapan – sampel padat berubah menjadi gas
-   Atomisasi – senyawa berbentuk gas berubah
menjadi atom bebas.
TAHAPAN PROSES AAS
Sumber radiasi yang dipilih memiliki lebar spectrum sempit
dibandingkan dengan transisi atom.Lampu katoda
Hollow adalah sumber radiasi yang paling umum
digunakan dalam spekstroskopi serapan atom. Lampu
katoda hollow berisi gas argon atau neon, silinder katoda
logam mengandung logam untuk mengeksitasi sampel.
Ketika tegangan yang diberikan pada lampu meningkat,
maka ion gas mendapatkan energy yang cukup untuk
mengeluarkan atom logam dari katoda. Atom yang 
tereksitasi akan kembali ke keadaan dasar dan
mengemisikan cahaya sesuai dengan frekuensi karakteristik
logam.
TAHAPAN PROSES AAS
Lensa Filter
Photodetector Readout

Hollow cathode
0.245

Amplifier
Ruang
pengkabutan

O2 C2H2

Sampel
Atomic Absorption
Spectrophotometer

Atomisasi
Light
Source
(Hollow
cathode)
Sampel
 SAMPEL
 Bentuk : Padat, larutan, dan gas
 Ukuran : tergantung pada teknik yang digunakan, dari miligram (solid
by graphite furnace) sampai 10 ml untuk larutan pada flame work yang
konvensional
 Persiapan : tergantung pada tipe atomisasi yang digunakan, biasanya
harus mempersiapkan larutannya

 TEKNIK PREPARASI

 Sampel cair: dilarutkan dengan air secara kuantitatif, kemudian


ditambahkan asam secukupnya
 Sampel padat: dilakukan dekstruksi
DEKSTRUSI
Dekstrusi dapat dilakukan dengan cara berikut:
1. Cara Kering
Diabukan dengan menggunakan furnace pada suhu tertentu. Jika
perlu ditambahkan “ashing aid”. Selanjutnya abu dilarutkan dalam
asam dan diencerkan secara kuantitatif.
Digunakan untuk analisis Ag, Al, As, Ba, Be, Ca, Cd, Co, Cr, Cu, Fe, K,
Mg, Mn, Mo, Na, Ni, Pb, Sb, Se, Ti, V dan Zn.
2. Cara basah
Dilarutkan dalam asam kuat (atau campuran asam kuat), kemudian
dipanaskan dalam labu Kjedahl/gelas kimia. Keringkan, larutkan
dalam air, masukkan ke dalam labu ukur dan saring.

Asam yang biasa digunakan dengan HNO3 dalam preparasi contoh


untuk destruksi logam.
o Penggunaan HNO3 digunakan pada sampel yang bersih atau
material yang mudah teroksidasi

o Penggunaan HNO3–H2SO4 atau HNO3–HCl digunakan untuk


zat organik yang mudah teroksidasi

o Penggunaan HNO3–HClO4 atau HNO3-HF digunakan pada


sampel yang mengandung zat organik yang sulit teroksidasi
atau mineral yang mengandung silikat
LIGH SOURCE (SUMBER CAHAYA)

Sumber cahaya berasal dari lampu katoda yang


berbeda untuk setiap unsur/ elemen, sesuai dengan
zat yang akan dianalisis.

Cahaya dari sumber diarahkan untuk melewati analit


menuju ke detektor. Semakin besar jumlah sampel
yang ada maka semakin besar absorbansi yang
dihasilkan oleh sampel

Jenis sumber radiasi antara lain, Hollow Cathode


Lamps (HCL), Electrodeless discharge lamps
(EDL) dan Deuterium Lamps .
 Hollow Cathode Lamps
Terdiri dari katoda cekung silindris terbuat dari
unsur yang sama dengan unsur yang akan dianalisis
dan anoda yang terbuat dari tungsten.
Dengan memberikan tegangan pada arus tertentu,
sampel yang akan dianalisis akan memijar dan atom
katodanya akan teruapkan dengan pemercikan.
Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan
radiasi pada panjang gelombang tertentu.
Lampu katoda untuk Aluminium (Al)

