You are on page 1of 66

DASAR HUKUM PAJAK BUMI DAN

BANGUNAN
a. UU No 12 Tahun 1985 tentang PBB
b. PP No 46 Tahun 1985 tentang persentase NJKP pada PBB
c. Kep. Menkeu No. 1002/KMK.04/1985 tentang Tata Cara Pendaftaran
Objek Pajak PBB
d. Kep. Menkeu No. 1003/KMK.04/1985 tentang Penuntun Klasifikasi dan
Besarnya NJOP sebagai dasar pengenaan PBB
e. Kep. Menkeu No. 1006/KMK.04/1985 tentang Tata Cara Penagihan PBB
dan penunjukkan pejabat yang berwenang mengeluarkan Surat Paksa
f. Kep. Menkeu No. 1007/KMK.04/1985 tentang Pelimpahan Wewenang
Penagihan PBB kepada Gubernur Kepala Daerah TK I dan/atau Bupati/
Walikota Madya Kep. Daerah TK II
g. Kep. Gubernur KDKI Jakarta No. 816 Tahun 1989 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemungutan PBB di Wilayah DKI Jakarta
h. UU No. 12 Tahun 1994
i. UU PDRD No. 28 Tahun 2009
j. Peraturan Daerah No.16 Tahun 2011
PBB 1
PENGERTIAN PBB

PBB dapat didefinisikan sebagai “pajak negara yang dikenakan terhadap


bumi dan/atau bangunan berdasarkan UU No. 12 Tahun 1985 tentang
PBB sebagaimana telah diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994” dan
 UU No.28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

 PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak
terhutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan/atau
bangunan, keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut
menentukan besarnya pajak

PBB 2
OBJEK PBB

Objek PBB adalah Bumi dan/atau Bangunan

BUMI : Permukaan bumi dan tubuh bumi yang


ada dibawahnya

Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan


pedalaman serta laut wilayah Indonesia.
Contoh : sawah, ladang, kebun, tanah,
perkarangan, tambang, dll

BANGUNAN : Konstruksi teknik yang ditanam


atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau
perairan

PBB 3
Jalan Fasilitas
Lingk. Lain

JaLan Kilang,
Tol Pipa

BANGUNAN
Kolam Gal.Kapal,
Renang Dermaga

Tempat
Pagar Taman Olahraga
Mewah
Mewah
OBJEK PBB YANG DIKECUALIKAN

1. Digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan


pemerintahan
2. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dibidang
ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak
dimaksudkan memperoleh keuntungan.
3. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis dengan
itu seperti musium
4. merupakan cagar budaya yang tidak dimanfaatkan sebagai tempat
hunian/tempat tinggal, dan kegiatan usaha atau sejenisnya,tidak
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan
5. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional,
tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang
belum dibebani suatu hak
6. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas
perlakuan timbal balik
7. Digunakan oleh badan/perwakilan organisasi internasional yang ditentukan
oleh
PBB Menkeu 5
PBB SEBAGAI PAJAK PUSAT
Berdasarkan UU PDRD th 2009, PBB yang
masih menjadi kewenangan Pemerintah
Pusat yaitu :
1.PBB sektor Perkebunan

2.PBB sektor Perhutanan

3.PBB sektor Pertambangan

PBB 6
PBB SEBAGAI PAJAK DAERAH
 Objek PBB pedesaan dan perkotaan
adalah Bumi dan /atau bangunan yang
dimiliki , dikuasai, dimanfaatkan oleh
Orang Pribadi atau Badan, kecuali
kawasan yang digunakan untuk
kegiatan usaha perkebunan,
perhutanan dan pertambangan

PBB 7
SUBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

ORANG ATAU BADAN

Memperoleh Memperoleh
manfaat manfaat
atas bangunan atas bumi

Memiliki, Mempunyai
menguasai suatu hak
bangunan atas bumi

Pasal 4 ayat (2)

Dikenakan
SUBJEK kewajiban WAJIB
PAJAK membayar PAJAK
pajak
DASAR PENGENAAN PAJAK

Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak


(NJOP)

NJOP ditetapkan setiap 3 tahun oleh Menkeu, kecuali untuk


daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai
perkembangan daerahnya, dengan memperhatikan :

1. Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli


yang terjadi secara wajar
2. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang
letaknya berdekatan dan telah diketahui harga jualnya
3. Nilai perolehan baru
4. Penentuan Nilai Jual Objek Pengganti

