Professional Documents
Culture Documents
TB Anak
TB Anak
Pembimbing:
dr. Aris Sukandar, Sp.A.
dr. Agung Nugroho
- - - -
Plan
Terapi lanjut
Edukasi
1. Edukasi keluarga tentang penyakit
pasien.
2. Edukasi untuk menambah intake
makanan dan minuman pasien karena
status gizi sangat mempengaruhi
keberhasilan pengobatan pasien.
3. Edukasi pasien dan keluarga bahwa
pengobatan akan memerlukan waktu
yang cukup lama dan perlu kepatuhan
dalam meminum obat.
4. Edukasi bahwa penyakit pasien mudah
menular sehingga pasien perlu
menggunakan masker supaya tidak
menularkan TB kepada orang-orang di
sekitarnya.
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad fungsionam: dubia ad bonam
Follow up
6 Agustus 2019 (DPH V)
Subjektif:Saat ini pasien tidak demam,
tidak mual, tidak muntah, tetapi masih
batuk.
Objektif
Keadaan Umum: Kompos mentis
(GCS:E4V5M6), gizi kesan baik
Tanda Vital
◦ Tekanan darah : 110/70 mmHg
◦ Laju nadi : 96x/menit, isi cukup, tegangan
cukup
◦ Laju napas : 20x/menit, reguler, kedalaman
cukup
◦ Suhu : 37° C per aksiler
Objektif
Kepala: mesocephal
Mata: konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik
(-/-), edema palpebra(-/-), refleks cahaya (+/+),
pupil isokor diameter 2mm/2mm.
Hidung: napas cuping hidung(-), sekret (-/-)
Telinga: normotia, sekret (-/-)
Mulut: mukosa basah (+), sianosis (-), faring
hiperemis (-), tonsil T1-T1 hiperemis (-)
Leher: Kelenjar getah bening tidak membesar
Objektif
Thoraks : retraksi (-), simetris
Pulmo
◦ Inspeksi: pengembangan dinding dada kanan
= kiri
◦ Palpasi: fremitus raba kanan = kiri
◦ Perkusi: sonor / sonor
◦ Auskultasi: suara dasar vesikuler(+/+), ronki
basah kasar (-/+)
Objektif
Cor
◦ Inspeksi: iktus cordis tidak tampak
◦ Palpasi: iktus cordis teraba tidak kuat angkat
di spatium intercostalis V linea
midklavikularis sinistra
◦ Perkusi: batas jantung sulit dievaluasi.
◦ Auskultasi: bunyi jantung I-II interval normal,
reguler, bising (-)
Objektif
Abdomen
◦ Inspeksi : dinding perut lebih tinggi dari
dinding dada
◦ Auskultasi : bising usus (+) normal
◦ Perkusi : timpani, pekak alih (-/-), pekak
sisi (-/-)
◦ Palpasi : nyeri tekan (-)
Objektif
Ekstremitas
◦ Edema Akral dingin
- - - -
- - - -
- - - -
Fagositosis o/
Kuman mati makrofag alveolus paru
Kuman hidup
Masa inkubasi
Pembentukan fokus primer (2-12 minggu)
Penyebaran limfogen
Penyebaran hematogen
Kompleks primer
Uji tuberkulin (+) Terbentuk imunitas selular spesifik
Sakit TB Infeksi
Komplikas Kalau imunitas turun, TB
Imunitas
reaktivasi/ reinfeksi
i optimal
Sembuh
Sakit TB
Sembuh Meningga
l
Gejala
Gejala sistemik
◦ Berat badan turun/ gagal tumbuh dalam 2
bulan
◦ Demam ≥ 2 minggu
◦ Batuk ≥ 2 minggu
◦ Lesu
Gejala spesifik
◦ Ditemui pada TB ekstra paru
Diagnosis
Anak dengan satu atau lebih gejala khas TB
Ada akses foto rontgen thorax Tidak ada akses foto rontgen thorax
