You are on page 1of 21

Gangguan Sistem

Endokrin (Diabetes melitus)


Dibuat Oleh :
Annisaa Dwi Febriyana
2020321015
Definisi
• Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik dengan kenaikan gula
darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat kelainanproduksi insulin, aktivitas insulin
atau keduanya. Peningkatan kadar gula darah yang berlangsung lama pada
diabetes berhubungan dengan komplikasi jangka panjang, gangguan fungsi atau
kegagalan beberapa organ tubuh (mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh
darah).
• Diabetes memiliki 2 tipe yakni diabetes melitus tipe 1 yang merupakan hasil dari
reaksi autoimun terhadap protein sel pulau pankreas, kemudian diabetes tipe 2
yangmana disebabkan oleh kombinasi faktor genetik yang berhubungan dengan
gangguan sekresi insulin, resistensi insulin dan faktor lingkungan seperti obesitas,
makan berlebihan, kurang makan, olahraga dan stres, serta penuaan.
Patofisiologi
Patofisiologi DM-Tipe I

• Pada patofisiologi diabetes mellitus tipe


1, yang terjadi adalah tidak adanya
insulin yang dikeluarkan oleh sel yang
berbentuk seperti peta pada pankreas
yang terletak di belakang lambung.
Dengan tidak adanya insulin, glukosa
dalam darah tidak dapat masuk ke
dalam sel untuk dirubah menjadi
tenaga. Karena tidak bisa diserap oleh
insulin, glukosa ini terjebak dalam
darah dan kadar glukosa dalam darah
menjadi naik (Homenta, 2012).
Patofisiologi DM-Tipe II

