You are on page 1of 27

HUKUM WAKAF

(Berhenti)
A. Pengertian wakaf:
Dari Bahasa; ialah berhenti atau menahan
Dari segi istilah tajwid ialah menghentikan bacaan
sejenak dengan memutuskan suara di akhir perkataan untuk
bernafas dg niat ingin menyambung kembali bacaan

B. Hukum Wakaf
Wakaf hukumnya Jaiz (dibolehkan)selama
tidak ada sebab yg melarang atau
mewajibkan
Imam Ibnul Jazari Berkata:

‫ب‬ ‫ب‬‫س‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ر‬‫ي‬ ‫غ‬ ‫ام‬‫ر‬‫ح‬ ‫ال‬‫و‬ ، ِ
‫ف‬ ‫ق‬ ‫و‬ ‫ن‬ ِ
‫م‬ ِ
‫آن‬‫ر‬ ِ
َ
َ َ َ ُ َ َ َْ ٌ َ َ َ َ ْ َ ْ ُْ ‫س ف‬
‫ق‬ْ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ي‬
ْ
َ َ ‫ل‬
َ‫و‬
“ tidak ada dalam al-Qur’an Waqaf yg wajib atau
yang haram tanpa adanya sebab.”
Maksudnya tidak ada dalam al-Qur’an waqaf wajib sehingga
qari berdosa apaila meninggalkannya atau waqaf haram yg
membuat pelakunya berdosa.
Hukum wajib dan haram kembali kpd hasil atau pengaruh yg
ditimbulkan dr waqaf. Jadi jika mewashalkan bacaan akan
mengubah makna wajib waqaf. Begitu juga sebaliknya, jika
mewaqafkan bacaannya akan merubah makna maka wajib
washal.
C. Jenis Waqaf

Secara Umum Waqaf Terbagi Menjadi 4 Jenis


1. Waqaf Ikhtibari (‫ر ُّي‬ ْ )
ِ ‫ ِاْل ْختِبَا‬++‫ل َو ْق ُفا‬++‫ا‬
2. Waqaf Idhthirari (‫ر ُّي‬ ِ ‫ ِط َرا‬+ ‫ض‬ ْ )
ْ ‫ ِاْل‬++‫ ُفا‬++‫ل َو ْق‬++‫ا‬
3. Waqaf Intizhari (‫ر ُّي‬ ْ )
ِ ‫تِظَا‬+ ‫ ِاْل ْن‬++‫ ُفا‬++‫ل َو ْق‬++‫ا‬
ْ )
ِ ‫ ِاْل ْختِيَا‬++‫ ُفا‬++‫ل َو ْق‬++‫ا‬
4. Waqaf ikhtiyari(‫ر ُّي‬
1. Waqaf Ikhtibari
Yaitu berhentinya qari pada kata yg bukan
tempat berhenti. Waqaf ini biasanya terjadi pada
saat pengujian atau pembelajaran dg maksud
menjelaskan suatu lafazh yg diwaqafkan. Hal ini
hukumnya boleh
2. Waqaf Idhthirari
Yaitu berhentinya qari secara terpaksa pada
pertengahan qiraah karena tdk sengaja,
mendapati penghalang seperti bersin, kehabisan
napas, mengalami keletihan atau lemah, lupa,
batuk, menjawab salam dan sebab-sebab lain yg
memaksa qari untuk berhenti. Hukum bacaan ini
3. Waqaf Intizhari
Yaitu berhentinya qari pada ayat yg belum sempurna yg
dilakukan khusus dalam proses belajar mengajar al-Qur’an,
hal ini dilakukan pembaca al-Qur’an yang sedang
mempelajari qiraah. Dalam rangka untuk menguasai cara
mmbacanya. Hukumnya boleh.
4. Waqaf Ikhtiyari
Yaitu berhentinya qari dengan sengaja tanpa sebab-
sebab di atas. Dinamakan ikhtiyari karena waqaf ini
terjadi karena murni kesengajaan dan keinginan
pembaca al-Qur’an bersifat pilihan sendiri. Hukum
waqaf ini boleh, kecuali dapat menyamarkan makna yg
dimaksud, maka wajib washal.
Waqaf Ikhtiyari ada 4 jenis