dan/atau uji tuberkulin dan uji tuberkulin
Sistem skoring
Skor ≥ 6 Skor < 6
TB anak terkonfirmasi
TB anak klinis Ada kontak Tidak ada/tidak jelas
bakteriologis
TB paru kontak TB paru
Menetap Menghilan
g
Bukan
Tabel Skoring TB Anak
Parameter 0 1 2 3
Kontak TB Tidak Laporan BTA (+)
jelas keluarga,
BTA (-),
BTA tidak
diketahui
Uji tuberkulin Negatif Positif (>10 mm) atau
>5 mm pada pasien
immunocompromised
Status gizi BB/TB < 90% Klinis gizi
atau BB/U < buruk atau
80% BB/TB <
70% atau
BB/U <
60%
Demam yang ≥ 2 minggu
tidak diketahui
penyebabnya
Batuk kronik ≥ 2 minggu
Pembesaran Tidak ≥ 1 cm, lebih
kelenjar limfe ada dari 1 KGB,
Pembengkakan kelainan tidak nyeri
tulang/sendi Ada
Foto thorax pembengkakan
tulang/sendi
Foto thorax
sugestif TB
Terapi OAT
Pirazinamid 35 (30-40
Etambutol 20 (15-25)
Efek samping OAT
◦ Isoniazid (H): hepatitis, neuritis perifer,
hipersensitivitas
◦ Rifampisin (R): gastrointestinal, reaksi kulit,
hepatitis, trombositopenia, peningkatan enzim
hati, cairan tubuh berwarna oranye kemerahan
◦ Pirazinamid (Z): toksisitas hepar, artralgia,
gastrointestinal
◦ Etambutol (E): neuritis optik, ketajaman mata
berkurang, buta warna merah hijau,
hipersensitivitas, gastrointestinal
OAT pada Tatalaksana TB Anak
Kategori Diagnostik Fase Intensif Fase Lanjutan
TB klinis 2 HRZ 4 HR
TB kelenjar
Efusi pleura TB
TB terkonfirmasi 2 HRZE 4 HR
bakteriologis
TB paru dengan
kerusakan luas
TB ekstraparu (selain
TB meningitis dan
TB tulang/sendi)
TB tulang/sendi 2 HRZE 10 HR
TB milier
TB meningitis
Dosis KDT
Fase Intensif Fase Lanjutan
Berat Badan (kg) (2 Bulan) (4 Bulan)
RHZ (75/50/150) RH (75/50)
5-7 1 tablet 1 tablet
8-11 2 tablet 2 tablet
12-16 3 tablet 3 tablet
17-22 4 tablet 4 tablet
23-30 5 tablet 5 tablet
>30 OAT dewasa
Terapi Tambahan
Kortikosteroid
Diberikan pada kondisi:
◦ TB meningitis
◦ sumbatan jalan napas akibat TB kelenjar
(endobronkhial TB)
◦ perikarditis TB
◦ TB milier dengan gangguan napas yang berat
◦ efusi pleura TB
◦ TB abdomen dengan asites
Kortikosteroid yang diberikan:
◦ prednison 2-4 mg/kgBB/hari,
◦ dosis maksimum 60 mg/hari,
◦ selama 4 minggu.
◦ Tappering off setelah 2 minggu pemberian,
◦ kecuali pada TB meningitis: tappering off
dilakukan setelah 4 minggu pemberian
Piridoksin (vitamin B6)
◦ Untuk mengatasi efek samping isoniazid
(defisiensi piridoksin).
◦ 5-10 mg/hari pada HIV positif dan malnutrisi
berat.
Nutrisi
Status gizi pada anak dengan TB sangat
mempengaruhi keberhasilan pengobatan TB.
Malnutrisi berat meningkatkan risiko kematian
pada anak dengan TB.
Pembahasan
Penegakan Diagnosis
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan fisik
penunjang
Anamnesis
•Demam 1 bulan, naik turun
•Batuk 3 minggu Gejala TB
•Kontak dengan penderita tidak diketahui
sistemik
Gejala klinis
•Suhu 38,5°C per aksiler TB dd
Pemeriksaan fisik •Ronki basah kasar (+/+)
pneumonia