You are on page 1of 56

KULIAH 10-QR PRESENSI

Perbedaan PB dan PKB ?


Perbedaan PB PKB

Subyek Hukum Pengusaha dengan Serikat Pengusaha dan Serikat


Pekerja dan/atau Pekerja Pekerja

Substansi Kesepakatan atas obyek Syarat-syarat kerja serta


perselisihan hub. industrial hak dan kewajiban kedua
belah pihak

Pendaftaran Harus didaftarkan di PHI Didaftarkan di Disnaker


tempat dimana PB dibuat Kab/Kota setempat
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
HUBUNGAN INDUSTRIAL
(Diluar Pengadilan)
Oleh:
Andriko Otang, S.H.,M.H.
Dosen FH Unika Atma Jaya

Email: andriko.otang@atmajaya.ac.id
D E F I N I S I P E RS E L I S I H A N H U B U N G A N
I N D U ST R I A L

“Perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara


pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau
serikat pekerja/buruh karena adanya perselisihan hak, perselisihan
kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan
antar serikat pekerja/buruh dalam satu perusahaan”
Catatan:
Dalam suatu perselisihan, bisa terjadi antara dua (2) pihak yakni
pekerja/buruh dan Pengusaha, atau lebih. Kedua pihak atau lebih saling
berbeda pendapat mengenai pelaksanaan atau perlakuan hubungan kerja,
syarat-syarat kerja, dan kondisi kerja.
PPHI Sebagai Upaya Menciptakan
Harmoni
Pendekatan Proses Penyelesaian Perselisihan
hubungan Industrial:
Non-Adjudicatie (di luar pengadilan)
- Bipartit
- Tripartit (Mediasi) ; Konsiliasi ; Arbitrase
Adjudicatie (melalui pengadilan)
Berdasarkan asas: sederhana, cepat, dan murah.
DEFINISI
• Perundingan bipartit adalah perundingan antara pekerja/
buruh atau serikat pekerja/serikat buruh dengan
pengusaha untuk menyelesaikan perselisihan hubungan
industrial.
• Mediasi Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut
mediasi adalah penyelesaian perselisihan hak,
perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan
hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat
pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan
melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau
lebih mediator yang netral.
DEFINISI
• Konsiliasi Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut
konsiliasi adalah penyelesaian perselisihan kepentingan,
perselisihan pemutusan hubungan kerja atau perselisihan
antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu
perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang
atau lebih konsiliator yang netral.
• Arbitrase Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut
arbitrase adalah penyelesaian suatu perselisihan kepentingan,
dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya
dalam satu perusahaan, di luar Pengadilan Hubungan
Industrial melalui kesepakatan tertulis dari para pihak yang
berselisih untuk menyerahkan penyelesaian perselisihan
kepada arbiter yang putusannya mengikat para pihak dan
bersifat final.
PIHAK KETIGA YANG BERWENANG
• MEDIATOR adalah pegawai negeri sipil di bidang Ketenagakerjaan, yang memenuhi
syarat sebagai mediator dan ditetapkan oleh Menteri Ketenagakerjaan untuk
melakukan mediasi dan mempunyai kewajiban memberikan anjuran tertulis
kepada para pihak yang berselisih.

• KONSILIATOR adalah seseorang atau lebih yang memenuhi syarat dan ditetapkan
oleh Menteri Ketenagakerjaan untuk melakukan konsiliasi. Pada awalnya
Konsiliator mempertemukan para pihak yang berselisih untuk berunding mengenai
permasalahannya, serta mempunya kewajiban untuk memberikan anjuran secara
tertulis kepada para pihak yang berselisih.

