You are on page 1of 36

Asuhan Keperawatan Klien

Gangguan GIT Pada Intestinal

Devi Ratnasari, M.Kep


Gastroenteritis

 Peradangan pada lambung, usus kecil dan


usus besar dengan berbagai kondisi patologis
dari GIT dengan manifestasi diare dengan
atau tanpa muntah serta ketidaknyamanan
abdomen
 Diare adalah suatu keadaan dengan
peningkatan frekuensi , konsistensi feses cair,
feses dengan kandungan air yang banyak dan
feses bisa disertai dengan darah atau lendir.
Etiologi

 Bakteri :    Escherichia coli, Salmonella typhi,


 Parasit   :    Protozoa (Entamoeba hystolitica)
 Virus     :    Rotavirus, Adenovirus
 Toksisitas makanan atau minuman
Patofisiologi

 Peradangan pada GIT disebabkan infeksi


mikroorganisme dengan melakukan invasi
pada mukosa, memproduksi enterotoksin
dan atau sitotoksin yang hal ini
menyebabkan peningkatan sekresi cairan
dan atau menurunkan absorpsi cairan
sehingga akan terjadi dehidrasi dan
hilangnya cairan dan elektrolit
Mekanisme dasar penyebab diare

 , Gangguan osmotik kondisi dimana zat makanan sukar diserap oleh


mukosa intestinal dan menyebabkan tekanan osmotik usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus  merangsang
usus mengeluarkannya (diare)
 Respon inflamasi mukosa, kondisi ini akibat produksi enterotoksin dari
agen infeksi memberikan respon peningkatan aktivitas sekresi air dan
elektrolit oleh dinding usus ke rongga usus  peningakatn isi rongga usus
 diare
 Gangguan motilitas

hiperperistaltik usus menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk


menyerap makanan sehingga timbul diare.
Asuhan Keperawatan

 Pengkajian
 Adanya diare
 Muntah
 Demam
 Nyeri abdomen
 Kondisi feses cair
 Gejala dehidrasi
 Pengkajian faktor epidemiologi
 Pengkajian diagnotik
Pemeriksaan Diagnostik

 Pemeriksaan darah rutin untuk melihat BJ


plasma
 Pemeriksaan AGD untuk mengidentifikasi
gangguan keseimbangan asam basa dalam
darah
 Pemeriksaan elektroli
 Pemeriksaan ureum kreatinin
 Pemeriksaan feses untuk melihat agen
penyebab
Diagnosa Keperawatan

 R/A ketidakseimbangan cairan dan elektrolit


db.d kehilangan cairan pada gastrointestinal
 Kriteria evaluasi :
 Tidak ada pusing, TTV dalam batas normal,
kesadaran optimal
 Membran mukosa lembab, turgor kulit baik,
CRT<3 detik
 Keluhan diare,mual muntah berkuran
 Intervensi keperawatan :
 Identifikasi faktor penyebab
 Lakukan rehidrasi oral
 Lakukan pemasangan IVFD
 Monitoring intake output cairan

 Metode perhitunagn kebutuhan Hidrasi


BJ plasma – 1,025 x BB (kg) x 4 ml
0,001
Diagnosa keperawatan lainnya :
 R/A syok hipovolemik b.d efek sekunder kehilangan
cairan darai GI
 R/A gangguan pola nafas b.d penurunan pH pada cairan
serebrospinal
 R/A gangguan perfusi serebral b.d b.d penurunan pH
pada cairan serebrospinal
 R/A ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d intake yang tidak adekuat
 Gangguan rasa nyaman:nyeri b.d iritasi GIT
 Gangguan termoregulasi : hipertermi b.d respon
sistemik dari inflamasi GI
APENDIKSITIS

 Peradangan pada apendik


 Lokasi : daerah iliaka kanan, dibawah katup
ileocekal (region titik mc Burney)
 Saluran kecil dengan diameter kurang lebih
sebesar pensil, panjang 2-6 inci.
Etiologi

 Ulserasi pada mukosa


 Obstruksi oleh fecalit
 Sumbatan cacing
 Tumor
 Striktur karena fibrosis
Patofisiologi

 Etiologi : ulserasi, obstruksi lumen(feces).


 Terjadi penyumbatan pengeluaran mukus
 Edema
 Iskemik, nekrosis
 Invasi bakteri/peradangan
 Abses
 Perforasi
Penatalaksanaan

 Tindakan bedah
 Terapi simptomatis dan kausatif

 Diagnostik : Pemeriksaan darah ( leuko >


10.000, Sinar X
Komplikasi

 Perforasi
 Peritonitis
 Dehidrasi
 Sepsis
 Imbalance elektrolit
Pengkajian

Subjektif data
Nyeri daerah pusar menjalar kedaerah perut kanan
bawah, mual, muntah, kembung, anoreksia,
demam, diare/konstipasi.
Objektif data
Nyeri tekan pada titik mc Burney, Spasme otot,
Takhicardia, takipnea, pucat, gelisah,Bising usus
berkurang, demam 38-38,5 derajat, pada
pemeriksaan rectal toucher nyeri pada arah jam 10-
11 menunjukan adanya perforasi
Masalah Keperawatan

 Nyeri
 Ketidakseimbangan nutrisi
 Hipertemi
 Risiko penyebaran infeksi
 Kecemasan
Typoid

• Penyakit infeksi akut usus halus

•Sinonim : paratyphoid fever, enterik fever, tifus


abdominalis.
Etiologi

 Etiologi : Salmonella typhi.