1. Waqaf at-Taam ( ‫فتَّا م‬


‫) ُّ ا َلْو قْ ُ ا‬
2. Waqaf al-Kafi(‫ْكا فِ ْي‬
َ‫) ا لَْوقُْفاَ ل‬
3. Waqaf al-Hasan (‫سُن‬ َ ‫ْح‬
َ ‫) ا لَْوقْ ُفا ل‬
4. Waqaf al-Qabiih( ‫) ا لَْوقْ ُفاَ ْلَقبِْي ُح‬
1. 0‫ام‬00‫( ت‬at-Taamm) waqaf pada ayat yg sudah
sempurna yaitu mewaqafkan atau
memberhentikan pada suatu bacaan yg dibaca
secara sempurna, tdk memutuskan di tengah-
tengah ayat atau bacaan, dan tidak
mempengaruhi arti dan makna dr bacaan atau
ayat yg sebelumnya maupun yg sesudahnya. Oleh
karena itu sebaiknya seorang pembaca setelah
berhenti langsung memulai dg ayat berikutnya.
hal ini sering terjadi ketika waqaf ini berada di
ujung ayat atau pada akhir sebuah cerita.
Waqaf at-Taamm ada 2
1. Waqaf taamm lazim
2. Waqaf taamm mutlaq

1. waqaf taam lazim yaitu wajib berhenti pd waqaf ini


sebelum memulai bacaan pd lafazh setelahnya. Karena
jika diwashalkan akan merusak makna lafazh
setelahnya.
tanda waqaf ini ialah huruf mim kecil ( ‫ ) م‬yg berada di
atas kalimat atau yg lazim diwaqafkan. Letak waqaf
lazim di akhir ayat, pertengahan ayat, dan akhir kisah
atau cerita. Hukum waqaf taamm lazim harus berhenti
total, baru melanjutkan bacaan dari lafazh setelahnya.
‫ء‬

Contoh
a. Pada surat Ali ‘Imran:181

 

   
  
 
‫َما‬
Seorang qari wajib waqaf pada lafazh(‫ ) آ ْغنِيَآ ُء‬karena apabila diwashalkan akan
bermakna fasid (rusak)
( ُ+‫نَ ْكت‬+ ‫)س‬akan
Sebab lafazh setelahnya, yaitu ‫ب‬ َ dianggap bagian perkataan kaum Yahudi.
b. Pada surat Yasin : 76
    
    
Seorang qari wajib waqaf pd lafazh (‫ ) َق ْوهُلُ ْم‬sebab apabila diwashalkan akan bermakna
fasid, sebab kalimat setelahnya (‫)اِنَّا َن ْعلَ ُم َما يُ ِسُّرْوَن َو َما ُي ْعلُِنْوَن‬
Akan dianggap bagian perkataan kaum kafir padahal tidak demikian.
c. Pada Surat Al-An’âm :36

 
 
 

  
Seorang qari wajib waqaf pada lafazh (‫ )يَ ْس َمعُ ْوَن‬karena apabila
diwashalkan akan bermakna fasid.
Sebab kalimat setelahnya
2. Waqaf Tam Mutlaq, sama seperti waqaf tam lazim, hanya saja
boleh washal dengan lafazh setelahnya selama tidak
mengubah makna yg diinginkan oleh Allah.
Tanda waqaf tam Mutlaq ialah (‫ )ق ل‬pada lafazh yg
seharusnya diwaqafkan.
Contoh penjelasan pada:
1. Surat Hud ayat 49

 
 

Lafazh (‫ْمتّ ِق َين‬‫ل‬ ِ‫ )ل‬termasuk waqaf tam mutlaq, karena ia


ُ
sebagai akhir ayat dan penghujung penjabaran kisah
nabi Nuh. Adapun lafazh setelahnya tidak terkait baik
dari sisi lafazh maupun makna, sebab ia adalah
permulaan kisah nabi Hud. Waqaf mutlaq ada pada
akhir ayat.
2. Pada surah Al-Ahzab ayat 39.