PBB 9
DASAR PENGHITUNGAN
Pasal 6 ayat (3) dan (4)

NILAI JUAL KENA PAJAK

SERENDAH-RENDAHNYA 20 %
DAN
SETINGGI-TINGGINYA 100 %

PERSENTASE NJKP
DITETAPKAN DENGAN
PERATURAN PEMERINTAH
PENETAPAN BESARNYA
NILAI JUAL KENA PAJAK
(PP No. 25 TAHUN 2002)

NILAI JUAL KENA PAJAK

1. OBJEK PAJAK PERKEBUNAN,


KEHUTANAN, DAN PERTAMBANGAN;
NILAI JUAL OBJEK PAJAK
2. OBJEK PAJAK LAINNYA BILA NJOP Rp. 1 KURANG DARI Rp. 1 MILYAR
MILYAR ATAU LEBIH

40% X NJOP 20% X NJOP


NILAI JUAL OBJEK PAJAK TIDAK KENA PAJAK
(NJOPTKP)

NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang


tidak kena pajak

Besarnya NJOPTKP dengan ketentuan sbb:


1. Setiap WP memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak satu
kali dalam satu tahun pajak
2. Apabila WP mempunyai beberapa objek pajak, maka yang
mendapatkan pengurangan NJOPTKP hanya satu objek pajak
yang nilainya terbesar dan tidak bisa digabungkan dengan
objek pajak lainnya

 NJOPTKP untuk DKI mulai tahun 2010 Rp 15.000.000


(berdasarkan masing-masing perdati II)
 Mulai tahun pajak 2012 , setiap Pemda boleh menetapkan
NJOPTKP dengan nilai maximal Rp 24.000.000 dan minimal Rp
10.000.000
PBB 16
SAAT TERUTANGNYA SERTA TEMPAT
YANG MENENTUKAN PAJAK TERUTANG

1. Tahun pajak adalah jangka waktu satu tahun


takwin
2. Saat yang menentukan pajak yang terhutang
adalah menurut keadaan objek pajak pada
tanggal 1 Januari

PBB 17
FORMULIR
 SPOP = Surat Pemberitahuan Objek Pajak
 SPPT = Surat Pemberitahuan Pajak Terutang

 SKP = Surat Ketetapan Pajak

SKP dikeluarkan apabila :


1. SPOP tidak disampaikan dan telah ditegur secara
tertulis
2. Berdasarkan pemeriksaan / keteranga lain, jumlah

pajak lebih besar daripada hitungan SPOP yg


disampaikan WP

PBB 18
 SPPT
SURAT DARI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK TENTANG
BESARNYA PAJAK TERHUTANG KEPADA WAJIB PAJAK

STTS

PENDATAAN
Pasal 9 ayat (1), (2), (3)

WAJIB PAJAK MENGISI SPOP

• JELAS
• BENAR
• LENGKAP
• DITANDATANGANI
PENERBITAN KETETAPAN
Pasal 10

SPOP

tidak disampaikan dalam waktu 30


disampaikan dalam waktu 30 hari
hari

Setelah ditegor secara tertulis SPPT

BERDASARKAN PEMERIKSAAN/ DATA


SKP LAIN SPOP TIDAK BENAR
TATA CARA PEMBAYARAN
DAN PENAGIHAN
Pasal 11, 12, 13, dan 14

DASAR PENAGIHAN

6 bulan SEJAK
SPPT D
I TEMPAT
1 bulan T PEMBAYARAN
SKP E
R
- Bank,
I - Kantor Pos ,
1 bulan M - Tempat lain
STP A yg ditunjuk

MENTERI KEUANGAN DAPAT MELIMPAHKAN


KEWENANGAN PENAGIHAN PAJAK KEPADA :
- GUBERNUR

- BUPATI/WALIKOTA
SANKSI ADMINISTRASI
 WP yg tidak menyampaikan SPOP dan telah ditegur
tertulis dikenakan sanksi administrasi sebesar 25% dari
pokok pajak
 WP yg berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata jumlah
pajak terhutang lebih besar dari laporan SPOP
dikenakan sanksi administrasi 25% dari selisih pajak
terutang
 WP yg tidak atau kurang membayar setelah lewat jatuh
tempo pembayaran dikenakan sanksi 2% per bulan dari
tgl jatuh tempo sampai hari pembayaran, maksimal 24
bulan

PBB 25
KEBERATAN DAN BANDING
Apabila WP keberatan terhadap SPPT dan SKP , WP
dapat mengajukan Surat Keberatan kepada DJP,
masing2 satu surat tersendiri dan untuk setiap tahun
pajak. Keberatan diajukan dalam bahasa Indonesia
dengan menyertakan alasan yg jelas. Keberatan harus
diajukan dalam waktu 3 bulan sejak diterimanya SPPT
atau SKP.
WP yg tidak puas terhadap Putusan Keberatan dapat
mengajukan banding ke Pengadilan Pajak.

