You are on page 1of 53

PERADILAN PROFESI

Dr. Adriesti Herdaetha, SpKJ, MH


PENDAHULUAN
• Ilmu Kedokteran adalah ilmu empiris dan bukan ilmu
eksakta. Dalam arti bahwa dalam membuat suatu
kesimpulan deduktif maupun induktif, ilmu
kedokteran membutuhkan pengalaman-pengalaman
yang disusun dengan menggunakan metode
pengumpulan dan pengolahan data secara ilmiah
(evidence based)
Dokter adalah profesi
Profesi adalah suatu pekerjaan yang diawali
melalui proses pendidikan, memiliki organisasi
profesi, kode etik, dan tanggung-jawab terhadap
profesinya
1.Pendidikan / terus menerus
2.Organisasi profesi
3.Kode etik
4.sanksi
• Pasal 1 butir 11 UU No.29/2004 tentang Praktik Kedokteran,
dikatakan profesi kedokteran adalah suatu pekerjaan
kedokteran yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan,
kompetensi yang diperoleh berdasarkan pendidikan yang
berjenjang, dan kode etik yang bersifat melayani
masyarakat.
Bentuk NORMATIF -nya

ETIKA DISIPLIN HUKUM


KODEKI SOP UU
Std yanmed PP
Std profesi Permen dll

Dibuat oleh sarana Dibuat oleh pemerintah


pelayanan kesehatan

Dibuat oleh IDI


ETIKA DISIPLIN HUKUM

Dibuat dan disepakati Dibuat dan disepakati Dibuat oleh pemerintah


oleh organisasi profesi oleh organisasi profesi dan dewan perwakilan
rakyat
Kode etik Standar profesi UU, PP, Kepres, dsb

Diatur, norma perilaku Diatur, norma perilaku Diatur, norma perilaku


pelaksanaan profesi pelaksanaan profesi manusia pada
umumnya
Sanksi, yaitu moral Sanksi, yaitu moral Pidana: Mati/kurungan,
psikologis psikologis, teguran, denda
pencabutan Perdata : ganti rugi
Administrasi :
teguran/pencabutan
ETIKA DISIPLIN HUKUM

Yang mengadili ikatan Yang mengadili badan Pengadilan


organisasi profesi yang dibentuk, yakni Pidana :
terkait, Majelis Majelis Kehormatan laporan/tuntutan
Kehormatan Etik Disiplin Kedokteran Perdata : gugatan ke
Kedokteran (MKEK), (MKDKI) Pusat dan pengadilan
Panitia Pertimbangan Majelis Kehormatan Administrasi : Gugatan
dan Pembinaan Etik Disiplin Kedokteran ke pengadilan
Kedokteran (P3EK) (MKDKI) Propinsi
Mengapa perlu peradilan profesi

• Beda peradilan dan pengadilan!!


Peradilan adalah proses yang dijalankan di pengadilan, yang
berhubungan dengan memeriksa, mengadili, dan memutus perkara.
Pengadilan adalah badan atau instansi resmi yang melaksanakan system
peradilan berupa memeriksa, mengadili, dan memutus perkara.
• Penyelesaian sengketa medis antara dokter dan pasien melalui jalur
hukum menjadi masalah yang dilematis. Pilihan penyelesaian macam
ini, memperoleh reaksi dari kalangan profesi medis
Mengapa perlu peradilan profesi
Lanjutan
• Kalangan medis berpendapat bahwa jika persoalan itu diselesaikan
melalui jalur hukum, maka otonomi profesi medis menjadi terancam
dan bahkan dikatakan dunia hokum terlalu jauh mengintervensi
profesi medis.
• Masyarakat awam menilai lembaga profesi tidak independen dalam
menangani sengketa medik, karena cenderung membela korpsnya.

• Wacana ke depan dibentuk peradilan profesi, yang merupakan


perluasan yuridiksi sebagaimana peradilan niaga dan Hak Asasi
Manusia
Mengapa perlu peradilan profesi
Lanjutan
• Wacana ke depan dibentuk peradilan profesi, yang merupakan perluasan
yuridiksi sebagaimana peradilan niaga dan Hak Asasi Manusia.

• Berupa peradilan ad hoc, sehingga tidak bertentangan dengan UU


Kehakiman, bahwa hanya ada 4 macam peradilan, yakni peradilan
umum, peradilan agama, peradilan tata usaha negara, dan peradilan
militer.