• Diabetes melitus tipe 2 sebanyak 90%


kasus diabetes dan biasanya ditandai
dengan kombinasi resistensi insulin dan
defisiensi insulin. Resistensi insulin
dimanifestasikan oleh peningkatan
lipolysis dan produksi asam lemak bebas,
peningkatan produksi glukosa hepatik, dan
penurunan serapan otot rangka glukosa.
Sel β mengalami disfungsi progresif dan
menyebabkan memburuknya kontrol
glukosa darah.
Etiologi
• Etiologi dari penyakit diabetes yaitu gabungan antara
faktor genetik dan faktor lingkungan.
• Etiologi lain dari diabetes yaitu sekresi atau kerja insulin,
abnormalitas metabolik yang menganggu sekresi insulin,
abnormalitas mitokondria, dan sekelompok kondisi lain
yang menganggu toleransi glukosa. Diabetes mellitus
dapat muncul akibat penyakit eksokrin pankreas ketika
terjadi kerusakan pada mayoritas islet dari pankreas.
Hormon yang bekerja sebagai antagonis insulin juga
dapat menyebabkan diabetes (Putra, 2015).
Manifestasi Klinik
• Berat Badan Turun
• Lemah
• Mata kabur
• Luka yang sukar sembuh
• Rasa kesemutan
• Gusi merah dan bengkak
• Mudah kena infeksi
• Gatal pada kemaluan
Diagnosis
• DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis tidak dapat ditegakkan
atas dasar adanya glukosuria. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah
pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Pemantauan hasil
pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler
dengan glukometer.
Diagnosis
• Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Kecurigaan adanya DM perlu
dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik, seperti:
1. Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya.
2. Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria,
serta pruritus vulva pada wanita.
• Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat digolongkan ke
dalam kelompok prediabetes yang meliputi: toleransi glukosa terganggu (TGT), glukosa darah
puasa terganggu (GDPT).
• Toleransi glukosa terganggu (TGT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma 2 jam setelah TTGO
antara 140-199 mg/dl
• Glukosa darah puasa terganggu (GDPT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa antara 100-
125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2 jam
Terapi
• Terapi Non farmakologi
1. Terapi Nutrisi dan Pengaturan diet
Terapi nutrisi medis dianjurkan untuk semua pasien. Untuk tipe 1 DM, fokusnya
adalah pada fisiologis yang mengatur pemberian insulin dengan diet seimbang untuk
mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat. Merencanakan makan dengan
jumlah karbohidrat yang moderat dan rendah lemak jenuh, dengan fokus pada makanan
seimbang. Pasien dengan DM tipe 2 sering membutuhkan keseimbangan kalori untuk
meningkatkan berat badan (DiPiro, 2015). Dianjurkan diet dengan komposisi makanan
yang seimbang dalam hal karbohidrat, lemak dan protein sesuai dengan kecukupan gizi
yang baik sebagai berikut:
❖ Karbohidrat : 60-70%
❖ Protein : 10-15%
❖ Lemak : 20-25%
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut dan
kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan
berat badan ideal (DEPKES RI, 2005).
Terapi
2. Olah Raga
Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula
darah tetap normal. Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat, olah raga ringan
asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan.
Disarankan olah raga yang bersifat CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval,
Progressive, Endurance Training). Sedapat mungkin mencapai zona sasaran
75-85% denyut nadi maksimal (220-umur), disesuaikan dengan kemampuan
dan kondisi penderita.
Terapi Farmakologi
• Apabila terapi non farmakolgi belum berhasil mengendalikan kadar glukosa darah penderita, maka perlu
dilakukan terapi farmakologi, baik dalam bentuk terapi obat hipoglikemik oral, terapi insulin, atau
kombinasi keduanya.
• 1. Obat Antihiperglikemia Oral Berdasarkan cara kerjanya, obat antihiperglikemia oral dibagi menjadi 5
golongan:
a) Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue): Sulfonilurea dan Glinid
❖ Sulfonilurea
Obat-obat kelompok ini bekerja merangsang sekresi insulin di kelenjar pancreas, oleh sebab itu
hanya efektif apabila sel-sel β Langerhans pankreas masih dapat berproduksi. Penurunan kadar glukosa
darah yang terjadi setelah pemberian senyawa-senyawa sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan
sekresi insulin oleh kelenjar pancreas. Sifat perangsangan ini berbeda dengan perangsangan oleh
glukosa, karena ternyata pada saat glukosa (atau kondisi hiperglikemia) gagal merangsang sekresi
insulin, senyawa-senyawa obat ini masih mampu meningkatkan sekresi insulin. Oleh sebab itu, obat-
obat golongan sulfonilurea sangat bermanfaat untuk penderita diabetes yang kelenjar pankreasnya
masih mampu memproduksi insulin, tetapi karena sesuatu hal terhambat sekresinya.
Terapi Farmakologi
• Obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea generasi pertama yang dipasarkan sebelum
1984 dan sekarang sudah hampir tidak dipergunakan lagi antara lain asetoheksamida,
klorpropamida, tolazamida dan tolbutamida. Yang saat ini beredar adalah obat hipoglikemik
oral golongan sulfonilurea generasi kedua yang dipasarkan setelah 1984, antara lain gliburida
(glibenklamida), glipizida, glikazida, glimepirida, dan glikuidon.