 Sumber penularan :
 Tranmisi oral
 Tranmisi dari tangan ke mulut
 Tranmisi kotoran
Patogenesis

 S. Typhi masuk tubuh melalui makanan dan


air
 Sebagian dimusnahkan oleh asam lambung
 Sebagian masuk usus halus (jaringan
lympoid/plak payeri di ileum terminalis)
 Kuman menembus lamina propia dan masuk
aliran limfe, hati.
Lanjutan

 Kuman bersarang dan berkembang di plak


payeri, limpa, hati dan sistem RES lainnya.
 Invasi terus-menerus : perdarahan dan
perforasi
 Endotoksin merangsang sintesis zat pirogen :
demam
Manifestasi klinis

 Minggu pertama : sama seperti infeksi pada


umumnya : demam, nyeri kepala, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah, obstipasi/diare,
perasaan tdk enak diperut, batuk, epistaksis.
 Minggu kedua : demam, bradikardi relatif,
lidah typoid, hepatomegali, splenomegali,
gangguan kesadaran berupa
somnolen/koma.
Diagnosis
 Biakan darah
 Biakan tinja
 Titer uji widal (4 kali lipat selama 2-3 mg)
 Pemeriksaan darah tepi (Leukopeni )
Komplikasi

 Perdarahan
 Perforasi usus
 Peritonitis
 Sepsis
Penatalaksanaan

 Pemberian antibiotik
 Istirahat (tirah baring 7-14 hari)
 Diet dan terapi penunjang
Pengkajian

 Keluhan : demam, lemah, anoreksia, nausea,


nyeri kepala, nyeri otot, perut kembung,
nyeri abdomen
 Pola hidup sehari-hari : makanan yang kurang
higienis, kebersihan perorangan, imunitas
rendah
Pemeriksaan fisik
 Survei umum dan tingkat kedasaran
Fase awal tidak ada perubahan, fase lanjut sering didapatkan
adanya penurunan tingkat kesadaran
 TTV
Fase 7-14 hari suhu tubuh meningkat 39-41 derajat celcius pada
malam hari dan turun pada pagi hari (intermiten). Relatif bradikardi
 B1 (breathing) : tidak ada perubahan , respon akut adanya gejala
batuk kering
 B2 (blood) : penurunan TD, keringat dingin, diaforesis pada
minggu 1, pucat, akral dingin
 B3 (brain) : pada dehidrasi menyebabkan penurunan perfusi
serebral (sakit kepala, lesu, gangguan mental), kejang,
 B4 (Bladder) : penurunan urine output)
 B5 (bowel)
 Inspeksi :
▪ Lidah kotor berselaput putih dan tepi hiperemis disertai stomatitis. Tanda jelas
tampak pada minggu ke 2 b.d infeksi sitemik dan endotoksin kuman
▪ Sering muntah, perut kembung
▪ Distensi abdomen
 Auskultasi:
▪ Penurunan bising usus <5 x/menit pada minggu 1 dan terjadi konstipasi
 Perkusi:
▪ Suara timpani abdomen akibat kembung
 Palpasi :
▪ Nyeri tekan abdomen
▪ Hepatomegali dan splenomegali.
 B6 (bone) : malaise, kelemahan fisik, kram otot ekstremitas,
tanda roseola,.
Masalah keperawatan

 Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan


 Defisit volume cairan
 Perubahan suhu : hipertemi
 Intoleransi aktivitas
 Risiko penyebaran infeksi
Penatalaksanaan

 Diet lunak TKTP rendah serat


 Cairan yang cukup
 Tirah baring
Ileus

 Suatu kondisi hipomotilitas saluran


pencernaan tanpa disertai obstruksi mekanik
pada intestinal.
 Sering disebut ileus paralitik
Faktor predisposisi

 Pasca bedah
 Sepsis
 Trauma
 Inflamasi intrabdomen
 Peritonitis
 Hematoma retroperitoneal
Pengkajian fisik

 Inspeksi : kembung dan distensi abdomen


 Auskultasi : tidak ada bising usus
 Palpasi : nyeri tekan pada abdomen
 Perkusi : timpani akibat akumulasi gas pada
abdomen
 Pengkajian diagnostik : pemeriksaan lab dan
radiologi
Penatalaksanaan

 Konservatif :
 Hidrasi intravena
 Dipasang NGT
 Terapi diet
 Menunda intake oral sampai tanda klinis ileus
berakhir
 Terapi aktivitas
 Ambulasi dini
 Terapi farmakologis
Diagnosa Keperawatan

 Gangguan pola eleminasi : konstipasi b.d


penurunan motilitas usus
 Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit kurang
dari kebutuhan tubuh b.d output cairan berlebih
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat
 Gangguan rasa nyaman nyeri b.d diatensi
abdomen
TERIMA KASIH

You might also like