• Hakim anggota memiliki latar belakang medis, sehingga tidak ada lagi
tudingan bahwa hakim pengadilan umum tidak memahami dunia
kedokteram
Gambaran Peradilan Profesi di Negara Lain
Kasus Malpraktek dan Sengketa Medik ditangani oleh Medical Board.
Bentuk sanksi pencabutan registrasi

Tuntutan pasien bisa masuk ranah pidana


PENGADILAN PROFESI PENGADILAN UMUM

Tidak melibatkan aparat hukum Melibatkan aparat hukum

Pembela adalah utusan BHP2A atau unsur Terdakwa/tergugat didampingi pengacara


dari perhimpunan dokter spesialis atau berliseni
utusan perorangan dari IDI yang memahami
masalah etika

Bersifat inkuisitorial khas profesi. Terdiri dari Terdiri dari hakim, jaksa, pengacara dan
Majelis (Ketua dan Anggota Majelis) yang panitera
berprofesi sebagai dokter

Barang bukti tidak harus sesuai standar of Harus sesuai dengan standard of proof
proof

Tahapannya relaif lebih singkat Tahapannya panjang


SAKSI

Saksi adalah seseorang yang dapat memberikan keterangan guna


kepentingan penyidikan, penuntutan, dan peradilan suatu
perkara yang ia dengar sendiri, lihat sendiri, atau alami sendiri.

A. Saksi mata
sesuai dengan definisi di atas
B. Saksi ahli
Didengarkan keterangannya atas dasar keahliannya. Ia tidak
boleh terlibat dalam perkara tersebut.A
TAHAPAN PERADILAN PERDATA
1. UPAYA DAMAI
2. PEMBACAAN GUGATAN/PERMOHONAN
3. JAWABAN TERGUGAT/TERMOHON
4. REPLIK
5. DUPLIK
6. PEMBUKTIAN
7. KESIMPULAN
8. MUSYAWARAH MAJELIS
9. PUTUSAN
TAHAPAN PERADILAN PIDANA
1. PENYELIDIKAN
2. PENYIDIKAN
3. PRA PENUNTUTAN DAN PENUNTUTAN
4. PEMBACAAN DAKWAAN
5. EKSEPSI
6. PEMBUKTIAN
7. PEMBACAAN SURAT TUNTUTAN
8. PLEDOI
9. MUSYAWARAH MAJELIS
10. PUTUSAN
TAHAPAN PERADILAN PROFESI
1. PENGADUAN
2. PENELAAHAN
3. PERSIDANGAN
4. PEMNBUKTIAN
5. PEMBELAAN
6. MUSYAWARAH MAJELIS
7. PUTUSAN
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran
(MKEK)
• Pasal 12 ayat (1) UU No 18 tahun 2002 tentang Ilmu Pengetahuan dan
Tekhnologi (IPTEK) menyatakan bahwa “Untuk menjamin tanggung
jawab dan akuntabilitas profesionalisme, maka organisasi profesi
wajib menentukan standar, persyaratan dan sertifikasi keahlian, serta
kode etik profesi.
• Lahir lebih dulu dari MKDKI
• Persidangan MKEK bertujuan untuk mempertahankan akuntabilitas,
profesionalisme dan keluhuran profesi
Contoh Pelanggaran Etik

Pelanggaran Etika Murni :


1.Menarik imbalan yang tidak wajar dari klien
2.Mengambil alih pasien tanpa persetujuan sejawat
3.Memuji diri sendiri
4.Pelayanan kedokteran yang diskriminatif
5.Bekerja sama dengan perusahaan farmasi atau apotik
6.Tidak pernah mengikuti pendidikan dokter berkesinambungan
7.Dokter mengabaikan kesehatan dirinya sendiri
Pelanggaran Etikolegal
1. Pelayanan kedokteran di bawah standar (malpraktek)
2. Menerbitkan surat keterangan palsu
3. Membocorkan rahasia pekerjaan/jabatan dokter
4. Pelecehan seksual
Yang berhak membuat laporan
1. Langsung oleh pengadu yang mengalami atau menyaksikan
2. Rujukan banding dari MKEK
3. Temuan IDI atau perhimpunan profesi
4. Temuan atau permintaan dari Divisi Pembinaan Etika MKEK
5. Hasil verifiksdi MKDKI atau lembaga disiplin profesi atau lembaga
pembinaan etika
6. Hal-hal lain yang akan ditentukan oleh MKEK pusat sesuai dengan
asas keadilan dan pencapaian tujuan pembinaan etika profesi
Persidangan MKEK
• Persidangan MKEK bersifat inkuisitorial khas profesi, yaitu Majelis
(ketua dan anggota) bersikap aktif melakukan pemeriksaan, tanpa
adanya badan atau perorangan sebagai penuntut.