❖ Glinid
Mirip dengan sulfonilurea, glinid menurunkan glukosa lebih rendah dengan
merangsang sekresi insulin pankreas, tetapi pelepasan insulin tergantung glukosa dan akan
hilang pada konsentrasi glukosa darah rendah. Ini bisa mengurangi potensi untuk
hipoglisemi parah. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu Repaglinid (derivat asam
benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin).
Terapi Farmakologi
• 2) Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin: Metformin dan Tiazolidindion (TZD)
❖ Metformin
Metformin meningkatkan sensitivitas insulin dari hati dan jaringan perifer (otot) untuk
meningkatkan penyerapan glukosa. Hal ini mengurangi tingkat A1C 1,5% menjadi 2%, tingkat FPG 60
sampai 80 mg / dL (3,3-4,4 mmol / L), dan mempertahankan kemampuan untuk mengurangi tingkat
FPG sangat tinggi yaitu (> 300 mg / dL atau> 16,7 mmol / L). Metformin mengurangi trigliserida plasma
dan low-density. lipoprotein (LDL) kolesterol sebesar 8% menjadi 15% dan sederhana meningkatkan
high-density lipoprotein (HDL) kolesterol (2%). Metformin tidak menyebabkan hipoglisemia ketika
digunakan sendirian .
❖ Tiazolidindion (TZD)
Obat ini meningkatkan sensitivitas insulin pada jaringan otot, hati, dan lemak secara tidak
langsung. Ketika diberikan selama 6 bulan dengan dosis maksimal, pioglitazone dan rosiglitazone
mengurangi A1C oleh ~ 1,5% dan FPG dari 60 menjadi 70 mg / dL (3,3-3,9 mmol / L). Efek maksimum
tidak dapat dilihat sampai 3 sampai 4 bulan terapi.
Terapi Farmakologi
• 3) Penghambat Absorpsi Glukosa:
Penghambat Glukosidase Alfa. Agen-agen ini mencegah pemecahan sukrosa dan karbohidrat
kompleks di intestinal kecil, sehingga memperlama absorpsi karbohidrat. Ini berefek langsung
pada berkurangnya konsentrasi glukosa post prandial (40–50 mg/dL; 2.2–2.8 mmol/L) sementara
glukosa puasa relatif tidak berubah GDP (~ 10% pengurangan). Efek pada kontrol glikemi cukup
moderat, dengan rerata pengurangan HbA1C 0,3-1%.
Acarbose (Precose) dan miglitol (Glyset) didosiskan serupa. Terapi dimulai dengan dosis sangat
rendah (25 mg dengan satu sehari) dan ditingkatkan bertahap (selama sebulan) sampai maksimal
50 mg tiga kali sehari untuk pasien 60 kg atau lebih, dan 100 mg tiga kali sehari untuk pasien
diatas 60 kg. Obat ini digunakan secara bersamaan dengan makanan untuk menghambat aktivitas
enzim.
Terapi Farmakologi
4) Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV)
DPP-4 inhibitor sebagian mengurangi glukagon postprandially tidak tepat ditinggikan
dan merangsang sekresi insulin glukosa tergantung. pengurangan A1C rata-rata 0,7% sampai 1%
pada dosis maksimum. Penghambat DPP-4 merupakan agen oral, dan yang termasuk dalam
golongan ini adalah vildagliptin, linagliptin, sitagliptin, saxagliptin dan alogliptin.
5) Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Co-transporter 2)
Obat golongan penghambat SGLT-2 merupakan obat antidiabetes oral jenis baru yang
menghambat reabsorpsi glukosa di tubuli distal ginjal dengan cara menghambat transporter
glukosa SGLT-2. Obat yang termasuk golongan ini antara lain: Canagliflozin, Empagliflozin,
Dapagliflozin, Ipragliflozin.
Terapi Farmakologi
6) Obat Antihiperglikemia Suntik
A. Insulin
Terapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita DM Tipe 1. Pada DM Tipe I, sel-sel β
Langerhans kelenjar pankreas penderita rusak, sehingga tidak lagi dapat memproduksi insulin. Sebagai
penggantinya, maka penderita DM Tipe I harus mendapat insulin eksogen untuk membantu agar
metabolisme karbohidrat di dalam tubuhnya dapat berjalan normal. Walaupun sebagian besar
penderita DM Tipe 2 tidak memerlukan terapi insulin, namun hampir 30% ternyata m
❖ Mekanisme Kerja Insulin
Insulin yang disekresikan oleh sel-sel β pankreas akan langsung diinfusikan ke dalam hati melalui
vena porta, yang kemudian akan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Efek kerja
insulin yang sudah sangat dikenal adalah membantu transpor glukosa dari darah ke dalam sel.