PBB 26
PENGURANGAN
Pasal 19 dan 20

Menteri Keuangan dalam hal :


PAJAK - Kondisi tertentu Objek pajak yang
TERUTANG ada hubungannya dengan subjek
pajak/sebab -sebab tertentu
lainnya

- Objek pajak terkena bencana alam


atau sebab lain yang luar biasa

DENDA
Dirjen Pajak
ADMINISTRASI atas permintaan WAJIB
PAJAK
karena hal-hal tertentu
PBB SEKTOR PEDESAAN DAN
PERKOTAAN
 Sektor Pedesaan dan perkotaan adalah
pengenaan PBB terhadap semua bumi
dan bangunan yang ada di wilayah
tersebut kecuali atas lahan perkebunan,
pertambangan dan kehutanan.
TARIF PBB PEDESAAN &
PERKOTAAN
 Pasal 80 UU PDRD menetapkan tarif
PBB untuk pedesaan dan perkotaan
paling tinggi adalah 0,3%.

PBB 31
UU PBB VS UU PDRD
N Uraian UU PBB UU PDRD
o
1 Objek Bumi dan Bangunan Bumi dan Bangunan kecuali
digunakan untuk kegiatan
pertambangan kehutanan
dan perkebunan

2 Tarif 0,5% Max 0,3%


3 NJKP 20% dan 40% Tidak ada
4 NJOPTKP Max 24 juta Min 10 juta
5 Penghitungan 0,5% x 20% (NJOP – NJOPTKP ) Max 0,3% ( NJOP – NJOPTKP )
0,5% x 40% ( NJOP – NJOPTKP )

PBB 32
Tarif PBB di Jakarta
Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
ditetapkan sebagai berikut :
1.Tarif 0,01% untuk Nilai Jual Objek Pajak Tanah dan/atau
Bangunan kurang dari Rp.200.000.000,-
2.Tarif 0,1% untuk Nilai Jual Objek Pajak Tanah dan/atau

Bangunan Rp.200.000.000,- sampai dengan kurang dari


Rp.2.000.000.000.
3.Tarif 0,2% untuk Nilai Jual Objek Pajak Tanah dan/atau

Bangunan Rp.2.000.000.000.- sampai dengan kurang dari


Rp.10.000.000.000.-
4.Tarif 0,3% untuk Nilai Jual Objek Pajak Tanah dan/atau
Bangunan lebih dari Rp.10.000.000.000,-

PBB 33
CONTOH PENGHITUNGAN PBB PERUMAHAN

 Tuan Hakim melakukan transaksi sebagai berikut :


a. Pada Tahun 2010 membeli tanah di Jakarta Slipi seluas 500m2

dengan harga Rp 1.000.000,-/m2 ( NJOP kelas 065 Rp


1.032.000/m2 )
b. Membangun rumah bertingkat seluas 400m2 senilai Rp

1.500.000/m2 ( NJOP kelas B 020 Rp 1.516.000/m2 ) selesai


akhir 2010
c. Pada tahun 2011 membeli tanah di Jakarta Kebayoran seluas

300 m2 dengan harga Rp 1.500.000 /m2 ( NJOP kelas A 061 Rp


1.573.000/m2 )
Hitung PBB yang terutang atas Tuan Hakim pada tahun 2012
NJOP TKP ditetapkan Rp 10.000.000,-

PBB 34
JAWABAN SOAL

PBB SLIPI :
1. NJOP Tanah : 500 x 1.032.000 = Rp 516.000.000,-
2. NJOP Bangunan : 400 x 1.516.000 = Rp 606.400.000,-
NJOP Tanah dan Bangunan = Rp 1.122.400.000,-
NJOP TKP = Rp 10.000.000,-
NJKP = Rp 1.112.400.000,-
PBB = 0,5% x 40% x 1.112.400.000,- = Rp 2.224.800,-

