You are on page 1of 80

Presentasi Kasus

Perempuan Usia 15 Tahun dengan TB Paru


Terkonfirmasi Bakteriologis
Oleh:
dr. Tika Permata Sari

Pembimbing:
dr. Aris Sukandar, Sp.A.
dr. Agung Nugroho

Program Internsip Dokter RSUD Dr. Soedirman


Kebumen
2019
Identitas
Nama : An. N
Usia : 15 tahun
Jenis kelamin: perempuan
Alamat : Kradenan, Ambal, Kebumen
No. RM: 422xxx
Tanggal masuk : 1 Agustus 2019
Tanggal periksa : 5 Agustus 2019
Berat badan : 35 kg
Tinggi badan : 145 cm
Anamnesis
Keluhan Utama
Demam
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan demam sejak
kira-kira satu bulan SMRS. Demam sumer-
sumer, naik turun, kadang demam tinggi. Jika
diberi obat penurun panas, demam turun,
kemudian naik lagi. Pasien sempat dibawa ke
Puskesmas dan dilakukan cek darah, hasilnya
tifus, kemudian diberi obat dari puskesmas.
Namun keluhan tidak membaik setelah obat
habis.
Pasien juga batuk sejak kurang lebih 3 minggu
SMRS. Batuk berdahak warna putih. Riwayat
kontak dengan penderita batuk lama tidak
diketahui. Selain itu dari alloanamnesis, ibu
pasien menyebutkan dalam waktu satu bulan ini
pasien bertambah kurus, tetapi tidak diketahui
berapa penurunan berat badannya.
Pasien dalam kondisi sadar penuh, mengeluhkan
mual, muntah, lemas, dan sakit kepala. BAB
tidak ada keluhan, BAK tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat rawat inap : disangkal
Riwayat penyakit kronis : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga dan


Lingkungan
Riwayat demam : tidak diketahui
Riwayat batuk lama : tidak diketahui
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Selama hamil, ibu pasien rajin melakukan
pemeriksaan kehamilan di Bidan. Keluhan
selama kehamilan berupa mual, muntah pada
awal usia kehamilan. Obat-obatan yang
diminum selama masa kehamilan meliputi
vitamin, tablet penambah darah, dan sempat
meminum anti muntah. Selama kehamilan tidak
didapatkan adanya riwayat tekanan darah
tinggi. Saat hamil ibu tidak mengalami demam.
Kesan kehamilan dalam batas normal.
Riwayat Kelahiran
Pasien lahir dari ibu usia 25 tahun dengan
umur kehamilan 38 minggu secara
spontan ditolong bidan dengan berat
badan lahir 3000 gram dan panjang 48
cm, langsung menangis kuat segera
setelah lahir dan tidak ada kebiruan.
Kesan kelahiran tidak ada kelainan.
Riwayat Imunisasi
0 bulan : Hep B1, BCG, Polio-1
2 bulan : DPT-1, Hep B-2, Polio-2
3 bulan : DPT-2, Hep B-3, Polio-3
4 bulan : DPT-3, Polio-4
9 bulan : campak
Kesimpulan : imunisasi lengkap sesuai
Depkes 2004.
Riwayat Pertumbuhan dan
Perkembangan
Pertumbuhan
Pasien lahir di bidan dengan berat badan lahir 3000 gram dan
panjang 48. Saat ini pasien berusia 15 tahun dengan berat badan
35 kg dan tinggi badan 145 cm.
Kesan : Pertumbuhan sesuai usia.
Perkembangan
Saat ini pasien berusia 15 tahun sekolah SMP kelas III. Orang tua
pasien mengaku pasien di sekolah memiliki banyak teman dan
dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Orang tua pasien juga
mengatakan bahwa pretasi di sekolah cukup baik dan
perkembangan pasien sama dengan teman sebayanya. Pasien tidak
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan mengikuti aktivitas
sehari-hari baik di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal.
Kesan : Perkembangan sesuai usia.
Riwayat Nutrisi
Pasien mendapatkan ASI sejak lahir hingga
usia 2 tahun. Sejak usia 6 bulan pasien sudah
diberikan makanan pendamping ASI.
Saat ini pasien sudah makan sesuai menu
makanan keluarga. Makan nasi disertai lauk
pauk beraneka ragam seperti tahu, tempe,
telur, daging dan disertai sayur. Pasien makan
tiga kali sehari, 1 piring nasi setiap makan,
dan selalu habis.
Kesan : kualitas dan kuantitas cukup
Pemeriksaan Fisik
(5 Agustus 2019)
Keadaan Umum dan Tanda Vital
Keadaan umum: compos mentis (GCS
E4V5M6), gizi kesan baik
Tanda vital
◦ Tekanan darah : 110/70 mmHg
◦ Laju nadi : 98x/menit, isi cukup,
tegangan cukup
◦ Laju napas : 20x/menit, reguler,
kedalaman cukup
◦ Suhu : 38,5° C peraksiler
Status Gizi
IMT: 35/(1,45)2 = 16,6 kg/m2
IMT/U
-2 SD < z score < 1 SD
Kesan gizi: gizi baik
Pemeriksaan Fisik
Kepala : mesocephal
Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera
ikterik (-/-), edema palpebra(-/-), refleks cahaya
(+/+), pupil isokor diameter 2mm/2mm.
Hidung : nafas cuping hidung(-), sekret (-/-)
Telinga : normotia, sekret (-/-)
Mulut : mukosa basah (+), sianosis (-), faring
hiperemis (-), tonsil T1-T1 hiperemis (-)
Leher : kelenjar getah bening tidak membesar
Pemeriksaan Fisik
Thoraks : retraksi (-), simetris
Pulmo
◦ Inspeksi: pengembangan dinding dada kanan
= kiri
◦ Palpasi: fremitus raba kanan = kiri
◦ Perkusi: sonor / sonor
◦ Auskultasi: suara dasar vesikuler(+/+) , ronki
basah kasar (-/+)
Cor
◦ Inspeksi: iktus cordis tidak tampak
◦ Palpasi: iktus cordis teraba tidak kuat angkat
di spatium intercostalis V linea
midklavikularis sinistra
◦ Perkusi: batas jantung sulit dievaluasi.
◦ Auskultasi: bunyi jantung I-II interval normal,
reguler, bising (-)
Pemeriksaan Fisik
Abdomen
◦ Inspeksi : dinding perut lebih tinggi dari
dinding dada
◦ Auskultasi : bising usus (+) normal
◦ Perkusi : timpani, pekak alih (-/-), pekak
sisi (-/-)
◦ Palpasi : nyeri tekan (-)
Pemeriksaan Fisik
Ekstremitas
◦ Edema Akral dingin
- - - -

