You are on page 1of 24

ASUHAN KEPERAWATAN

PENINGKATAN TEKANAN INTRA


KRANIAL

KELOMPOK IX :
Gracelia Makagansa (19142010016)

Shintia L Lololuan (19142010027)

Geraldo Pangkey (19142010153)


Devinisi
Menurut Kellie Monro Doctrine Tekanan intrakranial adalah tekanan didalam
rongga tengkorak relatif terhadap tekanan atmosfer, yang merupakan suatu daya
dinamik yang berfluktuasi secara ritmis, tekanan intrakranial banyak di pengaruhi
oleh berbagai hal, tetapi sebenarnya yang sangat mempengaruhinya adalah isi
dalam intrakranial itu sendiri, yakni : otak (80%), jumlah darah ke area
intrakranial (10%) dan liquor cerebro spinal/LCS (10%).
ETIOLOGI
01 02
Peningkatan cerebral
blood volume Edema serebri

Hal ini dapat disebabkan karena


Hal ini dapat disebabkan karena penurunan tekanan sistemik yang akan
peninggian central venous pressure menimbulkan penurunan cerebral
dan vasodilatasi serebral perfusion pressure, selanjutnya akan
menurunankan cerebal blood flow
sehingga terjadi kerusakan otak.

03 04
Efek massa
Obstruksi aliran CSS
Hal ini dapat menimbulkan desakan dan
Hal ini dapat disebabkan karena efek,
peregangan mikrovaskuler akibatnya
infeksi, perdarahan trauma, dan lain-
terjadi pergeseran jaringan otak dan
lain kerusakan jaringan.
PATOFISIOLOGI
jika massa intrakranial membesar, kompensasi awal
adalah pemindahan cairan serebrospinal ke kanal
spinal. Kemampuan otak beradaptasi terhadap
meningkatnya tekanan tanpa peningkatan TIK
dinamakan compliance, perpindahan cairan
serebrospinal keluar dari kranial adalah mekanisme
kompensasi pertama dan utama, tapi lengkung
kranial dapat mengakomodasi peningkatan volume
intrakranial hanya pada satu titik. Ketika compliance
otak berlebihan, TIK meningkat, timbul gejala klinis,
dan usaha kompensasi lain untuk mengurangi
tekananpun dimulai (Black & Hawks, 2005).
MANIFESTASI KLINIS

a. Penurunan tingkat kesadaran


b. Perubahan pupil
c. Perubahan tanda-tanda vitald.
d. Disfungsi motorik dan sensorike.
e. Kelainan penglihatanf.
f. Sakit kepalah.
g. Muntah
h. Perubahan Pola pernafasanj.
i. Perubahan suhu badank.
j. Hilangnya refleks-refleks batang otakl. Papiledema
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. CT scan
2. MRI
3. Cerebral angiography
4. PET
5. SPECTn period

KOMPLIKASI:
1. Herniasi batang otak ireversible anoxia otak.
2. Diabetes Insipidus
3. Sindrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone (SIADH)
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Tn. A berusia 23 tahun mengalami penurunan kesadaran, kemudian pasien dirawat di ruang ICU pada tanggal 21 Februari 2015.
Keadaan pasien saat ini lemah, kesadaran Sopor Coma GCS: 4 E1V1M2. Pasien terpasang ventilator mekanik.Tanda Vital : TD :
135/84 mmHg, HR : 120 x/menit, RR: 25 x/mnt T: 38,5°C, SPO2 : 100%.

PENGKAJIAN
1. Identitas klien

2. Nama : Tn. A
3. Umur : 23 Tahun
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Pendidikan : Sarjana
6. Pekerjaan : Pegawai Swasta
7. Agama : Kristen
8. Alamat : Gumunggung
9. Tgl / Jam masuk : 17 Februari 2015, Jam : 22.30 WIB Tgl / Jam Pengkajian : 02 Maret 2015, Jam: 08.00 WIB Diagnosa
Medis : Meningitis
lanjutan
Identitas Penanggung jawab:
1. Nama : Ny.W
2. Umur : 56 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Kristen
5. Alamat: Pucangsawit, Jebres, Surakarta Hubungan Dengan Pasien : Bibi