• Persidangan MKEK secara formal tidak menggunakan sistem


pembuktian sebagaimana lazimnya di dalam hukum acara pidana
ataupun perdata, namun demikian tetap berupaya melakukan
pembuktian mendekati ketentuan-ketentuan pembuktian yang lazim
Dalam melakukan pemeriksaannya, Majelis berwenang memperoleh :
1. Keterangan, baik lisan maupun tertulis, langsung dari pihak-pihak terkait
(pengadu, teradu, pihak lain yang terkait) dan peer-group / para ahli di
bidangnya yang dibutuhkan
2. Dokumen yang terkait, seperti bukti kompetensi dalam bentuk berbagai ijasah/
brevet dan pengalaman, bukti keanggotaan profesi, bukti kewenangan berupa
Surat Ijin Praktek Tenaga Medis, Perijinan rumah sakit tempat kejadian, bukti
hubungan dokter dengan rumah sakit, hospital by laws, SOP dan SPM
setempat, rekam medis, dan surat-surat lain yang berkaitan dengan kasusnya
• Putusan MKEK tidak dapat digunakan sebagai alat bukti di pengadilan.

• Anggota MKEK dapat menjadi saksi ahli di persidangan umum.

• Putusan hakim peradilan umum tidak terikat dengan putusan MKEK.

• Eksekusi putusan dilakukan kepada IDI wilayah, kalo berkaitan


dengan ijin praktek dilakukan oleh Dinas Kesehatan setempat.
Tujuan sangsi
1. Sebagai hukuman bagi orang yang melakukan pelanggaran
2. Sebagai sarana untuk mendidik dan melakukan rehabilitasi
3. Untuk melindungi masyarakat
4. Sebagai panutan untuk anggota lain dalam kelompok yang sama
dan memiliki etika profesi yang sama.
Pemberian sangsi berupa
Kategori 1 Kategori II Kategori III
Membuat refleksi diri secara Rekomendasi pemberhentian Kehilangan hak dan kewajiban
tetulis jabatan melakukan praktik kedokteran
 pencabutan SIP
Mengikuti workshop etika Pemberhentian jabatan di IDI Kehilangan hak dan wewenang
dan larangn menduduki jabatan menjadi pengurus IDI atau
di IDI selama satu periode perhimpunan profeso
kepengurusan
Mengikuti moduk etika di Kerja sosial di institusi STR dan status di KKI
fakultas kedokteran kesehatan selama 6-12 bulan dinonaktiflam
Mengikuti program magang Mengikuti program magang
bersama panutan selama tiga bersama panutan selama 6-12
bulan bulan BERSIFAT SEMENTARA

Kerja sosial di institusi KATEGORI IV : SANGSI KATEGORI III YANG BERSFAT PERMANEN
kesehatan, maksimal 3 bulan
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia (MKDKI)
Pasal 12 ayat (1) UU No 18 tahun 2002 tentang Ilmu Pengetahuan dan
Tekhnologi (IPTEK) menyatakan bahwa “Untuk menjamin tanggung
jawab dan akuntabilitas profesionalisme, maka organisasi profesi wajib
menentukan standar, persyaratan dan sertifikasi keahlian, serta kode
etik profesi.

Pasal 55-70 Undang-Undang No 29/2004 tentang Praktik Kedokteran

Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No 4/2011 tentang Disiplin


Profesi Dokter dan Dokter Gigi
• Anggota MKDKI ditetapkan oleh Menteri Kesehatan berdasarkan
usulan organisasi profesi
• Masa Jabatan 5 tahun, sesudahnya dapat dipilih kembali untuk 1 kali
masa jabatan
• Pimpinan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia dipilih
dan ditetapkan oleh rapat pleno anggota.
PENGADU
AN
• Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas
tindakan dokter/dokter gigi, dalam menjalankan praktik kedokteran,
dapat mengadukan secara tertulis kepada Ketua Majelis.