- - - -

◦ Arteri dorsalis pedis teraba kuat


◦ Capillary refill time kurang dari 2 detik
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab Darah (1 Agustus 2019)
Pemeriksaan Hasil Satuan
Pemeriksaan Hasil SatuanRujukan Rujukan
HEMATOLOGI RUTIN      
HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin
 9 g/dl
  12.8 – 16.8
 
HemoglobinHematokrit 927 % g/dl 35 – 47 12.8 – 16.8
Hematokrit Leukosit 15.7
27 ribu/ul
% 4.5-13.0
35 – 47
Trombosit 505 ribu/ul 154 – 442
Leukosit Eritrosit
15.7
4,1 juta/ul
ribu/ul3.80 – 5.204.5-13.0
Trombosit INDEX ERITROSIT 505
    ribu/ul  154 – 442
MCV 65 /um
Eritrosit 4,1 juta/ul80,0 – 100,0
3.80 – 5.20
MCH 22 Pg 26,0 – 34,0
INDEX ERITROSIT
MCHC
 34 g/dl
  32,0 – 36,0
 
MCV   65
    /um 80,0 – 100,0
MCH 22 Pg 26,0 – 34,0
MCHC 34 g/dl 32,0 – 36,0
     
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
HITUNG JENIS      
Eosinofil 0.00 % 1-5
Basofil 00.00 % 0.00 – 1.00
Netrofil 96.50 % 50.00 – 70.00
Limfosit 2.50 % 25.00 – 50.00
Monosit 1.00 % 1.00 – 6.00
KIMIA KLINIK      
Gula darah sewaktu 97 mg/dL 80 - 110
SERO IMUNOLOGI      
Widal      
S. typhi O Negatif   Negatif
S. typhi H Negatif   Negatif
S. paratyphi O – A Negatif   Negatif
S. paratyphi O – B Negatif   Negatif
Foto Thorax (2 Agustus 2019)