Lampu katoda diletakan pada tempat


khusus pada instrument
Hollow Cathode Lamps
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu
katoda memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama
1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur yang akan
diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji,
seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk
pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua
macam, yaitu :
Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1
unsur
Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran
beberapa logam sekaligus, hanya saja harganya lebih mahal.
 Electrodeless Discharge Lamp (EDL)

Electrodeless Discharge Lamp mempunyai prinsip


kerja yang hampir sama dengan Hollow Cathode
Lamp tetapi mempunyai output radiasi lebih tinggi,
biasanya digunakan untuk analisis unsur-unsur As
dan Se, karena pada HCL untuk unsur-unsur tsb,
signalnya lemah dan tidak stabil.
ATOMIZER (ATOMISASI SAMPEL)
 SISTEM NYALA
Sampel diintroduksikan dalam bentuk larutan, kemudian
dimasukan pada sistem nyala dalam bentuk aerosol. Aerosol
dihasilkan oleh nebulizer (pengkabut) kemudian dihubungkan
ke sistem nyala oleh ruang penyemprot (chamber spray).

 JENIS NYALA:
1. Nyala udara asetilen
Temperatur nyala yang lebih rendah mendorong terbentuknya
atom netral dan dengan nyala yang kaya bahan bakar
pembentukan oksida dari banyak unsur dapat diminimalkan.
2. Nitrous oksida-asetilen
Biasanya digunakan untuk penentuan unsur-unsur yang mudah
membentuk oksida dan untuk unsur-unsur yang sulit terurai,
karena temperatur nyala yang dihasilkan relatif tinggi (Al, B,
Mo, Si, So, Ti, V dan W
Sistem atomisasi nyala
GAS
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan
tabung gas yang berisi gas asetilen. Gas asetilen pada
AAS memiliki kisaran suhu ± 20.000K, dan ada juga
tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari
gas asetilen, dengan kisaran suhu ± 30.000K.
Regulator pada tabung gas asetilen berfungsi untuk
pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan,
dan gas yang berada di dalam tabung. Spedometer
pada bagian kanan regulator merupakan pengatur
tekanan yang berada di dalam tabung.
 SISTEM TANPA NYALA (ELECTROTHERMAL
ATOMIZER)
Memakai tungku grafit (graphite tube atomizers) Tungku
grafit dipanaskan dengan listrik (electrical thermal). Suhu
dari tungku dapat diatur, sehingga pemanasan larutan
dilakukan secara bertahap prosesnya yaitu drying,
pyrolisis, atomization, cleaning

 SPECIALIZED ATOMIZATION TECHNIQUES


Glow Discharge Atomization
Hydride Atomization
Cold-Vapor Atomization
MONOKROMATOR
Monokromator merupakan alat yang berfungsi untuk
memisahkan radiasi yang tidak diperlukan dari spektrum
radiasi lain yang dihasilkan oleh hallow cathode lamp.
DETEKTOR
Detektor merupakan alat yang mengubah energi
cahaya menjadi energi listrik yang berhubungan
dengan daya radiasi kemudian diserap oleh
permukaan yang peka.

Intensitas cahaya yang melewati nyala api secara


garis analitikal ditangkap oleh detektor
menggunakan photomultiplier kemudian
diidentifikasi sesuai panjang gelombangnya.