   


 , +++‫ هلل‬ 

 
 
Waqaf pada lafazhَ‫ ( ) اِ َّاال هلل‬merupakan pertanda akhir pujian terhadap
para nabi dan rasul Allah jadikan sebagai Qudwah (panutan dan
contoh kebaikan). Adapun lafazh setelahnya yaitu ) 
( berfungsi, sebagai penutup, sedangkan
waqaf mutlaq ada pada sebelum akhir ayat.
3. Pada surah Al-Furqân ayat: 29

   
Waqaf pada lafazh ‫آءنِ (ى‬‫ج‬ ‫ذ‬
ْ ِ‫ )ا‬adalah akhir dari hikayat
َ َ
Allah tentang perkataan orang-orang zhalim. Lafazh
setelahnya yaitu ( ‫ان لِ اْلِ نْ َسِن َخ ُذْو ًال‬ َّ ‫)و َك ا َن اا‬
ُ َ‫لش ْيط‬ َ Waqaf tam
mutlaq berada pada tengah ayat.

2. Waqaf Kafi ( )‫ْكا فِ ْي‬


َ‫ْكا ( ا لَْوقْ ُفاَ ل‬
َ‫ا لَْوقُْفاَ ل‬
Adalah Waqaf yang cukup sempurna , menurut istilah adalah
waqaf pada kata qur’aniyah yang antara ia dan kata
setelahnya memiliki hubungan (keterkaitan) dari sisi makna,
bukan dari sisi lafazh. Tanda waqaf kafi ialah huruf ( ‫) ج‬
artinya jaiz (boleh) tapi washal lebih baik atau afdhal.
Letak waqaf Kafi ada pada akhir ayat, juga tengah ayat.
Hukum waqaf Kafi ialah hasan (bagus dan baik), sehingga hendaklah
waqaf padanya dan memulai kembali bacaan dari lafazh setelahnya.
Sama seperti pada waqaf tam, hanya saja di sini tidak lebih ditekankan
untuk waqaf.
Contoh penjelasan waqaf Kafi ini terdapat pada
Surah al-Baqarah ayat 6 dan 8
Surah Al-Maidah ayat 96

3. Waqaf Hasan (‫سُن‬


َ ‫ْح‬
َ ‫ا لَْوقْ ُفا ل‬ )
Waqaf Hasan ialah berhenti yg baik atau bagus, menurut istilah
adalah waqaf pada qur’aniyah yang ia dan kata setelahnya
memiliki hubungan (keterkaitan) baik dari sisi lafazh maupun
makna bahkan waqaf padanya memberikan makna yg
sempurna
Tanda waqaf hasan dilihat dari hukum bacaanya, jika bagus
untuk memulai dg lafazh setelahnya maka ia ditandai dengan
( ‫) ﺻﻠﮯ‬. Jika tdk bagus (buruk) untuk memulai bacaan dengan
lafazh setelahnya maka tidak perlu ditandai dg apapun.
Hukum waqaf hasan adalah baik atau bagus.
Kesimpulan
Tanda-Tanda Waqaf