• ARBITER adalah seseorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak, dari daftar
arbiter yang ditetapkan oleh Menteri Ketenagakerjaan untuk memberikan putusan,
yang mana putusannya bersifat final dan mengikat.
LANDASAN HUKUM
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

1. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan


2. Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja

Hukum Materiil
3. Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 Tentang Serikat
Pekerja/Buruh
4. Peraturan Perlaksana di Bid. Ketenagakerjaan (PP, Perpres, Permenaker, Perda)

Hukum Formil

4. Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 Tentang


Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial - HIR
Perselisihan Hubungan Industrial
Undang-Undang No. 2 Tahun 2004
membagi perselisihan hubungan industrial menjadi
4 macam.

Perselisihan Perselisihan antar


Perselisihan Perselisihan
Pemutusan SP/SB dalam 1
Hak Kepentingan
Hubungan Kerja perusahaan

Notes:
Masing-masing perselisihan membawa konsekuensi yang
berbeda satu sama lain dalam tahap penyelesaian berikutnya.
Sumber Hukum Ketenagakerjaan
• Kaidah Otonom: Ketentuan yang dibuat oleh para pihak yang terikat dalam
suatu hubungan kerja berdasarkan pada kehendak bebas yang dibatasi oleh
peraturan perundang-undangan. Bersifat Privat (Mengandung unsur Hukum
Privat)
Ex: Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan,
Perjanjian Kerja Bersama, Kesepakatan Bipartit.

• Kaidah Heteronom: Ketentuan yang dibuat oleh pihak ketiga diluar para pihak
yang terkait dalam hubungan kerja. Pihak ketiga yang dominan membuat
ketentuan tersebut adalah Pemerintah/Negara. Bersifat publik dan wajib
(Mengandung unsur Hukum Tata Negara).
Ex: Konvensi, UU, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Menteri, Peraturan Daerah, dll.

11
Perselisihan Hak
Definisi:
Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena tidak
dipenuhinya hak, akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama

Contoh: Berdasarkan perjanjian kerja upah buruh adalah Rp 10 jt,


pada suatu saat upahnya hanya dibayarkan sebesar Rp 7,5 jt.
Maka terjadilah perselisihan hak berupa tuntutan pembayaran
upah sebesar Rp 2,5 juta lagi.
Perselisihan Kepentingan
Definisi:
Perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan
kerja karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan
dan/atau perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.

Contoh: Tuntutan serikat buruh akan kenaikan upah sebesar 20%


diatas upah minimun kabupaten/kota dalam proses perundingan
perjanjian kerja bersama.
Perselisihan Pemutusan Hubungan
Kerja
Definisi:
Perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai
pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak

Contoh: Pekerja/Buruh menolak untuk diputuskan hubungan


kerjanya, karena PHK sepihak yang dilakukan perusahaandan
dianggap tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan
yang berlaku.
Perselisihan Antar
Serikat Pekerja/Buruh
Definisi:
Perselisihan antar serikat pekerja/buruh dengan serikat pekerja/buruh lain
hanya dalam satu perusahaan, karena tidak ada kesesuaian pendapat mengenai
keanggotaan, pelaksanaan hak dan kewajiban keserikatpekerjaan.

