Professional Documents
Culture Documents
Kuliah 10 - PPHI (Diluar Pengadilan)
Kuliah 10 - PPHI (Diluar Pengadilan)
Email: andriko.otang@atmajaya.ac.id
D E F I N I S I P E RS E L I S I H A N H U B U N G A N
I N D U ST R I A L
• KONSILIATOR adalah seseorang atau lebih yang memenuhi syarat dan ditetapkan
oleh Menteri Ketenagakerjaan untuk melakukan konsiliasi. Pada awalnya
Konsiliator mempertemukan para pihak yang berselisih untuk berunding mengenai
permasalahannya, serta mempunya kewajiban untuk memberikan anjuran secara
tertulis kepada para pihak yang berselisih.
• ARBITER adalah seseorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak, dari daftar
arbiter yang ditetapkan oleh Menteri Ketenagakerjaan untuk memberikan putusan,
yang mana putusannya bersifat final dan mengikat.
LANDASAN HUKUM
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Hukum Materiil
3. Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 Tentang Serikat
Pekerja/Buruh
4. Peraturan Perlaksana di Bid. Ketenagakerjaan (PP, Perpres, Permenaker, Perda)
Hukum Formil
Notes:
Masing-masing perselisihan membawa konsekuensi yang
berbeda satu sama lain dalam tahap penyelesaian berikutnya.
Sumber Hukum Ketenagakerjaan
• Kaidah Otonom: Ketentuan yang dibuat oleh para pihak yang terikat dalam
suatu hubungan kerja berdasarkan pada kehendak bebas yang dibatasi oleh
peraturan perundang-undangan. Bersifat Privat (Mengandung unsur Hukum
Privat)
Ex: Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan,
Perjanjian Kerja Bersama, Kesepakatan Bipartit.
• Kaidah Heteronom: Ketentuan yang dibuat oleh pihak ketiga diluar para pihak
yang terkait dalam hubungan kerja. Pihak ketiga yang dominan membuat
ketentuan tersebut adalah Pemerintah/Negara. Bersifat publik dan wajib
(Mengandung unsur Hukum Tata Negara).
Ex: Konvensi, UU, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Menteri, Peraturan Daerah, dll.
11
Perselisihan Hak
Definisi:
Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena tidak
dipenuhinya hak, akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama
Notes:
Upaya Hukum langsung Pengadilan
Kasasi ke Mahkamah Hubungan 50 hari
Agung Industrial
Perselisihan Kepentingan
Perundingan Bipartit
Gagal Maks: 30 hari
Hasil: Risalah
Mediasi/
Konsiliasi/
Arbitrase 30 hari
Notes:
Putusan PHI Bersifat Pengadilan
Hubungan 50 hari
final dan mengikat
Industrial
Perselisihan Pemutusan Hubungan
Kerja
Perundingan Bipartit
Maks: 30 hari
Gagal Hasil: Risalah
Mediasi Konsiliasi
Perjanjian
30 hari Bersama
Notes:
Upaya Hukum langsung
Kasasi ke Mahkamah Pengadilan
Agung Hubungan 50 hari
Industrial
Perselisihan Kepentingan & Perselisihan Antar SP/SB
Dalam Satu Perusahaan
Perundingan Bipartit Maks: 30 hari
Hasil: Risalah
Gagal
Perkara
4 jenis dibawah Rp
Majelis
perselisiha SP/SB Sebagai 150 jt tidak
Hakim
n sebagai Kuasa Hukum dikenakan
Tripartit biaya perkara
Objek & eksekusi
Hukum Acara yang berlaku adalah hukum acara perdata yang b erlaku
pada pengadilan dalam lingkungan peradilan umum kecuali diatur secara
khusus (Pasal 57 UU PPHI)
Biaya Perkara
• Pasal 58 UU No. 2 Tahun 2004:
“Perkara yang gugatannya berada dibawah Rp
150 juta, tidak dikenakan biaya perkara dan
juga biaya eksekusi. “
• Perkara yang nilai gugatannya diatas Rp 150
juta, besaran biaya perkara ditentukan oleh
Ketua PHI masing-masing.