1. Tanda mim ( ‫ ) مـ‬disebut juga dgn Waqaf Lazim. yaitu berhenti di


akhir kalimat sempurna. Wakaf Lazim disebut juga Wakaf Taamm
(sempurna) karena wakaf terjadi setelah kalimat sempurna dan
tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. Tanda mim ( ‫) م‬,
memiliki kemiripan dgn tanda tajwid iqlab, namun sangat jauh
berbeda dgn fungsi dan maksudnya;
2. tanda tho ( ‫ ) ﻁ‬adalah tanda Waqaf Mutlaq dan haruslah berhenti.
3.tanda jim ( ‫ ) ﺝ‬adalah Waqaf Jaiz. Lebih baik berhenti seketika di
sini walaupun di perbolehkan juga utk tidak berhenti.
4. tanda zha ( ‫ ) ﻇ‬mempunyai makna lebih baik tidak berhenti
5. tanda sad ( ‫ ) ﺹ‬disebut juga dgn Waqaf Murakhkhas,
menunjukkan bahwa lebih baik untuk tdk berhenti namun di
perbolehkan berhenti saat darurat tanpa merubah maknanya.
Perbedaan antara hukum tanda zha dan sad adalah pada fungsinya,
dlm kata lain lebih di perbolehkan berhenti pada waqaf sad
6. tanda sad-lam-ya’ ( ‫ ) ﺻﻠﮯ‬merupakan singkatan dari “Al-washl
Awlaa” yg mempunyai arti “wasal atau meneruskan bacaan adalah
lebih baik”, oleh karena itu meneruskan bacaan tanpa
mewaqafkannya adalah lebih baik;
7. tanda qaf ( ‫ ) ﻕ‬merupakan singkatan dari “Qiila alayhil waqf” yg
mempunyai makna “telah di nyatakan boleh berhenti pada wakaf
sebelumnya”, oleh karena itu lebih baik meneruskan bacaan
walaupun boleh diwaqafkan
8.tanda sad-lam ( ‫ ) ﺼﻞ‬merupakan singkatan dari “Qad yuushalu”
yg mempunyai makna “kadang kala boleh diwasalkan”, oleh
karena itu lebih baik berhenti walaupun kadang kala boleh
diwasalkan
9. tanda Qif ( ‫ ) ﻗﻴﻒ‬mempunyai maksud berhenti! yaitu lebih
diutamakan untuk berhenti. Tanda tersebut biasanya muncul pada
kalimat yg biasanya si pembaca akan meneruskannya tanpa
berhenti
10. tanda sin ( ‫ ) س‬atau tanda Saktah ( ‫ ) ﺳﮑﺘﻪ‬menandakan berhenti
seketika tanpa mengambil napas. Dgn kata lain, si pembaca
haruslah berhenti seketika tanpa mengambil napas baru untuk
meneruskan bacaan
11. tanda Waqfah ( ‫ ) ﻭﻗﻔﻪ‬mempunyai maksud sama seperti waqaf
saktah ( ‫) ﺳﮑﺘﻪ‬, namun harus berhenti lebih lama tanpa mengambil
napas
12. tanda Laa ( ‫ ) ﻻ‬mempunyai maksud “Jangan berhenti!”.
Tanda ini muncul kadang-kadang pada akhir maupun
pertengahan ayat. Apabila tanda laa ( ‫ ) ﻻ‬muncul di pertengahan
ayat, maka tidak di benarkan utk berhenti dan jika berada di
akhir ayat, si pembaca tersebut boleh berhenti atau tidak
13. tanda kaf ( ‫ ) ﻙ‬merupakan singkatan dari “Kadzaalik” yg