Contoh: Perselisihan antara serikat pekerja/buruh yang berhak


mewakili kaum pekerja/buruh dalam perundingan perjanjian kerja
bersama.
PERUNDINGAN BIPARTIT
• Perselisihan hubungan industrial wajib diupayakan penyelesaiannya terlebih
dahulu melalui perundingan bipartit secara musyawarah untuk mencapai
mufakat. (Pasal 3 ayat (1) UU No. 2/2004)
• Setiap perundingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 harus dibuat
risalah yang ditandatangani oleh para pihak. (Pasal 3 ayat (1) UU No.
2/2004)
• Risalah perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-
kurangnya memuat :
- Nama lengkap dan alamat para pihak;
- Tanggal dan tempat perundingan;
- Pokok masalah atau alasan perselisihan;
- Pendapat para pihak;
- Kesimpulan atau hasil perundingan; dan
- tanggal serta tanda tangan para pihak yang melakukan perundingan.
PERUNDINGAN BIPARTIT
• Dalam hal musyawarah dalam perundingan bipartit dapat mencapai
kesepakatan penyelesaian, maka dibuat Perjanjian Bersama yang
ditandatangani oleh para pihak.
• Perjanjian Bersama tersebut bersifat mengikat dan menjadi hukum
serta wajib dilaksanakan oleh para pihak.
• Perjanjian Bersama wajib didaftarkan oleh para pihak yang melakukan
perjanjian pada Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan
Negeri di wilayah para pihak mengadakan Perjanjian Bersama.
• Perjanjian Bersama yang telah didaftar, diberikan akta bukti
pendaftaran Perjanjian Bersama dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Perjanjian Bersama.
• Apabila Perjanjian Bersama tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak,
maka pihak yang dirugikan dapat mengajukan permohonan eksekusi
kepada Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di
wilayah Perjanjian Bersama didaftar untuk mendapat penetapan
eksekusi.
PENYELESAIAN MELALUI MEDIASI
• Penyelesaian perselisihan melalui mediasi dilakukan oleh mediator yang
berada di setiap kantor instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan Kabupaten/ Kota.
• Dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima
pelimpahan penyelesaian perselisihan, mediator harus sudah mengadakan
penelitian tentang duduknya perkara dan segera mengadakan sidang
mediasi.
• Mediator dapat memanggil saksi atau saksi ahli untuk hadir dalam sidang
mediasi guna diminta dan didengar keterangannya.
• Barang siapa yang diminta keterangannya oleh mediator guna
penyelesaian perselisihan hubungan industrial berdasarkan undang-
undang ini, wajib memberikan keterangan termasuk membukakan buku
dan memperlihatkan surat-surat yang diperlukan.
PENYELESAIAN MELALUI MEDIASI
• Dalam hal tercapai kesepakatan penyelesaian
perselisihan hubungan industrial melalui
mediasi, maka dibuat Perjanjian Bersama yang
ditandatangani oleh para pihak dan disaksikan
oleh mediator serta didaftar di Pengadilan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri
di wilayah hukum pihak- pihak mengadakan
Perjanjian Bersama untuk mendapatkan akta
bukti pendaftaran.
PENYELESAIAN MELALUI MEDIASI
• Dalam hal tidak tercapai kesepakatan penyelesaian perselisihan hubungan
industrial melalui mediasi, maka:
a. mediator mengeluarkan anjuran tertulis;
b. anjuran tertulis dalam waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja
sejak sidang mediasi pertama harus sudah disampaikan kepada para pihak;
c. para pihak harus sudah memberikan jawaban secara tertulis kepada
mediator yang isinya menyetujui atau menolak anjuran tertulis dalam waktu
selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima anjuran
tertulis;
d. pihak yang tidak memberikan pendapatnya dianggap menolak anjuran
tertulis;
e. Dalam hal para pihak menyetujui anjuran tertulis, maka dalam waktu
selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak anjuran tertulis disetujui,
mediator harus sudah selesai membantu para pihak membuat Perjanjian
Bersama untuk kemudian didaftar di Pengadilan Hubungan Industrial pada
Pengadilan Negeri di wilayah hukum pihak-pihak mengadakan Perjanjian
Bersama untuk mendapatkan akta bukti pendaftaran.
PENYELESAIAN MELALUI MEDIASI
• Dalam hal anjuran tertulis ditolak oleh salah satu pihak
atau para pihak, maka para pihak atau salah satu pihak
