You are on page 1of 18

PEMERIKSAAN

LABORATORIUM
UNTUK PENYAKIT
GINJAL
dr. Arswendo Ika Murthy, Sp.PK
PENDAHULUAN
Ginjal berfungsi sebagai organ sekresi dengan membersihkan bahan
tidak berguna dan kelebihan cairan dari darah. Ginjal melakukan fungsi
vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dengan
mengeksresikan bahan-bahan sisa hasil pencernaan atau sisa metabolisme
dan air secara selektif. Kelebihan zat dan air atau zat yang tidak diperlukan
akan diekskresikan keluar tubuh sebagai urin.

Penyakit ginjal dan saluran kemih dapat berjalan tanpa keluhan sampai
kerusakan mencapai 70-80% sehingga diperlukan pemeriksaan
laboratorium yang dapat mendeteksi kelainan sedini mungkin dalam upaya
mencegah penyakit berjalan lebih lanjut.
DAFTAR ISI
01 02
ORGAN GINJAL JENIS PENYAKIT GINJAL
Gambar organ ginjal Mengenal jenis - jenis penyakit ginjal

03 04
PEMERIKSAAN PENUTUP
LABORATORIUM Mengerti pentingnya pemeriksaan
Penjelasan jenis pemeriksaan laboratorium laboratorium
untuk ginjal
01
ORGAN GINJAL
GAMBAR ORGAN GINJAL
02
JENIS PENYAKIT
GINJAL
JENIS PENYAKIT GINJAL
Cedera Ginjal Akut (Acut Kidney Injury/AKI) adalah hilangnya fungsi ginjal yang
berlangsung secara cepat. Hal ini diketahui ketika seseorang menghasilkan urine
sedikit atau terjadi peningkatan mendadak dari bahan dalam darah yang
seharusnya disaring terlebih dahulu pada ginjal normal. AKI merupakan akibat
dari berbagai keadaan antara lain dari trauma, adanya penyakit atau konsumsi
obat yang merusak ginjal. Jika kerusakan yang disebabkan oleh AKI terus
berlanjut, akhirnya dapat berkembang menjadi penyakit ginjal kronis.

Penyakit Ginjal Kronis (Chronic Kidney Disease/CKD) merupakan penyakit yang


berlangsung terus menerus dan biasanya didefinisikan sebagai berlangsung
lebih dari 3 bulan. Penyebab paling sering adalah penyakit diabetes dan tekanan
darah tinggi (hipertensi). Meskipun demikian dalam beberapa kasus keadaan ini
dapat dicegah atau jika terdeteksi cukup dini dapat diobati untuk mencegah
atau menunda perkembangan gagal ginjal.
JENIS PENYAKIT GINJAL
Sindrom Nefrotik ditandai dengan hilangnya terlalu banyak protein dalam urin.
Hal ini disebabkan oleh kerusakan glomerulus dan dapat menjadi gangguan
utama ginjal atau sekunder untuk penyakit atau kondisi lain, seperti kanker atau
lupus. Seiring dengan tingginya jumlah protein di urin, tanda-tanda dan gejala
sindrom nefrotik termasuk jumlah rendah albumin dalam darah, lebih tinggi dari
tingkat lipid normal dalam darah, dan pembengkakan (edema) di kaki dan
pergelangan kaki. Kondisi ini dapat bersifat akut atau kronis dan hasilnya dapat
bervariasi.

Gagal Ginjal, yang pada akhirnya disebut sebagai penyakit ginjal stadium akhir
atau End State Renal Disease, adalah kelemahan total dari fungsi ginjal dan
bersifat permanen. Pengobatan dengan hemodialisis atau transplantasi ginjal
merupakan pilihan utama pada tahap penyakit ginjal untuk mempertahankan
hidup.
03
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium darah dan urin rutin
dapat merupakan indikasi pertama dari masalah ginjal.
Tes ini mencerminkan seberapa baik ginjal
menghilangkan kelebihan cairan dan bahan buangan.