mempunyai arti “serupa”. Dgn kata lain, arti dari waqaf ini
serupa dgn waqaf yg sebelumnya muncul.
14. tanda bertitik tiga ( … …) yg disebut sebagai Waqaf
Muraqabah atau Waqaf Ta’anuq (Terikat). Waqaf ini akan
muncul sebanyak dua kali di mana-mana saja dan cara
membacanya adalah harus berhenti di salah satu tanda tersebut.
Jika sudah berhenti pada tanda pertama, tidak perlu berhenti
pada tanda kedua dan sebaliknya.
IBTIDA
1. Definisi:
Menurut Bahasa; Ibtida ( ‫ ْالْبتِ ِدا ِء‬0 َ‫)ا‬bearti memulai. Adapun
menurut istilah adalah
Memulai qira’ah setelah qatha atau waqaf
Qatha adalah berhenti dari mebaca al-Qur’an dengan
menyudahinya
2. Keberadaan
Apabila ibtida setelah qatha, maka dimulai dg membaca
ist’azah kemudian basmalah jika ia dimulai darinawal
surah. Sedangkan jika dimulai dari tengah surah, seorang
qari boleh memilih antara mebaca basmalah atau tidak
setelah beristi’azah.
Apabila ibtida setelah waqaf, maka tdk membaca isti’azah
begitu juga basmalah. Karena seorang qari masih diangaap
terus dlm qiraahnya, bukan berhenti atau berpaling darinya,
melainkan beristirahat sejenak dan melanjutkan lagi bacaannya.
3. Jenis
Para ulama qiraah membagi jenis ibtida menjadi 2, yaitu ibtida
ikhtiyari dan ikhtida ikhtibari.
Ibtida ikhtiyari dibagi 2, yaitu , ibtida hakiki dan ibtida idhafi,
Ibtida idhafi dibagi 4
1. Ibtida Tam
2. Ibtida Kafi
3. Ibtida hasan
4. Ibtida qabib
Ibtida Idhafi ada 4
1. Ibtida idhafi 0‫لتِّام‬00‫البتِ َدا ُءا‬0
ْ ِ 0‫ )) ا‬Tam
adalah memulai qiraah pada lafaz qur’aniyah yg antara ia dan
lapaz sebelumnaya tdk memiliki ubungan ( keterkaitan ) baik
dari sisi lapaz maupun makna.
Misalnya seorang qari memulai bacaan al-Qur’an ( Ibtida ) dg
lapaz
‫ ) ) اِنَّ الّ ِذ ْي َن َكفَ ُر ْوا‬pada surah Al-Bqarah ayat 6 setelah waqaf pada
lapaz sebelumnya ‫ون‬ َ ‫ ) ) َواُاَل ِءكَ هُ ُم الَ ُم ْفلِ ُح‬Yaitu surah Al-Baqarah
ayat 5
2. Ibtida Idhafi Kafi
Ibtidha Kafi ‫ي‬000‫ل َكا ِف‬00‫ا‬ ْ ‫البتِ َدا ُء‬0
ْ ْ 0‫ )) ا‬adalah
“Memulai qira’ah pada lafazh qur’aniyah yg antatra ia dan
sebelumnya memiliki hubungan ( keterkaitan )dari sisi makna,
bukan dari sisi lafazh”.
Misalnya seorang qari memulai memulai bacaan al-al-
qur’an ( Ibtida ) dengan lafazh 0‫ ِه ْم‬00‫لُ ْو ِب‬00‫ َع َل ُق‬000‫هلل‬ ُ ‫ ا‬0‫تَ َم‬0‫ )) َج‬pada
surah al-Baqarah ayat 7 setelah waqaf pada lafazh
sebelumnya. (َ0‫ ال‬0‫ ْن ِذ ْر ُه ْم‬00‫ ُت‬0‫ ْم‬0َ‫ ل‬0‫ َأ ْم‬0‫ ُه ْم‬00‫َ ْن َز ْر َت‬0‫َءا‬
‫ ) يُ ْو ْء ِمنُ ْو َن‬yaitu surah Al- Baqarah ayat 6.