dapat melanjutkan penyelesaian perselisihan ke
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri
setempat.
• Penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilaksanakan dengan pengajuan gugatan oleh
salah satu pihak di Pengadilan Hubungan Industrial pada
Pengadilan Negeri setempat.
• Mediator menyelesaikan tugasnya dalam waktu
selambat- lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung
sejak menerima pelimpahan penyelesaian perselisihan
PENYELESAIAN MELALUI KONSILIASI
• Penyelesaian perselisihan melalui konsiliasi dilakukan oleh konsiliator yang
terdaftar pada kantor instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan Kabupaten/Kota.
• Penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan
kerja atau perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam
satu perusahaan melalui konsiliasi dilakukan oleh konsiliator yang wilayah
kerjanya meliputi tempat pekerja/buruh bekerja.
• Penyelesaian oleh konsiliator sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
dilaksanakan setelah para pihak mengajukan permintaan penyelesaian
secara tertulis kepada konsiliator yang ditunjuk dan disepakati oleh para
pihak.
• Para pihak dapat mengetahui nama konsiliator yang akan dipilih dan
disepakati dari daftar nama konsiliator yang dipasang dan diumumkan
pada kantor instansi Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan setempat.
PENYELESAIAN MELALUI KONSILIASI
• Dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima
permintaan penyelesaian perselisihan secara tertulis, konsiliator harus
sudah mengadakan penelitian tentang duduknya perkara dan selambat-
lambatnya pada hari kerja kedelapan harus sudah dilakukan sidang
konsiliasi pertama.
• Konsiliator dapat memanggil saksi atau saksi ahli untuk hadir dalam sidang
konsiliasi guna diminta dan didengar keterangannya.
• Barang siapa yang diminta keterangannya oleh konsiliator guna
penyelesaian perselisihan hubungan industrial berdasarkan undang-
undang ini, wajib memberikan keterangan termasuk membukakan buku
dan memperlihatkan surat-surat yang diperlukan.
• Dalam hal tercapai kesepakatan penyelesaian perselisihan hubungan
industrial melalui konsiliasi, maka dibuat Perjanjian Bersama yang
ditandatangani oleh para pihak dan disaksikan oleh konsiliator dan
didaftar di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di
wilayah hukum pihak-pihak mengadakan Perjanjian Bersama untuk
mendapatkan akta bukti pendaftaran.
PENYELESAIAN MELALUI KONSILIASI
• Dalam hal tidak tercapai kesepakatan penyelesaian perselisihan hubungan
industrial melalui konsiliasi, maka :
– konsiliator mengeluarkan anjuran tertulis;
– anjuran tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf a dalam
– waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak sidang
konsiliasi pertama harus sudah disampaikan kepada para pihak;
– para pihak harus sudah memberikan jawaban secara tertulis kepada
konsiliator yang isinya menyetujui atau menolak anjuran tertulis dalam
waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima
anjuran tertulis;
– pihak yang tidak memberikan pendapatnya sebagaimana dimaksud
pada huruf c dianggap menolak anjuran tertulis;
• Dalam hal anjuran tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2)
huruf a ditolak oleh salah satu pihak atau para pihak, maka salah satu
pihak atau para pihak dapat melanjutkan penyelesaian perselisihan ke
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri setempat.
PENYELESAIAN MELALUI ARBITRASE
• Penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui arbitrase meliputi
perselisihan kepentingan dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh
hanya dalam satu perusahaan.
• Penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui arbiter dilakukan atas dasar
kesepakatan para pihak yang berselisih.
• Kesepakatan para pihak yang berselisih sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dinyatakan secara tertulis dalam surat perjanjian arbitrase,
• Dalam hal para pihak telah menandatangani surat perjanjian arbitrase, para pihak
berhak memilih arbiter dari daftar arbiter yang ditetapkan oleh Menteri.