Sinyal dari detektor ditransfer ke komputer


sehingga pengukuran terhadap sampel dapat
dibaca pada layar monitor sebagai data.
SISTEM PENGOLAH
Sistem pengolahan berfungsi untuk mengolah kuat arus dari
detektor menjadi besaran daya serap atom transmisi kemudian
diubah menjadi data pada sistem pembacaan

Tampilan pada layar monitor


TABUNG GAS
Tabung gas asetilen atau gas N2O

KOMPRESOR
Merupakan alat yang terpisah dengan unit utama
karena berfungsi untuk mensuplai udara yang akan
digunakan pada saat pembakaran atom

BURNER
Merupakan bagian terpenting pada unit utama
berfungsi sebagai tempat pencampuran gas asetilen
dan aquabides agar tercampur merata dan terbakar
TEKNIK PENGUKURAN/Kuantitatif
 A. METODE KURVA KALIBRASI

Dibuat seri larutan standar dengan berbagai konsentrasi


dan absorbansi dari larutan tersebut kemudian diukur
dengan AAS.

Membuat grafik antara konsentrasi (C) dengan absorbansi


(A) yang merupakan garis lurus melewati titik nol dengan
slope = ε. B atau slope = a.b

Konsentrasi larutan sampel kemudian diukur dan


diintropolasi ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukkan ke
dalam persamaan regresi linier pada kurva kalibrasi.
Contoh kurva kalibrasi
B. METODE STANDAR TUNGGAL
Metode ini sangat praktis karena hanya menggunakan
satu larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya
(C std)

Absorbsi larutan standar (A std) dan absorbsi larutan


sampel (A smp) diukur dengan spektofotometri

Dengan hukum Lambert-Beer dan dengan mengukur


absorbansi larutan sampel serta standar, maka
konsentrasi larutan sampel dapat dihitung
Rumus yang digunakan sama dengan spektrofotometer
uv/vis
METODE STANDAR TUNGGAL

Metode ini hanya menggunakan satu larutan standar yang


telah diketahui konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya absorbsi
larutan standar (Astd) dan absorbsi larutan sampel (Asmp)
diukur dengan spektrometri. Dari hukum Beer diperoleh:
Astd = ε b Cstd Asmp = ε b Csmp
ε = Astd / Cstd ε b = Asmp / Csmp
Sehingga,
Astd/Cstd = Csmp/Asmp -> Csmp = (Asmp/Astd) x Cstd
Dengan mengukur absorbansi larutan sampel dan standar,
konsentrasi larutan sampel dapat dihitung.
Metode kurva kalibrasi
Dalam metode ini dibuat menggunakan suatu seri
larutan standar dengan berbagai konsentrasi dan
absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan AAS.
Langkah selanjutnya adalah membuat grafik antara
konsentrasi(C) dengan absorbansi (A) yang
merupakan garis lurus yang melewati titik nol dengan
slope = ε b atau = a.b. konsentrasi larutan sampel
dapat dicari setelah absorbansi larutan sampel diukur
dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau
dimasukkan ke dalam persamaan garis lurus yang
diperoleh dengan menggunakan program regresi
linewar pada kurvakalibrasi.
 C. METODE ADISI STANDAR

 Metode ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan


kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan
(matriks) sampel dan standar.

 Metode ini banyak digunakan karena dapat meminimalkan kesalahan


karena perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standard

 Pada metode ini dua atau lebih jumlah volume tertentu pada sampel
dipindahkan ke labu bakar

 Satu larutan diencerkan sampai volume tertentu


kemudian diukur absorbansinya tanpa ditambah dengan zat standar,
sedangkan larutan yang lain sebelum diukur absorbansinya ditambah
terlebih dahulu dengan sejumlah larutan standar tertentu kemudian
diencerkan seperti pada larutan pertama
C. METODE ADISI STANDAR
Menurut hukum Beer akan berlaku hal-hal berikut:
Ax = k.Ck                         AT = k(Cs+Cx)
Dimana,
Cx = konsentrasi zat sampel
Cs = konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke
larutan sampel
Ax = absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat
standar)
AT = absorbansi zat sampel + zat standar
METODE ADISI STANDAR