3. Ibtida Idhafi Hasan


Ibtida Hasan adalah” memulai qiraah pada lafazh
qur’aniyah yg antara dua lafazh sebelumnya memiliki
hubungan ( keterkaitan) baik dari sisi lafazh maupun
makna, tetapi bacaan ini tdk dibenarkan kecuali pada akhir
ayat.
Miasalnya seseorang qari memulai bacaan al-Qur’an
(ibtida ) dg lafazh ‫َّل ِيل‬00‫ ِا‬00‫ )) َو ِب‬pada surah Ash-Shaffat ayat
138 setelah wakaf Pada lafazh sebelumnya (‫ون‬ َ ‫تَ ُم ُّر‬0َ‫ ل‬0‫نَّ ُك ْم‬0ِ‫َوا‬
ْ ‫ ُم‬0‫)علَ ْي ِه ْم‬
‫صبِ ِح ْي َن‬ َ surat As-Shaffat ayat 137

4. Ibtida Idhafi Qabih;


adalah : “memulai qiraah pada lafazh Qur’aniya yg
antara dan lafazh sebelumnya memiliki hubungan
(keterkaitan) baik dari lafazh maupun makna selain
pada akhir ayat.”
Ibtida pada kalimat yg bermakna tdk sempurna
disebabkan keterkaitan dg bentuk sebelumnya dari
sisi lafazh dan makna selain pada akhir-akhir ayat
Keburukan ibtida bertingkat-tingkat, dari qabi (buruk )
kepada aqbah (lebih buruk), higga asyaddu qabhan (yg
sangat buruk, lebih buruk dari pada keduanya.
Misalnya seorang qari memulai bacaan al-Qur’aniyah
(ibtida) dengan lafazh 0‫))م ْن َّر ِب ِه ْم‬
ِّ pada surah Al-Baqrah
ayat 5 setelah waqaf pada lafazh sebelumnya‫ى‬0‫ )) ًه ًدا‬ayat
yg dimaksud adalah:

‫ٱ‬
َ ‫ه ۬ ًُدى ِ ّمن َّرهِّب ِ ۡ ۖ‌م َوُأ ْولَ ٰـٓٮ َك مُه ُ لۡ ُم ۡف ِل ُح‬
‫ون‬ ‫ُأ ْولَ ٰـٓٮ َك عَ ٰىَل‬
ِٕ ِٕ
‫‪Contoh‬‬
‫)‪Ibtida qabih (buruk‬‬ ‫‪Ayat yang‬‬
‫‪diwaqafkan‬‬
‫‪  ‬ٱهَّلل ُ َو َرسُولُهُ ۤ‪ ‬ۥ ِإاَّل ُغرُو ۬ ًرا ‪١٢‬‬ ‫ين فِى قُلُوبہم َّم َر ۬‬
‫ضٌ َّما َو َع َدنَا ٱهَّلل ُ‬ ‫ون َوٱلَّ ِذ َ‬ ‫َوِإ ۡذ يَقُو ُل ۡٱل ُمنَ ٰـفِقُ َ‬
‫ِِ‬
‫‪QS. Al-Ahzab 33/12‬‬
‫ِإ َّن ٱهَّلل َ فَقِي ۬ ٌر َونَ ۡح ُن َأ ۡغنِيَٓا ُۘ‌ءو‪ ‬‬ ‫ين قَالُ ٓو ْا‬
‫‪ ‬لَّقَ ۡد َس ِم َع ٱهَّلل ُ قَ ۡو َل ٱلَّ ِذ َ‬
‫‪Qs. Ali-Imran 3/181‬‬

‫)‪Ibtida Aqbah (lebih buruk‬‬ ‫‪Ayat yang‬‬


‫‪diwaqafkan‬‬
‫يَ ُد ٱهَّلل ِ َم ۡغلُولَ ۚ‌ةٌ‬ ‫ت ۡٱليَہُو ُد‬
‫وَقَالَ ِ‬
‫‪QS. Al-Maidah 5/64‬‬
‫َّ هَّلل َ ُ َ َ َ ۬ۘ‬ ‫ين قَالُ ٓو ْا‬
‫ڪفَ َر ٱ‪+‬لَّ ِذ َ‬
‫لَّقَ ۡد َ‬
‫ِإن ٱ َ ثالِث ثل ٰـث ٍ‌ة‬
‫‪QS. Al-Maaidah5/73‬‬
‫‪ِ ‬إ َّن ٱهَّلل َ هُ َو ۡٱل َم ِسي ُح ۡٱب ُن َم ۡريَ َۖ‌م‬ ‫ين قَالُ ٓو ْا‬
‫ڪفَ َر ٱ‪+‬لَّ ِذ َ‬
‫لَقَ ۡد َ‬
‫‪QS. Al-Maaidah 5/72‬‬
‫‪ ‬ما َو َع َدنَا ٱ‪++‬هَّلل ُ َو َرسُولُ ُه ۤ‪ ‬ۥِإ اَّل ُغ‪+‬رُو ۬ ًرا)‪(١٢‬‬ ‫ين فِى قُلُوبہم َّم َر ۬‬
‫ضٌ َّما َو َع َدنَا ٱهّلل ُ‬ ‫َوِإ ۡذ يَقُو ُل ۡٱل ُمنَ ٰـفِقُ َ‬
‫ون َوٱلَّ ِذ َ‬
‫َّ‬ ‫ِِ‬
‫‪QS. Al-Ahzab 33/12‬‬
Nashrullah Wafathunqariib

TERIMA KASIH

You might also like