• Pengaduan sekurang-kurangnya harus memuat :


1. Identitas pengadu
2. Nama dan alamat tempat praktik dokter/dokter gigi dan waktu ‘
tindakan dilakukan.
3. Alasan pengaduan

• Pengaduan tidak menghilangkan hak setiap orang untuk melaporkan


adanya dugaan tindak pidana kepada pihak yang berwenang dan/atau
menggugat kerugian perdata ke pengadilan.
Pemeriksaan
• Majelis memeriksa dan memberikan putusan terhadap pengaduan
yang berkaitan dengan disiplin dokter/dokter gigi.
• Apabila dalam pemeriksaan ditemukan pelanggaran etika, majelis
meneruskan pengaduan ke organisasi profesi
Keputusan
• Keputusan bersifat mengikat dan dapat berupa dinyatakan tidak
bersalah atau pemberian sangsi disiplin.
Sanksi etik dan disiplin

1. Pemberian peringatan tertulis

2. Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat


ijin praktek, sementara (1 tahun) atau selamanya.

3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi


pendidikan, baik formal maupun non formal (magang, 1-3
tahun).
Alur Tata Cara Penanganan Kasus Pelanggaran Disiplin
Kedokteran oleh Majelis Awal

Setiap orang atau kepentingan Penetapan Majelis Pemeriksa Awal


Pengaduan tertulis/lisan
yang dirugikan Pemeriksa Awa;

Menolak karena hal-hal Pelanggaran Etik Pelanggaran Disiplin


tertentu

Pelaksanaan Keputusan

Sekretariat MKDKI/MKDKI P Penetapan Majelis Pemeriksa


Pengadu oleh Ketua MKDKI

Majelis Etik
Alur Tata Cara Penanganan Kasus Pelanggaran Disiplin
Kedokteran oleh Majelis Kehormatan Disiplin
Penetapan majelis
Pemeriksaan Awal pemeriksa o/ketua Pemeriksaan Proses KEPUTUSAN
Pelanggaran Disiplin MKDKI Pembuktian

Bebas/ tidak bersalah Peringatan tertulis Rekomendasi Mengikuti


Pencabutan STR/SIP pendidikan/pelatihan

Pelaksanaan Keputusan

Sekretariat MKDKI/MKDKI P Sekretariat MKDKI/MKDKI P Sekretariat MKDKI/MKDKI P Sekretariat MKDKI/MKDKI P

KKI-STR Dinkes-SIP Kolegium Institusi


Pendidikan
Contoh Pelanggaran Disiplin Dokter
1. Tidak kompeten
2. Tidak merujuk
3. Pendelegasian kepada nakes yang tidak kompeten
4. Pendelegasian wewenang kepada sejawat tanpa pemberitahuan
5. Tidak punya STR/SIP
6. Tidak layak praktek (Terganggu kesehatan fisik dan mental)
7. Kelalaian dalam pengobatan pasien
8. Pemeriksaan dan pengobatan berlebihan
9. Tidak memberikan informasi yang jujur
10. Tidak ada informed consent
11. Tidak membuat/tidak menyimpan rekam medis
12. Penghentian kehamilan tanpa indikasi medis
13. Euthanasia
14. Penerapan pelayanan yang belum diterima kedokteran
15. Penelitian klinis tanpa persetujuan etis
16. Menolak/menghentikan pengobatan tanpa alasan yang sah
17. Membuka rahasia medis tanpa ijin
18. Membuat keterangan medis yang tidak benar
19. Ikut serta dalam tindakan penyiksaan
20. Peresepan obat psikotropika/narkotika tanpa indikasi
21. Pelecehan seksual, intimidasi, kekerasan
22. Penggunaan gelar akademik/sebutan profesi palsu
23. Menerima komisi terhadap perujukan/peresepan
24. Pengiklanan diri yang menyesatkan
25. Ketergantungan NAPZA
26. SIP, STR, Sertifikat kompetensi yang tidak sah
27. Imbalan jasa tidak sesuai tindakan
28. Tidak memberikan informasi saat diminta MKDKI
Perbuatan Dokter yang Masuk Ranah
Hukum Pidana
TINDAKAN REGULASI
Membuat surat palsu Pasal 263 ayat 1 KUHP