PBB Kebayoran
NJOP Tanah 300 x 1.573.000,- = Rp 471.900.000,-
PBB = 0,5% x 20% x 471.900.000,- = Rp 471.900,-

PBB 35
Contoh :
Bapak Adul di blok C perumahan Pulogebang Kirana mempunyai
bangunan 119 m2 diatas tanah 120 m2. NJOP tanah tahun 2015
sebesar Rp 4.155.000/m2. NJOP bangunan tahun 2015 sebesar Rp.
2.625.000/m2. NJOPTKP ditentukan sebesar Rp. 15.000.000
Berapa PBB tahun 2015 yang harus dibayar?

PBB 36
Jawab:

Jumlah NJOP tanah 120 x Rp 4.155.000 = Rp. 498.600.000 (A)


Jumlah NJOP bangunan 119 x Rp 2.625.00 = Rp. 312.375.00 (B)
NJOP dasar pengenaan PBB = A + B = Rp. 810.975.000
NJKP = 20% x (NJOP – NJOPTKP)
= 20% x (Rp. 810.975.000 - Rp.15.000.000) 
= 20% x Rp.795.975.000.-
          = Rp. 159.195.000
PBB yang harus dibayar = 0,5 % x Rp. 159.195.000
= Rp.795.975

PBB 37
Perhitungan PBB atas Rumah Susun / Apartemen

 Contoh : Perumnas mendirikan rumah


Susun dengan data sbb :

 Luas Tanah : 5.000 M2 ; (NJOP = Rp36.000/M2)

Bangunan

- 200 Unit Tipe 21 @ 21m2 = 4.200 m2


- 100 Unit Tipe 36 @ 36m2 = 3.600 m2
- 50 Unit Tipe 48 @ 48m2 = 2.400 m2
-Jumlah Luas Bangunan Hunian = 10.200 m2
-(Kelas B.30 (NJOP = Rp. 264.000/m2)

Bangunan Bersama
- (Tangga, emper DLL) = 1.800 m2

(NJOP = RP 264.000/m2)

- Jumlah Bangunan Hunian & Bersama = 12.000 m2


Bangunan Sarana (Jalan, tempat parkir dll)
- Kelas Luasnya = 2.000 m2

Hitunglah PPB terutang atas bangunan dengan Tipe 36 NJOPTK Rp. 8jt)
 Perhitungan PBB atas Rumah Susun TIPE 36
Jawab :
NJOP tanah = 5.000x36.000 = Rp. 180.000.000,-
NJOP Bangunan
- Hunian = 10.200xRp.264.000 = Rp.2.692.800.000,-
- Bersama = 1.800xRp.264.000 = Rp. 475.200.000,-
- Prasarana= 2.000xRp.264.000 = Rp. 528.000.000,-
- Jumlah NJOP Bangunan = Rp.3.696.000.000,-

- NJOP Tanah=(36 : 10.200)xRp.180.000.000) = Rp. 635.294


- NJOP Bangunan=(36:10.200)xRp.3.696.000.000,- = Rp.13.044.705
- NJOP Tanah dan Bangunan = Rp.13.619.000
- NJOP TKP = (Rp. 8.000.000)
- NJOP Untuk Perhitungan PBB = Rp. 5.079.000
- PBB = 0,5% x 20% x Rp5.079.000 = Rp. 5.079
PBB SEKTOR PERKEBUNAN
 Sektor Perkebunan adalah objek pajak
Pajak Bumi dan Bangunan yang
digunakan untuk pengusahaan tanaman
perkebunan dengan luasan paling
sedikit 2 (dua) hektar, termasuk
emplasemen.
PENGENAAN PBB
PERKEBUNAN
 Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan
Bangunan Sektor Perkebunan adalah hasil
penjumlahan antara perkalian luas areal
perkebunan dengan NJOP bumi per meter
persegi dan perkalian luas bangunan
dengan NJOP bangunan per meter persegi.
 Nilai tanah merupakan penjumlahan nilai
dasar tanah dan SIT.
STANDAR INVESTASI TANAMAN (SIT) PERKEBUNAN
KEP DJP NO.16/PJ.6/1998