• Para pihak yang berselisih dapat menunjuk arbiter tunggal atau beberapa arbiter
(majelis) dalam jumlah gasal sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang.
• Penunjukan arbiter sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4) dilakukan
secara tertulis.
• Dalam hal para pihak tidak sepakat untuk menunjuk arbiter baik tunggal maupun
beberapa arbiter (majelis) dalam jumlah gasal sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2), maka atas permohonan salah satu pihak Ketua Pengadilan dapat mengangkat
arbiter dari daftar arbiter yang ditetapkan oleh Menteri.
PENYELESAIAN MELALUI ARBITRASE
• Arbiter yang bersedia untuk ditunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (8)
membuat perjanjian penunjukan arbiter dengan para pihak yang berselisih.
• Perjanjian penunjukan arbiter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-
kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut :
– nama lengkap dan alamat atau tempat kedudukan para pihak yang berselisih dan
arbiter;
– pokok-pokok persoalan yang menjadi perselisihan dan yang diserahkan kepada
arbiter untuk diselesaikan dan diambil keputusan;
– biaya arbitrase dan honorarium arbiter;
– pernyataan para pihak yang berselisih untuk tunduk dan menjalankan keputusan
arbitrase;
– tempat, tanggal pembuatan surat perjanjian, dan tanda
– tangan para pihak yang berselisih dan arbiter;
– pernyataan arbiter atau para arbiter untuk tidak melampaui kewenangannya
dalam penyelesaian
– perkara yang ditanganinya; dan
– tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah atau
– semenda sampai dengan derajat kedua dengan salah satu pihak yang berselisih.
PENYELESAIAN MELALUI ARBITRASE
• Arbiter wajib menyelesaikan perselisihan hubungan industrial dalam waktu
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sejak penandatanganan surat
perjanjian penunjukan arbiter.
• Pemeriksaan perselisihan hubungan industrial oleh arbiter atau majelis arbiter
dilakukan secara tertutup kecuali para pihak yang berselisih menghendaki lain.
• Dalam sidang arbitrase, para pihak yang berselisih dapat diwakili oleh kuasanya
dengan surat kuasa khusus.
• Penyelesaian perselisihan hubungan industrial oleh arbiter harus diawali dengan
upaya mendamaikan kedua belah pihak yang berselisih.
• Akta Perdamaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) didaftarkan di Pengadilan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah arbiter mengadakan
perdamaian.
• Putusan arbitrase mempunyai kekuatan hukum yang mengikat para pihak yang
berselisih dan merupakan putusan yang bersifat akhir dan tetap.
• Putusan arbitrase sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didaftarkan di Pengadilan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah arbiter menetapkan putusan.
PENYELESAIAN MELALUI ARBITRASE
• Terhadap putusan arbitrase, salah satu pihak dapat mengajukan
permohonan pembatalan kepada Mahkamah Agung dalam waktu selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sejak ditetapkannya putusan arbiter.
a) surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah putusan
dijatuhkan, diakui atau dinyatakan palsu;
b) setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat menentukan, yang
disembunyikan oleh pihak lawan;
c) putusan diambil dari tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam
pemeriksaan perselisihan;
d) putusan melampaui kekuasaan arbiter hubungan industrial; atau
e) putusan bertentangan dengan peraturan perundang- undangan.
• Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikabulkan,
Mahkamah Agung menetapkan akibat dari pembatalan baik seluruhnya atau
sebagian putusan arbitrase.
• Perselisihan hubungan industrial yang sedang atau telah diselesaikan melalui
arbitrase tidak dapat diajukan ke Pengadilan Hubungan Industrial.
Penyelesaian Perselisihan Hub. Industrial
Mekanisme Berjenjang
Perselisihan Hak
Perundingan Bipartit
Perselisihan Gagal Maks: 30 hari
hubungan industrial
Hasil: Risalah
wajib diupayakan
penyelesaiannya
terlebih dahulu
melalui perundingan
bipartit secara
musyawarah untuk Mediasi
mencapai mufakat. 30 hari
Pasal 3 ayat (1) UU No. 2/2004