TB pulmo sinistra aktif


Besar cor tak dapat dinilai
TesCepat Molekuler (3 Agustus 2019)
MTB terdeteksi
Daftar Masalah
Anak perempuan usia 15 tahun dengan:
1. Riwayat demam naik turun sejak 1 bulan
SMRS
2. Batuk berdahak warna putih sejak 3 minggu
SMRS
3. Tanda vital suhu 38,5oC, tekanan darah 110/70
mmHg, laju nadi 98x/menit, isi, tegangan
cukup, laju napas 20 x/menit, reguler
4. Ronki basah kasar di apex pulmo sinistra
Daftar Masalah
5. Pemeriksaan lab darah pada tanggal 1
Agustus 2019 didapatkan hemoglobin = 9
g/dL (N=12,8-16,8 g/dL), leukosit 15,7
ribu/uL (N = 4,5-13 ribu/uL), trombosit =
505 ribu/ul (N = 154-442 ribu/ul), MCV
65/um (N = 80-100/um), MCH 22 pg (N =
26-34 pg), neutrofil 96,5% (N = 50 – 70%),
limfosit 2,5% (N = 25 - 50%).
6. Hb 9 g/dL, MCV 65/um, MCH 22 pg
(anemia mikrositik hipokromik)
5. Pemeriksaan rontgen thorax tanggal 2
Agustus 2019 didapatkan gambaran TB
aktif di pulmo sinistra.
6. Uji cepat molekuler tanggal 3 Agustus
2019 didapatkan MTB terdeteksi
Diagnosis Banding
Prolonged fever et causa dd
1. TB paru
2. pneumonia
Diagnosis Kerja
1. TB paru terkonfirmasi bakteriologis
2. Anemia mikrositik hipokromik
Tatalaksana
1. Rawat ruang isolasi
2. Diet TKTP
3. IVFD Asering 20 tpm
4. Infus paracetamol 400 mg/ 8 jam
5. Injeksi ondansetron 4 mg/ 12 jam
6. Lasal expectorant syrup 3 x cth 1½
7. Curcuma tab 3 x 1
8. Lapixime tab 2 x 1
9. Rifampisin 1 x 450 mg
10. INH 1 x 300 mg
11. Pirazinamid 1 x 800 mg
12. Etambutol 1 x 600 mg
Monitoring
Keadaan umum, tanda vital, suhu tubuh
per 8 jam

Plan
Terapi lanjut
Edukasi
1. Edukasi keluarga tentang penyakit
pasien.
2. Edukasi untuk menambah intake
makanan dan minuman pasien karena
status gizi sangat mempengaruhi
keberhasilan pengobatan pasien.
3. Edukasi pasien dan keluarga bahwa
pengobatan akan memerlukan waktu
yang cukup lama dan perlu kepatuhan
dalam meminum obat.
4. Edukasi bahwa penyakit pasien mudah
menular sehingga pasien perlu
menggunakan masker supaya tidak
menularkan TB kepada orang-orang di
sekitarnya.
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad fungsionam: dubia ad bonam
Follow up
6 Agustus 2019 (DPH V)
Subjektif:Saat ini pasien tidak demam,
tidak mual, tidak muntah, tetapi masih
batuk.
Objektif
Keadaan Umum: Kompos mentis
(GCS:E4V5M6), gizi kesan baik
Tanda Vital
◦ Tekanan darah : 110/70 mmHg
◦ Laju nadi : 96x/menit, isi cukup, tegangan
cukup
◦ Laju napas : 20x/menit, reguler, kedalaman
cukup
◦ Suhu : 37° C per aksiler
Objektif
Kepala: mesocephal
Mata: konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik
(-/-), edema palpebra(-/-), refleks cahaya (+/+),
pupil isokor diameter 2mm/2mm.
Hidung: napas cuping hidung(-), sekret (-/-)
Telinga: normotia, sekret (-/-)
Mulut: mukosa basah (+), sianosis (-), faring
hiperemis (-), tonsil T1-T1 hiperemis (-)
Leher: Kelenjar getah bening tidak membesar
Objektif
Thoraks : retraksi (-), simetris
Pulmo
◦ Inspeksi: pengembangan dinding dada kanan
= kiri
◦ Palpasi: fremitus raba kanan = kiri
◦ Perkusi: sonor / sonor
◦ Auskultasi: suara dasar vesikuler(+/+), ronki
basah kasar (-/+)
Objektif
Cor
◦ Inspeksi: iktus cordis tidak tampak
◦ Palpasi: iktus cordis teraba tidak kuat angkat
di spatium intercostalis V linea
midklavikularis sinistra
◦ Perkusi: batas jantung sulit dievaluasi.
◦ Auskultasi: bunyi jantung I-II interval normal,
reguler, bising (-)
Objektif
Abdomen
◦ Inspeksi : dinding perut lebih tinggi dari
dinding dada
◦ Auskultasi : bising usus (+) normal
◦ Perkusi : timpani, pekak alih (-/-), pekak
sisi (-/-)
◦ Palpasi : nyeri tekan (-)
Objektif
Ekstremitas
◦ Edema Akral dingin
- - - -