Kekurangan insulin menyebabkan glukosa darah tidak dapat atau terhambat masuk ke dalam sel.
Akibatnya, glukosa darah akan meningkat, dan sebaliknya sel-sel tubuh kekurangan bahan sumber
energi sehingga tidak dapat memproduksi energi sebagaimana seharusnya.emerlukan terapi insulin
disamping terapi hipoglikemik oral.
Terapi Farmakologi
Prinsip Terapi Insulin Indikasi
❖ Semua penderita DM Tipe 1 memerlukan insulin eksogen karena produksi insulin endogen oleh sel-sel β kelenjar
pankreas tidak ada atau hampir tidak ada
❖ Penderita DM Tipe 2 tertentu kemungkinan juga membutuhkan terapi insulin apabila terapi lain yang diberikan tidak
dapat mengendalikan kadar glukosa darah
❖ Keadaan stres berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark miokard akut atau stroke
❖ DM Gestasional dan penderita DM yang hamil membutuhkan terapi insulin, apabila diet saja tidak dapat
mengendalikan kadar glukosa darah.
❖ Ketoasidosis diabetik
❖ Insulin seringkali diperlukan pada pengobatan sindroma hiperglikemia hiperosmolar non-ketotik.
❖ Penderita DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan suplemen tinggi kalori untuk memenuhi
kebutuhan energi yang meningkat, secara bertahap memerlukan insulin eksogen untuk mempertahankan kadar
glukosa darah mendekati normal selama periode resistensi insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin.
❖ Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
❖ Kontra indikasi atau alergi terhadap OHO
Terapi Farmakologi
Prinsip Terapi Insulin Indikasi
❖ Semua penderita DM Tipe 1 memerlukan insulin eksogen karena produksi insulin endogen oleh sel-sel β kelenjar
pankreas tidak ada atau hampir tidak ada
❖ Penderita DM Tipe 2 tertentu kemungkinan juga membutuhkan terapi insulin apabila terapi lain yang diberikan tidak
dapat mengendalikan kadar glukosa darah
❖ Keadaan stres berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark miokard akut atau stroke
❖ DM Gestasional dan penderita DM yang hamil membutuhkan terapi insulin, apabila diet saja tidak dapat
mengendalikan kadar glukosa darah.
❖ Ketoasidosis diabetik
❖ Insulin seringkali diperlukan pada pengobatan sindroma hiperglikemia hiperosmolar non-ketotik.
❖ Penderita DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan suplemen tinggi kalori untuk memenuhi
kebutuhan energi yang meningkat, secara bertahap memerlukan insulin eksogen untuk mempertahankan kadar
glukosa darah mendekati normal selama periode resistensi insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin.
❖ Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
❖ Kontra indikasi atau alergi terhadap OHO
Terapi Farmakologi
❖ Penggolongan Sediaan Insulin Untuk terapi, ada berbagai jenis sediaan insulin yang tersedia, yang terutama berbeda
dalam hal mula kerja (onset) dan masa kerjanya (duration). Sediaan insulin untuk terapi dapat digolongkan menjadi 4
kelompok, yaitu:
1. Insulin masa kerja singkat (Short-acting/Insulin), disebut juga insulin reguler
2. Insulin masa kerja sedang (Intermediate-acting)
3. Insulin masa kerja sedang dengan mula kerja cepat
4. Insulin masa kerja panjang (Long-acting insulin)

7) Terapi Kombinasi
Kombinasi obat antihiperglikemia oral dan insulin yang banyak dipergunakan adalah kombinasi obat
antihiperglikemia oral dan insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang), yang diberikan pada malam
hari menjelang tidur. Pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat mencapai kendali glukosa darah yang baik
dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal insulin kerja menengah adalah 6-10 unit yang diberikan sekitar jam
22.00, kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar glukosa darah puasa keesokan harinya. Pada
keadaaan dimana kadar glukosa darah sepanjang hari masih tidak terkendali meskipun sudah mendapat insulin basal,
maka perlu diberikan terapi kombinasi insulin basal dan prandial, serta pemberian obat antihiperglikemia oral
dihentikan.
Refrensi

You might also like