Notes:
Upaya Hukum langsung Pengadilan
Kasasi ke Mahkamah Hubungan 50 hari
Agung Industrial
Perselisihan Kepentingan
Perundingan Bipartit
Gagal Maks: 30 hari
Hasil: Risalah

Mediasi/
Konsiliasi/
Arbitrase 30 hari

Notes:
Putusan PHI Bersifat Pengadilan
Hubungan 50 hari
final dan mengikat
Industrial
Perselisihan Pemutusan Hubungan
Kerja
Perundingan Bipartit
Maks: 30 hari
Gagal Hasil: Risalah

Mediasi Konsiliasi

Perjanjian
30 hari Bersama
Notes:
Upaya Hukum langsung
Kasasi ke Mahkamah Pengadilan
Agung Hubungan 50 hari
Industrial
Perselisihan Kepentingan & Perselisihan Antar SP/SB
Dalam Satu Perusahaan
Perundingan Bipartit Maks: 30 hari
Hasil: Risalah

Gagal

Mediasi Konsiliasi Arbitrase


Perjanjian Akta
Bersama Perdamaian
30 hari 30 hari

Pengadilan Hubungan Industrial


Notes: Putusan akhir bersifat final dan
50 hari Putusan Arbiter
mengikat
MATRIKS PERBANDINGAN PPHI
MEDIATOR KONSILIASI ARBITRASE

STATUS ASN pada Dinas Tenaga Privat Privat


Kerja

TIPE RESOLUSI Wajib jika tidak memilih Pilihan Pilihan

JENIS - Hak - Kepentingan - Kepentingan


SENGKETA - Kepentingan - PHK - Antar SP/SB
- PHK - Antar SP/SB
- Antar SP/SB

HASIL - Perjanjian Bersama - Perjanjian Bersama - Akta Perdamaian


AKHIR - Rekomendasi - Rekomendasi - Putusan Arbitrase
(Anjuran) (Anjuran)

JANGKA 30 hari 30 hari 30 hari


WAKTU

YURISDIKSI Kabupaten/ Provinsi Seluruh Indonesia


kota
Terima Kasih
MATRIKS PERBANDINGAN PPHI
MEDIATOR KONSILIASI ARBITRASE PHI MA

STATUS ASN pada Dinas Privat Privat - Hakim - Hakim Karir


Tenaga Kerja Karir - Hakim Adhoc
- Hakim
Adhoc

TIPE Wajib jika tidak Pilihan Pilihan Wajib Wajib


RESOLUSI memilih

JENIS - Hak - Kepentingan - Kepentingan Tingkat Tahap Akhir:


SENGKETA - Kepentingan - PHK - Antar SP/SB Pertama: - Hak
- PHK - Antar SP/SB - Hak - PHK
- Antar SP/SB - Kepentinga - Pelaksanaan
n Putusan
- PHK Arbitrase
- Antar
SP/SB

HASIL - Perjanjian - Perjanjian - Putusan Putusan Putusan


AKHIR Bersama Bersama Arbitrase
- Rekomendasi - Rekomendasi
(Anjuran) (Anjuran)

JANGKA 30 hari 30 hari 30 hari 50 hari 50 hari


WAKTU

YURISDIKSI Kabupaten/ Provinsi Seluruh Indonesia Provinsi Seluruh


kota Indonesia
‘KEKHUSUSAN’
Pengadilan Hubungan Industrial
(Pasal 55 UU PPHI)

Perkara
4 jenis dibawah Rp
Majelis
perselisiha SP/SB Sebagai 150 jt tidak
Hakim
n sebagai Kuasa Hukum dikenakan
Tripartit biaya perkara
Objek & eksekusi