- - - -

◦ Arteri dorsalis pedis teraba kuat


◦ Capillary refill time kurang dari 2 detik
Assessment
1. TB paru terkonfirmasi bakteriologis
2. Klinis anemis
3. Gizi baik
Plan
1. Diet TKTP
2. IVFD Asering 20 tpm
3. Infus paracetamol 400 mg/ 8 jam
4. Injeksi ondansetron 4 mg/ 12 jam
5. Lasal expectorant syrup 3 x cth 1½
6. Curcuma tab 3 x 1
7. Rifampisin 1 x 450 mg
8. INH 1 x 300 mg
9. Pirazinamid 1 x 800 mg
10. Etambutol 1 x 600 mg
7 Agustus 2019 (DPH VI)
Subjektif:Saat ini pasien tidak demam,
tidak mual, tidak muntah, tetapi masih
batuk.
Objektif
Keadaan Umum: Kompos mentis
(GCS:E4V5M6), gizi kesan baik
Tanda Vital
◦ Tekanan darah : 110/70 mmHg
◦ Laju nadi : 98x/menit, isi cukup, tegangan
cukup
◦ Laju napas : 20x/menit, reguler, kedalaman
cukup
◦ Suhu : 36,7° C per aksiler
Objektif
Kepala: mesocephal
Mata: konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik
(-/-), edema palpebra(-/-), refleks cahaya (+/+),
pupil isokor diameter 2mm/2mm.
Hidung: napas cuping hidung(-), sekret (-/-)
Telinga: normotia, sekret (-/-)
Mulut: mukosa basah (+), sianosis (-), faring
hiperemis (-), tonsil T1-T1 hiperemis (-)
Leher: Kelenjar getah bening tidak membesar
Objektif
Thoraks : retraksi (-), simetris
Pulmo
◦ Inspeksi: pengembangan dinding dada kanan
= kiri
◦ Palpasi: fremitus raba kanan = kiri
◦ Perkusi: sonor / sonor
◦ Auskultasi: suara dasar vesikuler(+/+), ronki
basah kasar (-/+)
Objektif
Cor
◦ Inspeksi: iktus cordis tidak tampak
◦ Palpasi: iktus cordis teraba tidak kuat angkat
di spatium intercostalis V linea
midklavikularis sinistra
◦ Perkusi: batas jantung sulit dievaluasi.
◦ Auskultasi: bunyi jantung I-II interval normal,
reguler, bising (-)
Objektif
Abdomen
◦ Inspeksi : dinding perut lebih tinggi dari
dinding dada
◦ Auskultasi : bising usus (+) normal
◦ Perkusi : timpani, pekak alih (-/-), pekak
sisi (-/-)
◦ Palpasi : nyeri tekan (-)
Objektif
Ekstremitas
◦ Edema Akral dingin
- - - -

- - - -

◦ Arteri dorsalis pedis teraba kuat


◦ Capillary refill time kurang dari 2 detik
Assessment
1. TB paru terkonfirmasi bakteriologis
2. Klinis anemis
3. Gizi baik
Plan
1. Diet TKTP
2. BLPL
3. Lasal expectorant syrup 3 x cth 1½
4. Curcuma tab 3x1
5. Rifampisin 1 x 450 mg
6. INH 1 x 300 mg
7. Pirazinamid 1 x 800 mg
8. Etambutol 1 x 600 mg
9. Kontrol poli anak 2 minggu lagi
Tinjauan Pustaka
TB pada Anak
Definisi
◦ Penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis)
Epidemiologi
◦ Proporsi kasus TB anak di antara semua kasus
TB di Indonesia pada tahun 2015 ada 9%.
Patogenesis
Inhalasi M. tuberculosis

Fagositosis o/
Kuman mati makrofag alveolus paru

Kuman hidup
Masa inkubasi
Pembentukan fokus primer (2-12 minggu)
Penyebaran limfogen
Penyebaran hematogen

Kompleks primer
Uji tuberkulin (+) Terbentuk imunitas selular spesifik

Sakit TB Infeksi
Komplikas Kalau imunitas turun, TB
Imunitas
reaktivasi/ reinfeksi
i optimal
Sembuh
Sakit TB

