You are on page 1of 10

Pendidikan pada masa

bani Umayyah
Disusun oleh
Subhan Sidiq
SEJARAH SINGKAT BANI UMAYYAH

 Berdiri pada tahun 661 M/41 H


 Berdiri setelah pemerintahan khulafaur rasyidin
 Khalifah pertama nya bernama Umayyah ibn Abdi Syam ibn Abi Manaf.
 Dipimpin oleh 14 khalifah.
 Berpusat di kota Damaskus
 Berakhir pada tahun 750 M/132 H.
VISI,MISI,TUJUAN DAN
SASARAN PENDIDIKAN
 Visi pendidikan Bani Umayyah secara eksplisit tidak dijumpai namun dari
berbagai petunjuk bisa dijumpai,namun dari berbagai petunjuk bisa
diketahui bahwa visinya unggul dalam ilmu agama dan umum sejalan
dengan kebutuhan zaman dan masing² wilayah Islam
 Misi
A. Menyelenggarakan pendidikan agama dan umum secara seimbang
B. Melakukan penataan kelembagaan dan aspek² pendidikan Islam
C.memberikan pelayanan pendidikan pada seluruh wilayah islam secara
adil dan merata
D. Menjadikan pendidikan sebagai penopang utama kemajuan wilayah
Islam
E .memberdayakan masyarakat agar dapat memecahkan masalahnya
sesuai kemampuan sendiri
Tujuannya ialah menghasilkan sumber daya manusia yang unggul secara
seimbang dalam ilmu agama dan umum serta mampu menerapkannya bagi
kemajuan wilayah islam.
Sasarannya Seluruh umat atau warga yang terdapat di seluruh wilayah
kekuasaan islam sebagai dasar bagi dirinya dalam membangun masa depan
yang lebih baik
KURIKULUM PENDIDIKAN