Pengukuran tekanan darah juga penting dilakukan


karena tekanan darah tinggi (hipertensi) bisa
menyebabkan CKD. Ketika terjadi masalah dalam
struktural ginjal dan saluran kemih, maka berbagai tes
pencitraan dapat digunakan untuk mengevaluasi ginjal.
JENIS PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Pemeriksaan untuk Skrining
Pemeriksaan Skrining dilakukan bagi orang-orang yang berisiko tinggi untuk
mendeteksi dalam tahap awal. Faktor risiko termasuk diabetes, tekanan darah
tinggi, penyakit jantung, atau riwayat keluarga dengan penyakit ginjal
merupakan indikasi yang tepat. Berikut pemeriksaan untuk skrining penyakit
Ginjal selain engukuran tekanan darah :
 Urine protein : Beberapa tes yang berbeda dapat digunakan untuk
menyaring protein dalam urin:
 Urine albumin : pemeriksaan ini dapat dilakukan pada sampel
urin 24 jam. Dapat dilakukan kedua pemeriksaan yaitu albumin
urin dan kreatinin yang diukur dalam sampel urin sehingga rasio
albumin / kreatinin (ACR) dapat dihitung.
 Total protein atau protein urine untuk rasio kreatinin (UP / CR)
dapat mendeteksi tidak hanya hanya albumin, tetapi semua jenis
protein yang mungkin terdapat dalam urin.
2. Pemeriksaan Kreatinin
Kreatinin merupakan produk buangan yang berasal dari metabolisme protein pada otot
tubuh. Kadar kreatinin dalam darah dapat bervariasi tergantung pada usia, ras dan ukuran tubuh.
Kadar kreatinin normal adalah < 1,2 mg/dl untuk perempuan dan < 1,4 mg/dl untuk laki-laki.
Apabila kadar dalam darah melebihi nilai tersebut dapat digunakan sebagai tanda awal ginjal
tidak bekerja dengan baik. Perhitungan ini memungkinkan untuk evaluasi umum jumlah darah
yang disaring oleh ginjal dalam jangka waktu 24 jam dalam fungsi clearance.
3. Blood Urea Nitrogen
Urea nitrogen atau BUN menunjukkan tingkat produk buangan dalam darah yang akan
meningkat karena penurunan filtrasi ginjal. Kadar yang meningkat dari BUN menunjukkan adanya
gangguan fungsi ginjal, meskipun peningkatan tersebut dapat disebabkan oleh karena kadaan lain
yang mengakibatkan aliran darah ke ginjal menurun, seperti gagal jantung kongestif atau shock.
Urea nitrogen dalam darah berasal dari pemecahan/ katabolisme protein dalam tubuh. Kadar BUN
normal adalah antara 7 – 20 mg/dl. Apabila fungsi ginjal menurun maka kadar BUN akan
meningkat .
4. Glomerular Filtration Rate (GFR)
Pemeriksaan ini mengukur seberapa baik ginjal mengekresikan bahan buangan dari darah
dan kelebihan cairan dari darah. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menghitung kadar kreatinin
serum menggunakan kriteria usia, berat badan, jenis kelamin dan ukuran tubuh. GFR normal dapat
bervariasi menurut umur, semakin usia tua dapat menurunkan GFR. Nilai normal untuk GFR adalah
90 atau lebih. Angka GFR di bawah 60 merupakan tanda bahwa ginjal tidak bekerja dengan baik.
Nilai GFR di bawah 15 menunjukkan bahwa sudah diperlukan pengobatan dari gagal ginjal
dengan dialisis atau transplantasi ginjal.
5. Pemeriksaan Urine (Urinalisa) merupakan pemeriksaan terhadap urine pasien dengan
tujuan mengetahui ada atau tidak zat-zat yang biasa berada pada urine dan kadarnya
normal atau tidak. Pemeriksaaan ini dapat memberikan keterangan klinik yang penting
sehingga dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit sistemik
maupun penyakit dari saluran kemih tanpa menyakiti penderita / invasif. Pemeriksaan
urine hanya membutuhkan sedikit volume urin, tetapi beberapa jenis tes lainnya