Hukum Acara yang berlaku adalah hukum acara perdata yang b erlaku
pada pengadilan dalam lingkungan peradilan umum kecuali diatur secara
khusus (Pasal 57 UU PPHI)
Biaya Perkara
• Pasal 58 UU No. 2 Tahun 2004:
“Perkara yang gugatannya berada dibawah Rp
150 juta, tidak dikenakan biaya perkara dan
juga biaya eksekusi. “
• Perkara yang nilai gugatannya diatas Rp 150
juta, besaran biaya perkara ditentukan oleh
Ketua PHI masing-masing.
• Contoh: PHI Jakarta, Gugatan diatas Rp 150
juta, dikenakan biaya panjar perkara sebesar
Rp 1 juta.
Serikat Buruh Sebagai Kuasa Hukum
Pasal 87 UU PPHI
Penjelasan:
“Serikat Pekerja/Buruh dan organisasi “Yang dimaksud dengan Serikat
pengusaha dapat bertindak sebagai kuasa Pekerja/Buruh sebagaimana dimaksud
hukum untuk beracara di Pengadilan dalam pasal ini meliputi pengurus pada
Hubungan Industrial untuk mewakili tingkat perusahaan, tingkat
anggotanya” kabupaten/kota, tingkat provinsi, dan
Pusat baik serikat pekerja/buruh, anggota
federasi, maupun konfederasi.”

Syarat:
1. Surat Penunjukkan dari Organisasi
2. Kartu anggota dari buruh yang bersangkutan
3. Surat Pencatatan Organisasi Buruh
4. Surat Kuasa dari Buruh kepada Organisasi
Teknis Beracara di PHI
Tugas dan Wewenang PHI
1. Memeriksa dan Memutus Perkara di tingkat pertama untuk
Perselisihan Hak dan Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja

2. Memeriksa dan Memutus Perkara di tingkat pertama dan


terakhir untuk perselisihan Kepentingan dan Perselisihan antara
serikat buruh dalam satu perusahaan

Hukum Acara Perdata


1. Gugatan : Gugatan disampaikan secara lengkap dan jelas mengenai
identitas para pihak yang berperkara.
2. Posita : dalil-dalil yang konkret tentang adanya hubungan hukum yang
merupakan dasar serta alasan-alasan gugatan.
3. Petitum : Jelas tuntutan dalam gugatan
Gugatan
• Syarat Formil:
- Tempat dan tanggal pembuatan surat gugatan;
- Tanda tangan si penggugat

• Syarat Materiil:
- Identitas Para Pihak
- Posita
- Petitum
Identitas Para Pihak
• Pengadilan Hubungan Industrial,
mensyaratkan identitas para pihak (Penggugat
dan Tergugat), sebagai berikut:
a. Nama lengkap :
b. Kewarganegaraan :
c. Pekerjaan :
d. Alamat :
POSITA
a. Objek Gugatan, 4 macam perselisihan:
- Perselisihan Hak;
- Perselisihan Kepentingan;
- Pemutusan Hubungan Kerja;
- Perselisihan antar Serikat Buruh dalam
satu perusahaan
b. Fakta hukum
- Catatan Kronologis
- Identifikasi fakta
POSITA & PETITUM
c. Kualifikasi Perbuatan Tergugat
Perumusan mengenai perbuatan melawan
hukum lawan secara materiil maupun formil.
d. Hubungan Posita dengan Petitum
Hal yang tidak dikemukakan dalam posita
tidak dapat dimohonkan dalam petitum.
Petitum adalah Kesimpulan dari suatu gugatan
yang berisi hal-hal yang dimohonkan untuk
diputuskan oleh hakim.
PETITUM
• Kelengkapan Surat yang harus dipersiapkan
dalam menyusun gugatan:
1. Kartu keanggotaan buruh pada serikat buruh;
2. Surat pencatatan organisasi buruh;
3. Surat kuasa dari buruh kepada organisasinya;
4. Kronologis kasus;
5. Risalah mediasi/konsiliasi
6. Bukti-bukti
Dimana Gugatan Diajukan?
• Gugatan diajukan ke Pengadilan Hubungan
Industrial pada Pengadilan negeri yang daerah
Hukumnya meliputi tempat buruh bekerja.
Contoh:
Seorang buruh yang bekerja di Bekasi, maka
apabila ia berselisih, gugatan diajukan pada
wilayah hukum PHI Bandung, karena Bekasi
berada di wilayah Provinsi Jawa Barat, dan
Bandung adalah Ibu Kotanya.
Dokumen Pendukung Gugatan
• Pengajuan Gugatan harus dilampiri risalah
perundingan bipartit (dua pihak, buruh dan
pengusaha) ;
• Anjuran Mediator atau Konsiliator.