2. Keluhan Utama : penurunan tingkat kesadaran


3. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang : Meningitis
b. Riwayat penyakit dahulu :
Keluarga mengatakan sejak kecil pasien sering dirawat di Rumah Sakit karena demam, tidak ada riwayat kejang. Pasien
tidak memiliki riwayat trauma kepala, hipertensi, DM, penyakit menular seperti TBC, dan hepatitis.
c. Riwayat penyakit keluarga :
Keluarga Pasien mengatakan dalam anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama seperti pasien, tidak
mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti DM, hipertensi dan asma.
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Terdapat produksi sekret di jalan nafas, klien terpasang Endotrakheal tube dan ventilator, poduksi sekret banyak, warna putih,
terdapat suara napas tambahan ronkhi.
b. Breathing
Klien terpasang Endotrakheal tube dan ventilator dengan mode SIMV-PC, FIO2: 50%, RR setting ventilator: 12, Pressure
Inspiration: 15, Volume tidal: 345, RR: 25 x/mnt. Tampak retraksi dinding dada, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan.
c. Circulation
Nadi perifer dan karotis teraba kuat, akral panas, capilary refill kembali 4 detik, TD 135/84 mmHg, N: 120 x/mnt, S: 38,5 oC, tidak
ada sianosis, tidak ada edema, Hasil pemeriksaan EKG : Sinus Takikardi.
d. Disability
Keadaan umum lemah, pasien Sopor Coma GCS: 4, E1 M2 V1, pasien tidak berespon dengan rangsangan suara, tidak berespons
terhadap rangsang nyeri, reaksi pupil terhadap cahaya (+/+), ukuran pupil (4/4).
e. Exposure/Event
Kulit teraba panas, T: 38,5°C, tidak terdapat oedema, turgor kulit baik kembali < 3 detik. Pasien dirawat di RS Jakarta selama 5 hari
dan didiagnosa saat itu mangalami penyakit typhoid. setelah pulang selama 2 hari, pasien masih mengeluh sakit kepala, dan demam.
Kemudian pasien dirawat di RS Kasih Ibu Solo. Selama perawatan masih demam 3 minggu. Pasien dirujuk ke RSUD Dr. Moewardi
Surakarta pada tanggal 17 Februari 2015. Pasien mengalami penurunan kesadaran sejak 1 minggu setelah masuk RS, kemudian
pasien dirawat di ruang ICU. Keadaan pasien saat ini lemah, kesadaran Sopor Coma GCS : 4 E1V1M2. Pasien terpasang ventilator
mekanik.Tanda Vital : TD : 135/84 mmHg, HR : 120 x/menit, RR: 25 x/mnt T: 38,5°C, SPO2 : 100%.
Pemeriksaan penunjang
Analisa data
Data Etiologi Masalah keperawatan

Ds : Reaksi peradangan jaringan serebral

DO : Infeksi/septilimia jaringan otak


Tampak retraksi dinding dada
Terdengar suara ronkhi Perubahan fisiologis intrakranial
Klien sopor coma dengan GCS: 4
E1V1M2 Peningkatan permeabilitas darah serebral Pola nafas tidak efektif
Tampak penumpukan sekret pada ET
Penurunan tingkat kesadaran
Klien terpasang ET dan ventilator
mekanik dengan mode SIMV- PC, Penurunan kemampuan batuk dan
FIO2: 50%, RR peningkatan produksi mucus
setting ventilator: 12, Pressure
Inspiration: 15, Volume tidal: 345, Pola nafas tidak efektif
RR: 25 x/mnt.
lanjutan

Ds : Reaksi peradangan jaringan serebral


Do :
Keadaan Umum: Lemah, Trombus daerah korteks
tingkat kesadaran Sopor Coma dengan
Infeksi/septikimia jaringan otak
total GCS: 4 (E1V1M2),
terdapat kaku kuduk, reflek laseque > Perubahan fisiologis intrakranial Risiko perfusi serebral tidak efektif
60°, reflek brudzinski I-II positif.
Tanda vital : Peningkatan permeabilitas darah serebral
TD : 135/84 mmHg,
HR : 120 x/menit, RR: 25 x/mnt, Risiko perfusi serebral tidak efektif
T: 38,5°C, SPO2 : 100%
Gambaran EKG sinus
Takikardi
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola napas tidak efektif b.d penurunan


tingkat kesadaran

2. Resiko perfusi serebral tidak efektif b.d


inflamasi jaringan serebral

3. Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan


pertahanan tubuh sekunder ( supresi
respon inflamasi)
RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