memerlukan koleksi semua urin yang diproduksi selama 24 jam. Kandungan yang
terdapat dalam urine antara lain sisa metabolisme, sisa material obat yang dikonsumsi,
cairan dan elektrolit yang berfungsi sebagai penyeimbang cairan yang tidak lagi
dibutuhkan tubuh. Di dalam urine juga didapatkan gambaran status asam/basa cairan di
kandung kemih. Pemeriksaan laboratorium urin meliputi pemeriksaan makroskopis,
pemeriksaan mikroskopis dan Kimia.
6. Metode Dipstick. Dipstick adalah bahan strip yang diolah secara kimia. Cara pemeriksaan
disptick dengan mencelupkan ke dalam sampel urin maka strip akan berubah warna
sesuai dengan adanya kelainan seperti jumlah kelebihan protein, glukosa darah, nanah,
dan bakteri. Urinalisis dapat membantu untuk mendeteksi berbagai kelainan ginjal dan
gangguan saluran kemih, termasuk penyakit ginjal kronis, diabetes, infeksi kandung
kemih dan batu ginjal .
7. Pemeriksaan Penunjang 
Apabila urinalisis karena berbagai keterbatasannya menjadi tidak sensitif dalam
mendeteksi kerusakan ginjal, misalnya memberikan hasil fals atau hanya memberikan info
minim tentang kerusakan ginjal, maka diperlukan pemeriksaan penunjang (additional test)
antara lain :
 Jumlah kalsium dan fosfor dalam darah, gas darah (GDA) dan keseimbangan
serum dan urin elektrolit juga diukur sebagai tanda awal terkena penyakit ginjal.
 Hemoglobin dalam darah, diukur sebagai bagian dari hitung darah lengkap (CBC),
juga dapat dievaluasi fungsi ginjal dalam memproduksi hormon erythropoietin,
yang mengontrol produksi sel darah merah dan mungkin akan terpengaruh oleh
adanya kerusakan ginjal.
 Erythropoietin dapat diukur secara langsung, meskipun ini bukan tes rutin.
 hormon paratiroid (PTH), yang mengontrol kadar kalsium, sering meningkat pada
penyakit ginjal dan dapat diperiksa untuk membantu menentukan apakah kadar
kalsium dan vitamin D yang diambil cukup untuk mencegah kerusakan tulang.
 Pemeriksaan darah dan urine : beta 2 microglobulin (B2M) dapat dilakukan
bersama dengan tes fungsi ginjal lainnya untuk mengevaluasi kerusakan ginjal dan
penyakit serta untuk membedakan antara gangguan yang mempengaruhi
glomerulus dan tubulus ginjal. B2M dapat ditujukan untuk memantau orang-orang
yang telah menjalani transplantasi ginjal, untuk mendeteksi tanda-tanda awal dari
penolakan/rejeksi dan dilakukan untuk memantau orang yang terpapar kadmium
dan merkuri konsentrasi tinggi dengan paparan di tempat kerja.
04
PENUTUP
Pemeriksaan Laboratorium urinalisis adalah pemeriksaan yang digunakan
untuk mendiagnosis dan memantau penyakit ginjal dan saluran kencing.
Berbagai pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui kelainan
morfologi dan fungsi ginjal yang dilakukan bertujuan untuk diagnosis,
monitoring terapi serta prognosis penyakit.
Hasil urinalisis dapat memiliki banyak interpretasi. Hasil temuan abnormal
merupakan peringatan bahwa perlu dievaluasi lebih lanjut. Klinisi harus
mengkaitkan hasil laboratorium urinalisis dengan gejala pasien dan temuan
klinis yang ada serta mencari penyebab temuan abnormal dengan
melengkapi tes yang diperlukan. Namun sebaliknya urine yang normal tidak
menjamin bahwa tidak ada penyakit didalamnya. Jadi sangat penting untuk
melakukan pemeriksaan laboratorium untuk ginjal.

-CONCLUSION-
TERIMA KASIH!
DO YOU HAVE ANY QUESTIONS?

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics
& images by Freepik
“ THE GREATEST
WEALTH IS
HEALTH ”
- VIRGIL -

You might also like