Memberikan Pasal 242 ayat 1 KUHP


keterangan/sumpah palsu
Perbuatan asusila Pasal282-289 KUHP
Aborsi Pasal 346-348 KUHP
TINDAKAN REGULASI
Menghilangkan nyawa dengan Pasal 338 KUHP
sengaja
Berbuat alpa Pasal 360 KUHP
Euthanasia Pasal 344 KUHP
Mendorong bunuh diri dengan Pasal 355 KUHP
memberikan sarana
Penganiayaan Pasal 351 KUHP
Perbuatan Dokter yang Masuk
Ranah Hukum Perdata
1. Wanprestasi (Pasal 1239 KUHPerdata)
Wanprestasi dalam pelayanan kesehatan baru terjadi bila telah
terpenuhinya unsur-unsur sebagai berikut : (1) Hubungan antara dokter
dengan pasien terjadi berdasarkan kontrak terapeutik : (2) Dokter telah
memberikan pelayanan kesehatan yang tidak patut yang menyalahi
tujuan kontrak terapeutik ; (3) Pasien menderita kerugian akibat tindakan
dokter yang bersangkutan. Misalnya pertentangan mengenai permberian
persetujuan pada suatu tindakan medik tertentu, dimana pasien
mengatakan tidak pernah memberikan persetujuan, sedangkan dokter
menyatakan sudah mendapatkan persetujuan untuk melakukan tindakan
medik.
2. Pasien merasa dirugikan (Pasal 1365 KUHPerdata)

Harus dapat dibuktikan bahwa (a)) dokter melawan hukum. Sifat


melawan hukum yang timbul disebabkan oleh beberapa kemungkinan
antara lain : dilanggarnya standar profesi kedokteran ; dilanggarnya
standar prosedur operasional: dilanggarnya hukum , misalnya praktik
tanpa STR atau SIP; dilanggarnya kode etik kedokteran ; dilanggarnya
prinsip-prinsip umum kedokteran ; dilanggarnya kesusilaan umum ;
praktik kedokteran tanpa informed consent , terapi tidak sesuai dengan
kebutuhan medis pasien dan terapi tidak sesuai dengan informed
consent dan sebagainya, (b) harus ada kesalahan ,(c) harus ada
kerugian yang ditimbulkan, (d) adanya hubungan kausal antara
perbuatan dan kerugian.
Tindakan Dokter yang Melanggar Hukum Administrasi
TINDAKAN REGULASI

Dokter/dokter gigi tidak memiliki Pasal 29 (1) UU No. 29/2004


Surat Tanda Registrasi yang tentang Praktik Kedokteran
dikeluarkan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia
Dokter/dokter gigi tidak memiliki Pasal 36 UU No. 29/2004 tentang
ijin praktik, yang dikeluarkan oleh Praktik Kedokteran
Dinas Kesehatan
Alasan Pembenar
• Menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan, meskipun
perbuatan itu telah memenuhi rumusan delik dalam undang-undang.

• Termasuk alasan pembenar :


1.Keadaan darurat
2.Pembelaan terpaksa
3.Menjalankan aturan perundang-undangan
4.Perintah jabatan
Alasan pemaaf
Ia dianggap tidak dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya,
walaupun perbuatannya telah terbukti salah.

Yang termasuk dalam alasan pemaaf adalah:


1.Pembelaan darurat yang masuk akal
2.Gila
Disclaimer
- Adakah pelanggaran etik, pelanggaran disiplin, pelanggaran hokum
- Adakalanya pelanggaran etik bertumpang tindih dengan pelanggaran
disiplin, dan pelanggaran hukum
TANGGUNG JAWAB DOKTER BILA TERJADI
PELANGGARAN DALAM BIDANG KESEHATAN
Tanggung jawab dokter

PELANGGARAN DALAM BIDANG KESEHATAN

Etik Hukum
Disiplin

MKEK Pidana Perdata Administrasi


MKDKI Laporan Gugatan Laporan

Tuntutan

P E N G A D I L A N

K E P U T U S A N

Mati/kurungan/ Ganti rugi Pencabutan izin


penjara/denda praktek

You might also like