Standar Investasi adalah jumlah biaya yang diinvestasikan untuk suatu pembangunan
dan/atau penanaman dan/atau penggalian jenis sumber daya alam atau budidaya
tertentu, yang dihitung berdasarkan komponen tenaga kerja, bahan dan alat, mulai
dari awal pelaksanaan pekerjaan hingga tahap produksi atau menghasilkan

SIT adalah jumlah biaya yang diinvestasikan untuk satu jenis tanaman budidaya
perkebunan per hektar yang dihitung berdasarkan :
- koomponen tenaga kerja;
- bahan dan alat;
mulai dari pengolahan tanah hingga tanaman menghasilkan

Catatan :
Penentuan SIT perkebunan diatur sebagai berikut :
a. Besarnya SIT perkebunan dihitung berdasarkan jumlah biaya yang diinvestasikan
untuk suatu jenis tanaman budidaya perkebunan per hektar dalam satu tahun.
b. Apabila suatu jenis tanaman budidaya perkebunan dalam satu tahun mengalami lebih
dari satu kali periode tanam, maka besarnya SIT perkebunan dalam satu tahun
dihitung sebesar standar investasi untuk sekali periode tanam dikalikan jumlah
periode tanam dalam satu tahun.
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERKEBUNAN
KMK 523/KMK.04/1998 J.O PMK 150/PMK.04/2010

Pasal 3
 Areal kebun :
NJOP = NJOP tanah + Jumlah Investasi Tanaman
Perkebunan sesuai dengan SIT menurut umur tanaman

 Areal emplasemen dan areal lainnya dalam kawasan


perkebunan
NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian
seperlunya

 Objek Pajak berupa bangunan


NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru
setiap jenis bangunan - penyusutan fisik
ISTILAH - ISTILAH
 Areal Produktif adalah suatu areal di dalam wilayah suatu
perkebunan yang telah ditanami dengan monoditas
perkebunan baik telah menghasilkan ataupun belum
menghasilkan.
 Areal Belum Produktif merupakan suatu areeal di dalam
wilayah suatu perkebunan yang terdiri dari arel yang sudah
diolah tetapi belum ditanami dan areal yang belum diolah.
 Areal Emplasemen adalah suatu areal didalam wilayah
suatu perkebunan yang diatasnya terdapat bangunan-
bangunan dan sarana pelengkap lainnya (mess, kantor
dll)
 Areal lainnya terdiri dari areal yang tidak produktif (cadas,
rawa dll) dan areal Jalan untuk kepentingan perusahaan
Contoh soal
 PT.Sawit Seberang, sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit didaerah Sumatera
selatan memiliki/menguasai/mendapat manfaat dari tanah dan bangunan dengan rincian seb
agai berikut :
A. Tanah
 1. Areal kebun :
a. Usia tanaman 2 tahun : 100 Ha, kelas A.178 Lamp I ( Rp1.700,- / M2 )
S I T : Rp2.795.000,- per Ha
b. Tanaman sudah menghasilkan : 300 Ha, kelas A. 178 Lamp I
S I T : Rp5.646.000,- per Ha
 2. Areal emplasemen :
a. Kantor : 0,5 Ha , kelas A. 140 Lamp I ( Rp14.000,- / M2 )
b. Gudang : 1 Ha , kelas A. 147 Lamp I ( Rp10.000,- / M2 )
c. Pabrik : 2 Ha, kelas A. 87
B. Bangunan :
a. Kantor : 500 M2 , kelas B. 72 Lamp I ( Rp700.000,- / M2 )
b. Gudang : 1.000 M2, kelas B. 78 Lamp I ( Rp505.000,- / M2 )
c. Pabrik : 4.000 M2 , kelas B. 84 Lamp I( Rp365.000,- / M2 )
Hitung PBB atas perkebunan tersebut bila NJOPTKP : Rp10 juta
JAWABAN
 A. NJOP Tanah
 1. Areal Kebun :
a. Usia tanaman 2 tahun : 100 x 10.000 x Rp1.700,- = Rp 1.700.000.000,-
100 x Rp2.795.000,- = Rp 279.500.000,-
b. Tanaman sdh menghasilkan : 300 x 10.000 x Rp1.700,- = Rp 5.100.000.000,-
300 x Rp5.646.000,- = Rp 1.693.800.000,-
 2. Areal Emplasemen :
a. Kantor : 0,5 x 10.000 x Rp14.000,- = Rp 70.000.000,-
b. Gudang : 1 x 10.000 x Rp10.000,- = Rp 100.000.000,-
c. Pabrik : 2 x 10.000 x Rp10.000,- = Rp 200.000.000,-