• Contoh: PHI Jakarta, Gugatan diatas Rp 150
juta, dikenakan biaya panjar perkara sebesar
Rp 1 juta.
Serikat Buruh Sebagai Kuasa Hukum
Pasal 87 UU PPHI
Penjelasan:
“Serikat Pekerja/Buruh dan organisasi “Yang dimaksud dengan Serikat
pengusaha dapat bertindak sebagai kuasa Pekerja/Buruh sebagaimana dimaksud
hukum untuk beracara di Pengadilan dalam pasal ini meliputi pengurus pada
Hubungan Industrial untuk mewakili tingkat perusahaan, tingkat
anggotanya” kabupaten/kota, tingkat provinsi, dan
Pusat baik serikat pekerja/buruh, anggota
federasi, maupun konfederasi.”
Syarat:
1. Surat Penunjukkan dari Organisasi
2. Kartu anggota dari buruh yang bersangkutan
3. Surat Pencatatan Organisasi Buruh
4. Surat Kuasa dari Buruh kepada Organisasi
Teknis Beracara di PHI
Tugas dan Wewenang PHI
1. Memeriksa dan Memutus Perkara di tingkat pertama untuk
Perselisihan Hak dan Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja
• Syarat Materiil:
- Identitas Para Pihak
- Posita
- Petitum
Identitas Para Pihak
• Pengadilan Hubungan Industrial,
mensyaratkan identitas para pihak (Penggugat
dan Tergugat), sebagai berikut:
a. Nama lengkap :
b. Kewarganegaraan :
c. Pekerjaan :
d. Alamat :
POSITA
a. Objek Gugatan, 4 macam perselisihan:
- Perselisihan Hak;
- Perselisihan Kepentingan;
- Pemutusan Hubungan Kerja;
- Perselisihan antar Serikat Buruh dalam
satu perusahaan
b. Fakta hukum
- Catatan Kronologis
- Identifikasi fakta
POSITA & PETITUM
c. Kualifikasi Perbuatan Tergugat
Perumusan mengenai perbuatan melawan
hukum lawan secara materiil maupun formil.
d. Hubungan Posita dengan Petitum
Hal yang tidak dikemukakan dalam posita
tidak dapat dimohonkan dalam petitum.
Petitum adalah Kesimpulan dari suatu gugatan
yang berisi hal-hal yang dimohonkan untuk
diputuskan oleh hakim.
PETITUM
• Kelengkapan Surat yang harus dipersiapkan
dalam menyusun gugatan:
1. Kartu keanggotaan buruh pada serikat buruh;
2. Surat pencatatan organisasi buruh;
3. Surat kuasa dari buruh kepada organisasinya;
4. Kronologis kasus;
5. Risalah mediasi/konsiliasi
6. Bukti-bukti
Dimana Gugatan Diajukan?
• Gugatan diajukan ke Pengadilan Hubungan
Industrial pada Pengadilan negeri yang daerah
Hukumnya meliputi tempat buruh bekerja.
Contoh:
Seorang buruh yang bekerja di Bekasi, maka
apabila ia berselisih, gugatan diajukan pada
wilayah hukum PHI Bandung, karena Bekasi
berada di wilayah Provinsi Jawa Barat, dan
Bandung adalah Ibu Kotanya.
Dokumen Pendukung Gugatan
• Pengajuan Gugatan harus dilampiri risalah
perundingan bipartit (dua pihak, buruh dan
pengusaha) ;
• Anjuran Mediator atau Konsiliator.
Catatan:
Tanpa risalah, PHI akan mengembalikan
Gugatan kepada Penggugat.
Proses Beracara PHI
• Proses kasus di PHI dimulai sejak gugatan
didaftarkan di PHI.