You are on page 1of 17

REFERAT

RHINITIS ALERGI
Oleh : Nanda Robby Setyawan 22004101094
Prmbimbing : dr. Indah Yuliarini, Sp.THT-KL

LABORATORIUM ILMU TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN


RSUD SYARIFAH AMBAMI RATO EBU BANGKALAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2021
Latar Belakang

Hidung sebagai salah satu organ yang sensitif terhadap adanya


1 alergen.

Reaksi alergi pada seseorang bergantung pada dosis antigen,


2 frekuensi paparan, genetik dari individu tersebut, dan
kepekaan relatif tubuh seseorang.

Rhinitis alergi terlihat pada 10-25% populasi, dengan anak dan


3
remaja leih sering terkena dibandingkan dewasa.
ANATOMI HIDUNG
 Hidung Bagian Luar
Bentuk hidung luar seperti piramid dengan
bagian-bagiannya dari atas ke bawah, yaitu:
- Pangkal hidung (bridge)
- Batang hidung (dorsum nasi)
- Puncak hidung
- Ala nasi
- Kolumela
- Lubang hidung (nares anterior).
ANATOMI HIDUNG
Hidung Bagian Dalam
• Septum Nasi
Membagi kavum nasi menjadi dua
ruang yaitu kanan dan kiri
• Kavum Nasi
• Dasar hidung
• Atap hidung
• Dinding Lateral
• Konka
• Koana
Pertemuan antara kavum nasi
dengan nasofaring
Fisiologi Hidung
1) fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air conditioning), penyaring
udara, humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme
imunologik lokal
2) fungsi penghidu, karena terdapatnya mukosa olfaktorius (penciuman) dan
reservoir udara untuk menampung stimulus penghidu
3) fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses
berbicara dan mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang
4) fungsi statistik dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi
terhadap trauma dan pelindung panas
Definisi
• Rhinitis alergi adalah penyakit
inflamasi pada hidung yang
disebabkan oleh reaksi alergi
pada pasien atopi yang
sebelumnya sudah
tersensitasi dengan allergen
yang sama serta
dilepaskannya suatu mediator
kimia ketika terjadi paparan
ulangan dengan allergen
spesifik tersebut.
Etiologi
• Genetik
• Riwayat Atopi
• Alergen
Alergen inhalan Tungau debu rumah, kecoa, serpihan
epitel kulit binatang, rerumputan,
jamur.
Alergen ingestan Susu sapi, telur, coklat, ikan laut,
udang, kepiting, dan kacang-kacangan
Alergen Injektan Penisilin dan sengatan lebah
Alergen kontaktan bahan kosmetik, perhiasan.
Patofisiologi
• Terdiri dari 2 tahap :
1. Tahap sensitisasi
2. Reaksi alergi, terdisi dari dua fase :
Reaksi alergi fase cepat (RAFC), sejak kontak alergen
sampai 1 jam setelahnya - Rilis histamin
Reaksi alergi fase lambat (RAFL), yang berlangsung 2 - 4
jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan
berlangsung 24-48 jam - Infiltrasi sel eosinofil, basofil,
monosit, CD4 pada tempat deposisi antigen
Klasifikasi Rhinitis Alergi (WHO ARIA (the Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma))
Bedasarkan waktu dan frekuensi gejala yang ada : Berdasarkan tingkat beratnya gejalanya :
Intermittents Persistent Ringan Sedang-Berat

Gejala yang ditemukan < 4 Gejala yang ditemukan > 4 Tidur normal, aktivitas Ditemukan satu atau lebih
hari/minggu dan atau < 4 hari/minggu dan atau > 4 sehari-hari, saat olah raga gejala berikut; tidur
minggu. minggu. dan saat santai normal, tergamggu, aktivitas
bekerja dan sekolah sehari-hari, saat olah raga,
normal, dan tidak ada dan saat santai terganggu,
keluhan mengganggu. masalah saat bekerja dan
sekolah, ada keluhan yang
mengganggu.
Manifestasi Klinis
Rhinitis alergi akan menimbulkan gejala seperti bersin berulang, rinore encer
dan banyak, hidung gatal, dan tersumbat. Gejala spesifik lainnya seperti:
1.Allergic salute : gerakan pasien menggosok hidung dengan tangannya
karena gatal.
2.Allergic crease : alur yang melintang di sepertiga bawah dorsum nasi akibat
sering menggosok hidung.
3.Allergic shiner : bayangan gelap di bawah mata yang terjadi akibat stasis
vena sekunder
Penegakan Diagnosa (Anamnesa & Pemeriksaan Fisik)
• Anamnesis
Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang. perlu
ditanyakan adanya riwayat atopi pada pasien. Gejala lain ialah rinore yang encer dan banyak,
hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, dan kadang-kadang disertai dengan banyak air
mata keluar (lakrimasi).

• Pemeriksaan Fisik
Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat atau livid disertai
adanya secret encer yang banyak. Bila gejala persisten, mukosa inferior tampak hipertrofi.
Penegakan Diagnosa (Pemeriksaan Penunjang)
• In vitro :
1. Hitung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau
meningkat.
2. Pemeriksaan IgE spesifik dengan RAST (Radio Imuno
Sorbent Test) atau ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent
Assay Test).
3. Pemeriksaan sitologi hidung. Ditemukannya eosinofil dalam
jumlah banyak menunjukkan kemungkinan alergi (Jika basofil
(>5sel/lap)).

• In Vivo :
1. pemeriksaan tes kulit/skin prick test. Uji kulit atau Prick test
digunakan untuk menentukan allergen penyebab alergi pada
pasien. Allergen dapat berupa tungau debu, bulu binatang,
jamur, dan serbuk sari. Tes kulit yang positif menunjukkan
adanya antbodi IgE yang spesifik terhadap allergen tersebut.
Diagnosa Banding
1. Rhinitis akut
2. Rhinitis vasomotor
3. Rhinitis medikamentosa

Komplikasi
1. Polip hidung
2. Otitis media Efusi
3. Sinusitis paranasal
Algoritma Penatalaksanaan
Kesimpulan
Rhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi yang akan menimbulkan gejala
seperti bersin-bersin, rinore, rasa gatal, dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang
diperantarai oleh IgE. Pengobatan paling efektif dari rinitis alergi adalah menghindari faktor penyebab yang
dicurigai, dimana apabila tidak dapat dihindari dapat dibantu dengan terapi medikamentosa ataupun
pembedahan.

You might also like