 NJOP Tanah ( 1 + 2 ) = Rp 9.143.300.000,-


JAWABAN

B. NJOP Bangunan :
a. Kantor : 500 x Rp700.000,- = Rp 350.000.000,-
b. Gudang : 1.000 x Rp505.000,- = Rp 505.000.000,-
c. Pabrik : 4.000 x Rp365.000,- = Rp 1.460.000.000,-

NJOP Bangunan = Rp 2.315.000.000,-


 
C. NJOP Tanah dan Bangunan ( A + B ) = Rp 11.458.300.000,-
NJOPTKP = Rp 10.000.000,-
NJOP untuk perhitungan PBB = Rp11.448.300.000,-

PBB : 0,5% x 40% x Rp11.448.300.000,- = Rp 22.896.600,-


PBB SEKTOR PERHUTANAN
Ada 2 macam jenis pengelolaan perhutanan :
1. Sektor Kehutanan yang dikelola berdasarkan Hak Pengusahaan
Hutan Tanaman Industri ( HPHTI )
2. Sektor Kehutanan yang dikelola berdasarkan Hak Pengusahaan
Hutan (HPH), Hak Pemungutan Hasil Hutan (HPHH), Izin Pema
nfaatan Kayu (IPK) dan Izin Sah lainnya selain Hak Pengusaha
an Hutan Tanaman Industri (HPHTI )
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR KEHUTANAN
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998

A. Untuk HPHTI
 Areal hutan :
NJOP = NJOP tanah + jumlah biaya pembangunan
hutan tanaman industri menurut umur tanaman

 Areal emplasemen dan areal lainnya dalam kawasan hutan


tanaman industri
NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian
seperlunya

 Objek Pajak berupa bangunan

NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru


setiap jenis bangunan - penyusutan fisik
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR KEHUTANAN
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998

B. Untuk HPH, HPHH, IPK, serta ijin sah lain selain HPHTI
 Areal produktif :

NJOP = 8,5 x Hasil bersih setahun sebelum tahun pajak


berjalan

 Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya

NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian


seperlunya

 Objek Pajak berupa bangunan


NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru setiap
jenis bangunan - penyusutan fisik
AREAL DALAM SEKTOR KEHUTANAN
 Areal Produktif yang disebut juga Areal Blok Te
bangan yaitu areal hutan dimana kayu-kayu pad
a areal tersebut mempunyai umur ataupun diam
eter yang cukup untuk ditebang dan bernilai eko
nomis. Luas areal ini biasanya dinyatakan didal
am Rencana Karya Tahunan (RKT) yang diterbit
kan oleh Dinas Kehutanan kepada para pengus
aha hutan..
 Areal Belum/Tidak Produktif yang disebut juga Are
al Non Blok Tebangan yaitu areal hutan dimana ka
yu-kayunya belum layak ditebang karena belum cu
kup umur dan tidak ekonomis untuk ditebang.
 Areal Lainnya yaitu areal yang tidak ada tegakanny
a (tidak ada pepohonannya) seperti rawa, payau, w
aduk/danau, atau yang digunakan oleh pihak ketig
a secara tidak sah.
 Log Ponds yaitu areal perairan didalam hutan yang
digunakan untuk tempat penimbunan kayu.
 Log Yards yaitu areal daratan didalam hutan yang
digunakan untuk penimbunan kayu.
PT Warna Lestari usaha perhutanan di Kalimantan
Timur tahun 2012 telah menyampaikan SPOP :

A. Tanah
1. Areal produktif tanah hutan blok tebangan berupa kayu meranti
Luas 200 Ha, kelas 198 ( Rp 200/m2 )
2. Areal belum produktif tanah hutan non blok tebangan Luas 4.000 Ha,
kelas 198 ( Rp 200/m2 )
3. Areal Log
a. Log ponds (tempat penampungan kayu di air) Rp 2,7 per m 2, luas 10
Ha, kelas 523
b. Log yards (penumpukan kayu di darat), luas 5 Ha, kelas 198 ( Rp
200/m2 )