1 Pola nafas tidak efektif b.d Pola Napas (L.01004) Manajemen jalan napas : (I.01011)
penurunan tingkat kesadaran Observasi
(D.0005) Setelah dilakukan Tindakan - Monitor pola napas (frekuensi
keperawatan selama 3x24 jam maka kedalaman usaha napas)
pola napas membaik dengan KH : - Monitor bunyi napas tambahan

• Frekuensi napas membaik Terapeutik


• Kedalaman napas membaik - Pertahankan kepatenan jalan
• Elskursi dada membaik napas
- Posisikan semi flower atau flower
- Berikan oksigen, bila perluh

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
lanjutan
2 Risiko perfusi serebral tidak Perfusi Serebral (L.02014) Manajemen Peningkatan Tekanan
efektif ( D.0017) b.d inflamasi Intrakranial (I.09325)
jaringan serebral Setelah dilakukan Tindakan Observasi
keperawatan 3x24 jam Perfusi • Identifikasi penyebab TIK
Serebral Meningkat dengan kriteria • Monitor tanda dan gejala TIK
hasil : • Monitor status pernapasan
• Tingkat kesadaran meningkat • Monitor intake dan ouput cairan
• Tekanan intra kranial menurun Terapeutik
• Sakit kepala menurun • Minimalkan stimulus dengan
• Gelisah menurun menyediakan lingkungan yang tenang
• Demam menurun • Berikan posisi semi fowler
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian sedasi dan anti
konvulsan, jika perlu.
lanjutan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI

1 Pola napas tidak efektif b.d penurunan • Memonitor pola napas S:


tingkat kesadaran (frekuensi,kedalaman,usaha napas) O:
• Memonitor bunyi napas tambahan - Tanda vital :
• Mempertahanan kepatenan jalan napas TD : 115/64 mmHg, HR : 117 x/menit, RR:
• Memposisikan semi-fowler atau fowler 22 x/mnt, T: 38,5°C
- Klien terpasang ET dan ventilator mekanik
• Memberikan oksigen
dengan mode SIMV-PC, FIO2: 50%, RR
• Mengkolaborasi pemberian setting ventilator: 12, Pressure Inspiration:
bronkodilator,ekspektoran,mukolitik. 15, Volume tidal: 265, RR:
22 x/mnt.
- Produksi sekret banyak, kental, dan
berwarna putih
- Tampak retraksi dinding dada
A : Masalah ketidakefektifan pola napas
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor TTV dan status respirasi
- Lakukan suction pada ET
- Posisikan klien semi fowler untuk
memaksimalkan ventilasi
- Berikan terapi bronkhodilator sesuai
program
-Monitor hasil Lab Analisa Gas Darah
lanjutan
2 Risiko perfusi serebral tidak • Mengidentifikasi penyebab TIK S:-
efektif b.d inflamasi jaringan • Memonitor tanda dan gejala TIK O:
serebral • Memonitor status pernapasan - Keadaan Umum: Lemah,
• Memonitor intake dan ouput cairan - Tingkat kesadaran Sopor Coma dengan
• Meminimalkan stimulus dengan total GCS: 4 (E1V1M2),
- Tanda vital :
menyediakan lingkungan yang tenang
TD : 115/64 mmHg, HR : 117 x/menit, RR:
• memberikan posisi semi fowler 22 x/mnt, T: 38,5°C
• mengkolaborasi pemberian sedasi dan - pupil isokor, ukuran pupil: 4 mm
anti konvulsan. - Input cairan total : 2540
- Output cairan total : 2700

A : Masalah risiko perfusi serebral tidak


efektif belum teratasi

P : lanjutkan intervensi
- Monitor tanda vital dan status neurologis
- Pantau input dan output cairan
- Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK
LANJUTAN
TERIMA KASIH

You might also like