Sembuh Meningga
l
Gejala
Gejala sistemik
◦ Berat badan turun/ gagal tumbuh dalam 2
bulan
◦ Demam ≥ 2 minggu
◦ Batuk ≥ 2 minggu
◦ Lesu
Gejala spesifik
◦ Ditemui pada TB ekstra paru
Diagnosis
Anak dengan satu atau lebih gejala khas TB

Pemeriksaan mikroskopis/ TCM

Positif Negatif Spesimen tidak didapat

Ada akses foto rontgen thorax Tidak ada akses foto rontgen thorax
dan/atau uji tuberkulin dan uji tuberkulin

Sistem skoring
Skor ≥ 6 Skor < 6

Uji tuberkulin (+) dan/atau Uji tuberkulin (-) dan


ada kontak TB paru tidak ada kontak TB paru

TB anak terkonfirmasi
TB anak klinis Ada kontak Tidak ada/tidak jelas
bakteriologis
TB paru kontak TB paru

Terapi OAT Observasi gejala selama 2 minggu

Menetap Menghilan
g
Bukan
Tabel Skoring TB Anak
Parameter 0 1 2 3
Kontak TB Tidak Laporan BTA (+)
jelas keluarga,
BTA (-),
BTA tidak
diketahui
Uji tuberkulin Negatif Positif (>10 mm) atau
>5 mm pada pasien
immunocompromised
Status gizi BB/TB < 90% Klinis gizi
atau BB/U < buruk atau
80% BB/TB <
70% atau
BB/U <
60%
Demam yang ≥ 2 minggu
tidak diketahui
penyebabnya
Batuk kronik ≥ 2 minggu
Pembesaran Tidak ≥ 1 cm, lebih
kelenjar limfe ada dari 1 KGB,
Pembengkakan kelainan tidak nyeri
tulang/sendi Ada
Foto thorax pembengkakan
tulang/sendi
Foto thorax
sugestif TB
Terapi OAT

Dosis Harian Dosis Maksimum


Nama Obat
(mg/kgBB/hari) (mg/hari)

Isoniazid 10 (7-15) 300

Rifampicin 15 (10-20) 600

Pirazinamid 35 (30-40  

Etambutol 20 (15-25)  
Efek samping OAT
◦ Isoniazid (H): hepatitis, neuritis perifer,
hipersensitivitas
◦ Rifampisin (R): gastrointestinal, reaksi kulit,
hepatitis, trombositopenia, peningkatan enzim
hati, cairan tubuh berwarna oranye kemerahan
◦ Pirazinamid (Z): toksisitas hepar, artralgia,
gastrointestinal
◦ Etambutol (E): neuritis optik, ketajaman mata
berkurang, buta warna merah hijau,
hipersensitivitas, gastrointestinal
OAT pada Tatalaksana TB Anak
Kategori Diagnostik Fase Intensif Fase Lanjutan
TB klinis 2 HRZ 4 HR
TB kelenjar
Efusi pleura TB
TB terkonfirmasi 2 HRZE 4 HR
bakteriologis
TB paru dengan
kerusakan luas
TB ekstraparu (selain
TB meningitis dan
TB tulang/sendi)
TB tulang/sendi 2 HRZE 10 HR
TB milier
TB meningitis
Dosis KDT
Fase Intensif Fase Lanjutan
Berat Badan (kg) (2 Bulan) (4 Bulan)
RHZ (75/50/150) RH (75/50)
5-7 1 tablet 1 tablet
8-11 2 tablet 2 tablet
12-16 3 tablet 3 tablet
17-22 4 tablet 4 tablet
23-30 5 tablet 5 tablet
>30 OAT dewasa
Terapi Tambahan
Kortikosteroid
Diberikan pada kondisi:
◦ TB meningitis
◦ sumbatan jalan napas akibat TB kelenjar
(endobronkhial TB)
◦ perikarditis TB
◦ TB milier dengan gangguan napas yang berat
◦ efusi pleura TB
◦ TB abdomen dengan asites
Kortikosteroid yang diberikan:
◦ prednison 2-4 mg/kgBB/hari,
◦ dosis maksimum 60 mg/hari,
◦ selama 4 minggu.
◦ Tappering off setelah 2 minggu pemberian,
◦ kecuali pada TB meningitis: tappering off
dilakukan setelah 4 minggu pemberian
Piridoksin (vitamin B6)
◦ Untuk mengatasi efek samping isoniazid
(defisiensi piridoksin).
◦ 5-10 mg/hari pada HIV positif dan malnutrisi
berat.
Nutrisi
Status gizi pada anak dengan TB sangat
mempengaruhi keberhasilan pengobatan TB.
Malnutrisi berat meningkatkan risiko kematian
pada anak dengan TB.
Pembahasan
Penegakan Diagnosis

Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan fisik
penunjang
Anamnesis
•Demam 1 bulan, naik turun
•Batuk 3 minggu Gejala TB
•Kontak dengan penderita tidak diketahui
sistemik

Gejala klinis
•Suhu 38,5°C per aksiler TB dd
Pemeriksaan fisik •Ronki basah kasar (+/+)
pneumonia

•Foto thorax: gambaran TB aktif pulmo (S)


Pemeriksaan penunjang •TCM: MTB terdeteksi, sensitif rifampisin → TB paru terkonfirmasi bakteriologis
Tata Laksana
OAT
◦ Rifampisin 1 x 450 mg
◦ INH 1 x 300 mg
◦ Pirazinamid 1 x 800 mg
◦ Etambutol 1 x 600 mg
Pencegahan penularan TB:
◦ Rawat ruang isolasi
Tatalaksana efek samping OAT
◦ Curcuma tab 3 x 1 (hepatoprotektor)
Nutrisi dan terapi cairan maintenance
◦ Diet TKTP
◦ IVFD Asering 20 tpm
Terapi simtomatis
◦ Infus paracetamol 400 mg/ 8 jam
◦ Injeksi ondansetron 4 mg/ 12 jam
◦ Lasal expectorant syrup 3 x cth 1½
Simpulan
Pasien didiagnosis TB paru terkonfirmasi
bakteriologis
Telah dilakukan penanganan sesuai
Petunjuk Teknis Manajemen dan
Tatalaksana TB Anak (Kemenkes) tahun
2016.
Saran
Perlu edukasi keluarga tentang penyakit pasien.
Pasien perlu menambah intake makanan dan minuman
karena status gizi sangat mempengaruhi keberhasilan
pengobatan pasien.
Pasien dan keluarga perlu diberi pengertian bahwa
pengobatan akan memerlukan waktu yang cukup lama
dan hilangnya gejala bukan berarti pasien boleh
menghentikan pengobatan.
Edukasi bahwa penyakit pasien mudah menular
sehingga pasien perlu menggunakan masker supaya
tidak menularkan TB kepada orang-orang di sekitarnya.
Daftar Pustaka
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016). Petunjuk
Teknis Manajemen dan Tatalaksana TB Anak. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Lee, G., Lee, H., Choi, M., Chung, H., Kim, S. and Chae, H.
(2017). Protective effect of Curcuma longa L. extract on CCl4-
induced acute hepatic stress. BMC Research Notes, 10(1).
Marais, B. (2017). Improving access to tuberculosis preventive
therapy and treatment for children. International Journal of
Infectious Diseases, 56, pp.122-125.
Nachiappan, A., Rahbar, K., Shi, X., Guy, E., Mortani Barbosa,
E., Shroff, G., Ocazionez, D., Schlesinger, A., Katz, S. and
Hammer, M. (2017). Pulmonary Tuberculosis: Role of Radiology
in Diagnosis and Management. RadioGraphics, 37(1), pp.52-72.
Daftar Pustaka
Seddon, J., Jenkins, H., Liu, L., Cohen, T., Black, R., Vos, T., Becerra,
M., Graham, S., Sismanidis, C. and Dodd, P. (2015). Counting children
with tuberculosis: why numbers matter. The International Journal of
Tuberculosis and Lung Disease, 19(12), pp.9-16.
World Health Organization (2007). BMI for Age - Girls: 5 to 19 Years (z
score).
World Health Organization (2018). Roadmap towards ending TB in
children and adolescents. 2nd ed. Geneva: World Health Organization.
Xie, Y., Chakravorty, S., Armstrong, D., Hall, S., Via, L., Song, T., Yuan,
X., Mo, X., Zhu, H., Xu, P., Gao, Q., Lee, M., Lee, J., Smith, L., Chen,
R., Joh, J., Cho, Y., Liu, X., Ruan, X., Liang, L., Dharan, N., Cho, S.,
Barry, C., Ellner, J., Dorman, S. and Alland, D. (2017). Evaluation of a
Rapid Molecular Drug-Susceptibility Test for Tuberculosis. New
England Journal of Medicine, 377(11), pp.1043-1054.
Terima kasih

You might also like