4.  Areal lainnya berupa tanah rawa, luas 100 Ha, kelas 200 ( Rp 140/m 2
)
5. Areal implasemen
a. Pabrik 20.000 m2, kelas 188 ( Rp 670 / m2 )
b. Gudang 2.000 m2, kelas 188 ( Rp 670 / m2 )
c. Kantor 1.000 m2, kelas 188 ( Rp 670 / m2 )
d. Perumahan 10.000 m2, kelas 185 ( Rp 910 / m2 )
 
B. Bangunan :
1. Pabrik 1.000 m2, kelas 088 ( Rp 264.000,00 per m2 )
2. Gudang 500 m2, Rp 264.000,00 per m2
3. Kantor 200 m2, kelas 086 ( Rp 310.000 / m2 )
4. Perumahan 5.000 m2, kelas 086 ( Rp 310.000 / m2 )

Angka kapitalisasi adalah 8,5 sedangkan hasil bersih tahun sebelumnya


ialah sebesar Rp 1.000.000.000,00
NJOPTKP ditetapkan Rp 24.000.000,-

Hitung PBB Terhutang


JAWABAN
A. NJOP Tanah
1. Areal Produktif : 8,5 x Rp 1.000.000.000,- = Rp 8.500.000.000,-
2. Areal Belum Produktif : 40.000.000 x Rp 200,- = Rp 8.000.000.000,-
3. a. Log Ponds : 100.000 x Rp 2,7 = Rp 270.000,-
b. Log Yards : 50.000 x Rp 200,- = Rp 10.000.000,-
4. Areal Lain / Rawa : 1.000.000 x Rp 140,- = Rp 140.000.000,-
5. Areal Emplasmen :
a. Pabrik 20.000 x Rp 670 = Rp 13.400.000,-
b. Gudang 2.000 x Rp 670 = Rp 1.340.000,-
c. Kantor 1.000 x Rp 670 = Rp 670.000,-
d. Perumahan 10.000 x Rp 910 = Rp 9.100.000,-

Total NJOP Tanah = Rp 16.674.780.000,-


JAWABAN
B. NJOP Bangunan
1. Pabrik 1.000 x 264.000,- Rp 264.000.000,-
2. Gudang 500 x 264.000,00 Rp 132.000.000,-
3. Kantor 200 x Rp 310.000 Rp 62.000.000,-
4. Perumahan 5.000 x Rp 310.000,- Rp 1.550.000.000,-
Total NJOP Bangunan Rp 2.008.000.000,-

C. NJOP Tanah dan Bangunan ( A + B ) Rp 18.682.780.000,-


NJOPTKP Rp 24.000.000,-
NJOP untuk perhitungan PBB Rp 18.658.780.000,-

PBB : 0,5% x 40% x Rp18.658.780.000,- Rp 37.317.560,-


PBB SEKTOR PERTAMBANGAN
Ada 4 macam jenis pertambangan :
1. Sektor Pertambangan Minyak Gas dan Bumi
2. Sektor Energi Panas Bumi
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998

Pasal 6
 Areal produktif :

NJOP = 9,5 x Hasil penjualan minyak dan gas bumi


dalam satu tahun sebelum tahun pajak berjalan

 Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya


didalam atau diluar wilayah kuasa pertambangan
NJOP = NJOP tanah sekitar dengan
penyesuaian seperlunya

 Objek Pajak berupa bangunan


NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan
baru setiap jenis bangunan - penyusutan fisik
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN ENERGI PANAS BUMI
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998

Pasal 7
 Areal produktif :
NJOP = 9,5 x Hasil penjualan energi panas
bumi/ listrik dalam satu tahun sebelum tahun
pajak berjalan
 Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya
didalam atau diluar wilayah kuasa pertambangan
NJOP = NJOP tanah sekitar dengan
penyesuaian seperlunya

 Objek Pajak berupa bangunan


NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan
baru setiap jenis bangunan - penyusutan fisik
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS SELAIN PERTAMBANGAN ENERGI PANAS BUMI DAN GALIAN C
( LOGAM DAN BATUAN )
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998

Pasal 8
 Areal produktif :
NJOP = 9,5 x Hasil bersih galian tambang
dalam satu tahun sebelum tahun pajak
berjalan
 Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya
didalam atau diluar wilayah kuasa pertambangan

NJOP = NJOP tanah sekitar dengan


penyesuaian seperlunya
 Objek Pajak berupa bangunan
NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan
baru setiap jenis bangunan - penyusutan fisik
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS GALIAN C ( NON LOGAM NON BATUAN )
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998