Pada masa bani Umayyah, pakar pendidikan Islam menggunakan kata Al-
Maddah untuk pengertian kurikulum. Karena pada masa itu kurikulum lebih
identik dengan serangkaian mata pelajaran yang harus diberikan pada murid
dalam tingkat tertentu.
a. Kurikulum Pendidikan Rendah
Terdapat kesukaran ketika ingin membatasi mata pelajaran-mata pelajaran
yang membentuk kurikulum untuk semua tingkat pendidikan yang bermacam-
macam. Pertama, karena tidak adanya kurikulum yang terbatas, baik untuk
tingkat rendah maupun untuk tingkat penghabisan, kecuali Alquran yang
terdapat pada kurikulum. Kedua, kesukaran diantara membedakan fase-fase
pendidikan dan lamanya belajar karena tidak ada masa tertentu yang mengikat
murid-murid untuk belajar pada setiap lembaga pendidikan.Sebelum berdirinya
madrasah, tidak ada tingkatan dalam pendidikan Islam, tetapi tidak hanya satu
tingkat yang bermula di kuttab dan berakhir di diskusi halaqah. Tidak ada
kurikulum khusus yang diikuti oleh seluruh umat Islam. Di lembaga kuttab
biasanya diajarkan membaca dan menulis disamping Alquran. Kadang diajarkan
bahasa, nahwu, dan arudh.
b.Kurikulum Pendidikan Tinggi
Kurikulum pendidikan tinggi (halaqah) bervariasi tergantung pada syaikh yang
mengajar. Para murid tidak terikat untuk mempelajari mata pelajaran
tertentu, demikian juga guru tidak mewajibkan kepada mahasiswa untuk
mengikuti kurikulum tertentu. Mahasiswa bebas untuk mengikuti pelajaran di
sebuah halaqah dan berpindah dari sebuah halaqah ke halaqah yang lain,
bahkan dari satu kota ke kota lain. Pendidikan jenis ini disebut pendidikan
orang dewasa karena diberikan kepada orang banyak yang tujuan utamanya
adalah untuk mengajarkan mereka mengenai Alquran dan agama.[5] Kurikulum
pendidikan tingkat ini dibagi kepada dua jurusan, jurusan ilmu-ilmu agama (al-
ulum al-naqliyah) dan jurusan ilmu pengetahuan (al-ulum al-aqliyah).
METODE/PENDEKATAN
PENDIDIKAN
 Metode lisan
Metode lisan dapat berupa dikte, ceramah, qira’ah, dan
diskusi. Dikte (imla) adalah metode penyampaian
pengetahuan yang dianggap baik dan aman karena dengan
imla ini peserta didik mempunyai catatan yang akan
membantunya ketika ia lupa. Ceramah (al-sama’) adalah
guru menjelaskan isi suatu buku dengan hafalan, sedangkan
peserta didik mendengarkannya. Qira’ah biasanya
digunakan untuk belajar membaca. Diskusi merupakan
metode yang khas pada masa ini.
 Metode menghafal
Metode menghafal merupakan metode yang peserta
didik-peserta didik harus membaca secara berulang-ulang
pelajarannya hingga pelajaran tersebut dihafalnya.
Sehingga dalam proses selanjutnya, peserta didik harus
mengkontekstualisasikan pelajaran yang telah dihafalnya.
 Metode tulisan
Metode tulisan dapat dikatakan sebagai pengkopian
buku-buku ulama. Dalam pengkopian terjadi proses
intektualisasi hingga tingkat penguasaan ilmu peserta didik
semakin tinggi, karena dalam pengkopian tidak semata-
mata menulis saja dan melakukan telaah terhadap buku
tersebut. Metode tulisan ini juga menguntungkan
 Rihlah
Metode rihlah adalah metode mencari hadis yang
tersebar ke seluruh daerah pada masa Umar bin Abdul Aziz
karena mulai ada orang-orang menyelewengkan makna
hadis, sehingga muncul ilmu nahwu.
LEMBAGA PENDIDIKAN
a. Kuttab/ Maktab
Kuttab/ Maktab berasal dari kata dasar yang sama, yaitu kataba yang
artinya menulis. Sedangkan kataba/ maktab berarti tempat untuk
menulis, atau tempat dimana dilangsungkan kegiatan tulis menulis.
Kebanyakan para ahli pendidikan Islam sepakat bahwa keduanya
merupakan istilah yang sama dalam arti lembaga pendidikan Islam tingkat
dasar yang mengajarkan membaca dan menulis kemudian meningkat pada
pengajaran Alquran dan pengetahuan agama tingkat dasar.
b. Masjid
Semenjak berdirinya pada masa Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa
sallam, masjid telah menjadi pusat kegiatan dan informasi berbagai
masalah kaum muslimin, baik yang menyangkut pendidikan maupun sosial
ekonomi. Namun yang lebih penting adalah sebagai lembaga pendidikan.
Sebagai lembaga pendidikan masjid pada awal perkembangannya dipakai
sebagai sarana informasi dan penyampaian doktrin ajaran Islam. Peranan
masjid sebagai pusat pendidikan dan pengajaran senantiasa terbuka lebar
bagi setiap orang yang merasa dirinya tetap dan mampu untuk
memberikan atau mengajarkan ilmunya kepada orang-orang yang haus
akan ilmu pengetahuan.Pada Dinasti Bani Umayyah, masjid merupakan
tempat pendidikan tingkat menengah dan tingkat tinggi setelah khuttab.
Pelajaran yang diajarkan meliputi Al Quran, Tafsir, Hadist dan Fiqh. Juga
diajarkan kesusasteraan, sajak, gramatika bahasa, ilmu hitung dan ilmu
perbintangan.
C Majelis Sastra
Majelis sastra merupakan balai pertemuan yang disiapkan oleh khalifah
dihiasi dengan hiasan yang indah, hanya diperuntukkan bagi sastrawan dan
ulama terkemuka. Dalam balai-balai pertemuan seperti ini disediakan pokok-
pokok persoalan untuk dibicarakan, didiskusikan dan diperdebatkan.
D. Pendidikan Istana
Pendidikan yang diselenggarakan dan diperuntukkan khusus bagi anak-anak
khalifah dan para pejabat pemerintahan. Kurikulum pada pendidikan istana
diarahkan untuk memperoleh kecakapan memegang kendali pemerintahan atau hal-
hal yang ada sangkut pautnya dengan keperluan dan kebutuhan pemerintah, maka
kurikulumnya diatur oleh guru dan orang tua murid.
E. Rumah Guru
Rumah sebenarnya bukan tempat yang nyaman untuk kegiatan belajar
mengajar. Namun para ulama di zaman klasik (bani Umayyah dan bani Abbasiyah)
banyak yang mempergunakan rumahnya secara ikhlas untuk kegiatan belajar
mengajar dan pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini umumnya disebabkan
karena ulama yang bersangkutan tidak memungkinkan memberikan pelajaran di
masjid, sedangkan para pelajar banyak yang berniat untuk mempelajari ilmu
darinya.
F. Badiah
Yaitu tempat belajar bahasa Arab yang fasih dan murni. Hal ini terjadi ketika
khalifah Abdul Malik ibn Marwan memprogramkan Arabisasi maka muncul istilah
Badiah, yaitu dusun Badui di Padang Sahara mereka masih fasih dan murni sesuai
dengan kaidah bahasa Arab tersebut. Sehingga banyak khalifah yang mengirimkan
anaknya ke Badiah untuk belajar bahasa Arab bahkan ulama juga pergi ke sana di
antaranya adalah Al Khalil ibn Ahmad.
TERIMA KASIH

SEMOGA BERMANFAAT

PRESENTASI KELOMPOK 4
SUBHAN SIDIQ

You might also like