Jika kedua rumus digabung maka akan diperoleh Cx =


Cs + {Ax/(AT-Ax)}
Konsentrasi zat dalam sampel (Cx) dapat dihitung
dengan mengukur Ax dan AT dengan spektrometri.
Jika dibuat suatu seri penambahan zat standar dapat
pula dibuat grafik antara AT lawan Cs garis lurus yang
diperoleh dari ekstrapolasi ke AT = 0, sehingga
diperoleh:
Cx = Cs x {Ax/(0-Ax)} ; Cx = Cs x (Ax/-Ax)
Cx = Cs x (-1) atau Cx = -Cs
KEUNGGULAN/KEKURANGAN

Keunggulan
Dapat menentukan kuantitas unsur pada suatu
paduan dari part per million (ppm) sampai sub part
per billion (ppb)

Keterbatasan
Tidak dapat menganalisis secara langsung unsur-
unsur gas mulia, halogen, sulfur, karbon atau
nitrogen
Kurang sensitif untuk analisis unsur pembentuk
karbida atau oksida refraktori
Pelarut berbeda tiap sample
Lampu belum tentu sesuai dengan material uji
ARTIFACT
Pada AAS terdapat Interference fenomena yang
mengarah ke perubahan intensitas analyte signal
dalam spektroskopi. Gangguan serapan spektroskopi
atom terdiri dari non-spektral dan spektral
1) Non-spektral
* Matrix interference
* Chemical interference
* Ionization interference
2) Spektral interferece

Sumber : http://lab-training.com/2013/05/08/aas-free-e-course-..
Sumber : http://lab-training.com/2013/05/08/aas-free-e-course-..
Non-spektral Interference
Matrix interference
Ketika sampel lebih kental atau memiliki tegangan
permukaan yang berbeda dari standar maka dapat
mengakibatkan perbedaan tingkat penyerapan sampel
karena perubahan dalam efisiensi nebulization.

Hal ini dapat diminimalkan dengan cara


mencocokkan sedekat mungkin komposisi matriks
standar dan sampel
Chemical Interference
Misal dari senyawa Ca bereaksi dengan Fosfat maka
membentuk kalsium fosfat stabil yang mengurangi
penyerapan ion Ca. Maka Ca intensitasnya yang
terbaca menjadi kecil .

 Diatasi dengan menambah lantanum sehingga


membuat Ca terbaca
Ionitation Interference
Ionitation Interference lebih sering terjadi pada api yang terlalu
besar. Kelebihan energi api dapat menyebabkan eksitasi atom
keadaan dasar ke keadaan ionik dengan hilangnya elektron
sehingga mengakibatkan penipisan atom keadaan dasar.

Dalam api kecil gangguan tersebut ditemui dengan unsur-unsur


dengan mudah terionisasi seperti logam alkali dan alkali tanah.

Gangguan ionisasi dihilangkan dengan menambahkan


kelebihan unsur yang mudah terionisasi sehingga menciptakan
sejumlah besar elektron bebas dalam api dan menekan ionisasi
analyte. Garam elemen seperti K, Rb dan Cs biasanya digunakan
sebagai penekan ionisasi.
Spectral Interferensi
Kebanyakan gangguan spektral umumnya akibat emisi
molekul dari oksida unsur lain dalam sampel.
Penyebab utama penyerapan adalah adanya molekul
terurai matriks yang memiliki spektrum serapan pita lebar
dan partikel padat kecil, di vaporizer atau spesies molekul
dalam api yang dapat menghamburkan cahaya melalui
daerah panjang gelombang yang luas.

Masalahnya diatasi dengan mengukur dan mengurangi


penyerapan latar belakang dari total penyerapan diukur
untuk menentukan serapan atom benar
TEKNIK YANG RELEVAN

Inductively coupled plasma atomic emission


spectrometry

Direct current plasma atomic emission


spectrometry

Kedua teknik tersebut secara simultan dapat memberikan


pendalaman mengenai analitikal dan sensitivitas yang lebih
lengkap terhadap AAS. Selain itu, kedua teknik tersebut
membutuhkan persiapan awal yang lebih baik dan masalah
interferensi matriks (spektral).

You might also like