Catatan:
Tanpa risalah, PHI akan mengembalikan
Gugatan kepada Penggugat.
Proses Beracara PHI
• Proses kasus di PHI dimulai sejak gugatan
didaftarkan di PHI.

• Proses Pemeriksaan kasus, dibagi menjadi 2:


1. Pemeriksaan dengan acara biasa ;
2. Pemeriksaan dengan acara cepat.
Pemeriksaan Acara Biasa
Urutan Acara Sidang PHI
Penggugat Tergugat
1. Gugatan 2. Jawaban
3. Replik 4. Duplik
5. Pengajuan dan Pemeriksaan 6. Pengajuan dan Pemeriksaan
bukti-bukti tertulis bukti-bukti tertulis

7. Pengajuan dan Pemeriksaan 8. Pengajuan dan Pemeriksaan


Saksi Saksi
9. Kesimpulan 10. Kesimpulan
Putusan Majelis Hakim
Gugat Balik / Rekonvensi
• Gugat balik / Rekonvensi diajukan oleh
Tergugat bersamaan dengan penyampaian
jawaban atas gugatan.
• Tergugat Awal  “Penggugat Rekonvensi”
• Penggugat Awal  “Tergugat Rekonvensi”
Notes:
Majelis Hakim Memerika seolah-olah ada dua gugatan, yaitu
Gugatan awal dan gugatan Rekonvensi. Majelis Hakim bisa
mendukung salah satu gugatan tersebut, dan dibacakan dalam
Putusan Biasa.
Putusan Sela
“Putusan Sela adalah Putusan
Majelis Hakim yang dihasilkan di
tengah-tengah jalannya proses
peradilan. “

Fungsi Putusan Sela:


Menjamin agar hak-hak buruh tetap dapat diterima selama proses
persidangan berlangsung.

Putusan Sela: diberikan setelah tahap Jawaban atas Gugatan, meski


bisa juga Majelis Hakim berpendapat untuk memutuskannya di
akhir persidangan bersama dengan putusan akhir.
Hasil Putusan
• Terdapat 3 (Tiga) kemungkinan hasil putusan
Majelis hakim, yaitu:
1. Gugatan Tidak Dapat Diterima (Niet
Ontkvankelijk, N.O)
2. Gugatan Ditolak
3. Gugatan Dikabulkan
Ad. 1 Gugatan Tidak Dapat
Diterima
• Gugatan dinilai tidak memenuhi syarat-syarat
formil (kelengkapan) sebagai gugatan.

• Terhadap putusan ini dapat diajukan Gugatan


kembali dengan memperbaiki berkas dan
rumusan dalam gugatan.
Ad.2 Gugatan Ditolak
• Dalil dalam Gugatan yang diajukan oleh
penggugat dianggap lebih lemah daripada dalil
yang disampaikan oleh pihak Tergugat.
• Upaya Hukum: Kasasi ke Mahkamah Agung
• Kasasi disampaikan kepada Sub-Kepaniteraan
PHI yang memutus perkara.
• Berkas harus dikirim paling lambat 14 hari
sejak penerimaan permohonan kasasi.
Ad.3 Gugatan Dikabulkan
• Dalil pihak Penggugat dalam Gugatan yang
diajukannya dianggap lebih kuat daripada dalil
yang disampaikan oleh pihak tergugat.
• Atas putusan ini, Serikat Buruh, misal sebagai
Penggugat, dapat mengajukan permohonan
eksekusi pada Pengadilan Negeri tempat
perkara diputus apabila Tergugat tidak
mengajukan upaya hukum.
Terima Kasih

You might also like