You are on page 1of 9

"Komunikasi terapeutik pada pasien marah-marah"

Cindi Permata Sari


(2114201011)
Latar Belakang

Komunikasi terapeutik merupakan suatu proses untuk membina hubungan terapeutik


perawat – klien dan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan perawat kepada
klien.Kelemahan dalam komunikasi masih menjadi masalah bagi perawat maupun klien
karena proses keperawatan tidak berjalan secara maksimal dan menyebabkan
ketidaknyamanan pasien.Pasien sering mengeluh terhadap pelayanan keperawatan kurang
memuaskan dan membuat pasien menjadi marah,hal tersebut terkadang disebabkan
kesalahpahaman komunikasi dengan tenaga keperawatan yang tidak mengerti maksud pesan
yang disampaikan pasien.
Pengertian

Charles rycroft (1979) memberikan definisi marah sebagai suatu reaksi emosional kuat yang didatangkan oleh
ancaman, campur tangan, serangan kata-kata, penyerangan jelas, atau frustasi dan dicirikan dengan reaksi gawat dari
sistem syaraf yang bebas dengan balasa-balasan serangan atau tersembunyi.2
Davidoff (1991) mendefinisikan marah sebagai suatu emosi yang mempunyai ciri aktivitas sistem sistem syaraf
simpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat disebabkan adanya kesalahan. Stuart dan
sundeen (1987) memberikan pengertianmengenai marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman.

Jadi, kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang
meningkat dan dirasakan sebagai ancaman. Pengungkapan marah yang kontruktif dapat membuat perasaan lega.
Karakteristik Marah

Menurut Beck dalam Purwanto & Mulyono (2006), pada dasarnya emosi marah dapat dilihat dari beberapa
aspek, yaitu :3

Aspek biologi

Respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem syaraf otonam bereaksi terhadap sekresi epinerpin sehingga
tekanan darah meningkat, takikardi ( frekuensi denyut jantung meningkat ) wajah memerah, pupil
membengkak, frekuensi pembuangan urin meningkat, meningkatnya kewaspadaan dan ketegangan otot seperti
rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku dan refleks cepat. Hal ini disebabkan energy yang dikeluarkan
saat marah bertambah.

Aspek emosional
Seseorang yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin berkelahi,
mengamuk, bermusuhan, sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
Aspek Intelektual

Pada gangguan fungsi panca indera dapat terjadi penyimpangan persepsi seseorang sehingga hal itu dapat menimbulkan
marah. Sebagian besar pengalaman kehidupan seseorang melalui proses intelektual. Peran panca indera sangat penting
untuk beradaptasi pada lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai

suatu pengalaman. Oleh karena itu, perlu diperhatikan cara marah, mengidentifikasi keadaan penyebab marah, proses
informasi, klasifikasi informasi dan penyimpangan persepsi.

Aspek Sosial

Emosi marah sering merangsang kemarahan dari orang lain dan menimbulkan penolakan dari orang lain. Sebagian orang
menyalurkan kemarahan dengan menilai dan mengkritik tingkah laku orang lain sehingga orang lain merasa sakit hati.
Aspek sosial ini meliputi interaksi sosial, budaya, kepercayaan dan ketergantungan.

Aspek Spiritual

Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan dan dimanifestasi dengan amoral dan
rasa.
Faktor-faktor Penyebab Marah

Orang marah sebenarnya dapat datang dari luar dan dalam diri orang itu, sehingga secara garis besar sebab yang menimbulkan marah
itu terdiri dari faktor fisik dan psikis (Purwanto & Mulyono, 2006).3

Faktor Fisik

Sebab-sebab yang mempengaruhi faktor fisik antara lain:

Kelelahan yang berlebihan. Misalnya orang yang terlalu lelah karena kerja keras, akan lebih mudah marah dan mudah sekali
tersinggung.

Zat-zat tertentu yang dapat menyebabkan marah. Misalnya jika otak kurang mendapatkan zat asam, orang itu akan lebih mudah marah.

Hormon kelamin pun dapat mempengaruhi kemarahan seseorang. Hal ini dapat dibuktikan pada sebagaimana wanita yang sedang haid,
rasa marah merupakan ciri khasnya yang utama.
Faktor Psikis

Faktor psikis yang menimbulkan marah adalah erat kaitannya dengan kepribadian seseorang. Terutama yang menyangkut "self-concept
yang salah" yaitu anggapan seseorang terhadap dirinya sendiri salah. Self-concept yang salah menghasilkan pribadi yang tidak seimbang
dan tidak matang. Karena, seseorang akan menilai dirinya sangat berlainan sekali dengan kenyataan yang ada. Beberapa self-concept yang
salah dapat kita bagi menjadi:

Rasa rendah diri (MC = Minderwaardigheid Complex), yaitu menilai dirinya sendiri lebih rendah dari yang sebenamya. Orang ini akan
mudah sekali tersinggung karena segala sesuatu dinilai sebagai yang merendahkannya, akibatnya wajar ia mudah marah.

Tehnik Berkomunikasi Terapeutik untuk Mengatasi Klien Marah


Ruang konsultasi bisa jadi selalu penuh dengan emosi, khususnya dari pasien. Ketika pasien tidak bisa mengontrol emosi, dokter
dan perawat terkadang perlu mengatasinya dengan komunikasi terapeutik.

Siaplah untuk menghadapi emosi yang beragam ketika menghadapi orang sakit, anda mungkin akan menemukan berbagai reaksi
emosi. Sesaat setelah mulai bekerja, Anda perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi ketidaknyamanan yang mungkin muncul.
Anda juga perlu mengidentifikasi kapan sesuatu akan berubah menjadi buruk, berdasarkan bahasa tubuh pasien.
Kesimpulan

Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa dalam menghadapi klien yang marah diperlukan
untuk tetap menerapkan komunikasi terapeutik agar dapat terjalin hubungan yang baik antara
perawat dan klien dan juga seorang perawat harus mengetahui karakteristik,faktor penyebab
serta tehnik-tehnik dalam mengatasi klien yang marah sehingga masalah klien dapat
terselesaikan.

Saran
Sebagai seorang perawat kita harus bisa menerapkan komunikasi terapeutik khususnya dalam
menghadapi klien yang sedang marah. Kita harus tetap memberikan pelayanan yang baik
bagaimanapun situasi klien.
Title
TERIMA KASIH
:)

You might also like