Pasal 9
 Areal produktif :
NJOP = Angka kapitalisasi tertentu X hasil bersih galian
tambang dalam setahun sebelum tahun pajak berjalan
 Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya
didalam atau diluar wilayah kuasa pertambangan
NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian
seperlunya
 Objek Pajak berupa bangunan
NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru setiap
jenis bangunan - penyusutan fisik

Catatan : NJOP atas Objek Pajak sektor pertambangan yang dikelola berdasarkan
Kontrak Karya atau Kontrak Kerjasama ditetapkan sesuai dengan yang diatur dalam
kontrak yang berlaku
(Pasal 10)
Contoh soal
PT. Equatorial Mining, sebuah perusahaan tambang minyak bumi di Papua
menguasai/memeperolah menfaat dari bumi dan bangunan sebagi berikut ::

A. Tanah
1. Areal produktif : 400 Ha, kelas A.48 ( Rp 270 )

2. Areal belum Produktif :


a. areal General Survey : 300Ha, kelas A.50 ( Rp 140 )
b. areal Eksplorasi : 100 Ha , kelas A.49 ( Rp 200 )
c. areal non produksi open : 250 Ha , kelas 198 ( Rp 200 )
d. areal non produksi plug and abandone : 100 Ha kelas 198 ( 200 )
e. Areal tidak produktif berupa tanah pengamanan 100 Ha kelas 198 ( Rp
200)
f. Areal penambangangan khusus perairan : 1 Ha kelas A 39 ( Rp 72 )
Contoh soal
3. Areal emplasemen :
a. Pabrik : 20 Ha , kelas 185
b. Gudang : 2 Ha , kelas A.182
c. Kantor : 1 Ha, kelas 154
d. Perumahan : 5 Ha, kelas ( Rp 10.000 )

4. Bangunan :
a. Pabrik : 6 Ha , kelas.084
b. Gudang : 5.000m2, kelas B.81
c. Kantor : 200m2, kelas B.078
d. Perumahan : 1 Ha, kelas B.075
Contoh soal
B. Bangunan :
a. Pabrik : 50.000 M2 , kelas B.86 lamp I
b. Gudang : 5.000 M2, kelas B.86 lamp I
c. Kantor : 2.000 M2 , kelas B.84 lamp I ( Rp365.000,- / M2 )
d. Perumahan : 10.000 M2, kelas B.81 lamp I

C. Hasil berih penjualan bahan galian tambang setahun = Rp. 1 Milyar


angka kapitalisasi = 9,5

Hitung PBB atas perkebunan tersebut bila NJOPTKP : Rp10 juta


jawab
 A. NJOP Tanah
 1. Areal Produktif = 9,5 x Rp. 1.000.000.000 = Rp. 9.500.000.000

 2. Areal belum produktif :


a. General Survey : (5%x500x10.000)xRp.140 =Rp. 35.000.000
b. Eksplorasi thn ke-4: (20%x100x10.000)xRp.200 =Rp. 40.000.000
c. Eksplorasi perpanj ke II : (50%x150x10.000)xRp.200 =Rp. 150.000.000

 3. Areal tidak produktif : 100x10.000xRp.140 =Rp. 140.000.000

 4. Areal Emplasemen :
a. Pabrik : 20x10.000xRp. 1.200 =Rp. 240.000.000
b. Gudang : 20x10.000xRp. 1.200 =Rp. 24.000.000
c. Kantor : 1x10.000xRp. 5.000 =Rp. 50.000.000
d. Perumahan : 5x10.000xRp.10.000 =Rp. 500.000.000
 NJOP BUMI/TANAH =Rp. 10.697.000.000
jawab
 B. NJOP Bangunan
 1. Pabrik : 50.000xRp.310.000 =Rp.
15.500.000.000
 2. Gudang : 5.000xRp.310.000 =Rp.
1.550.000.000
 3. Kantor : 2.000xRp.365.000 =Rp. 730.000.000
 4. Perumahan : 10.000xRp.429.000 =Rp.
4.290.000.000
 NJOP BANGUNAN =Rp. 22.070.000.000
 NJOP BUMI DAN BANGUNAN =Rp. 32.749.000.000
 NJOPTKP Rp. 10.000.000
 NJOP untuk perhitungan PBB =Rp. 32.739.000.000
 PBB = 0.5%x40%xRp. 32.739.000.000 =Rp. 65.478.000

You might also like