You are on page 1of 15

Kelompok 8

Annisa Dewita
P
Ranti Eka P
Regita
S eptiany
Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani autos
yang berarti sendiri dan namos yang berarti
Undang-undang atau aturan. Dengan demikian
otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan
untuk mengatur dan mengurus rumah tangga
sendiri (Bayu Suryaninrat; 1985)
1.meningkatkan
pelayanan kepada 4. mewujudkan pemerataan daerah
para masyarakat 5.memelihara hubungan yang serasi dan
2.mengembangkan baik
kehiduan 6. mendorong upaya pemberdayaan
masyarakat yang masyarakat
didasari oleh 7.menumbuhkan prakarsa sekaligus kreativitas
demokrasi
3.mewujudkan
keadilan
1.Prinsip otonomi seluas-luasnya
2.Prinsip otonomi nyata
3.Prinsip otonomi yang bertanggung jawab
1.Asas Desentralisasi
2.Asas Dekonsentrasi
3.Tugas Pembantuan
Adapun landasan atau dasar hukum dari penerapan otonomi daerah adalah sebagai berikut:
a)Undang Undang Dasar Tahun 1945 Amandemen ke-2, terdiri dari: Pasal 18 Ayat 1 sampai
7, Pasal 18 A ayat 1 dan 2 dan Pasal 18 B ayat 1 dan 2.
b) Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 mengenai Penyelenggaraan Otonomi Daerah.
c)Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam
Penyelenggaraan Otonomi Daerah.
d) Undang Undang No. 32 Tahun 20 04 tentang Pemerintahan Daerah.
e)Undang Undang No. 33 Tahun 2 00 4 mengenai Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Daerah dan Pusat
Dampak Negatif
Dampak Positif
1)Koordinasi antar daerah jadi berkurang,
Dampak positif dari otonomi
karena tiap daerah sibuk mengurusi
daerah yaitu dengan otonomi
daerah masing- masing.
daerah pemerintah daerah akan
mendapatkan kesempatan untuk 2)Kepentingan daerah bisa jadi lebih
menampilkan dan diutamakan dibandingkan dengan
mengembangkan kekayaan lokal kepentingan nasional.
yang ada di daerahnya 3)Daerah yang miskin atau kurang mampu
menjadi lebih lambat untuk dapat
berkembang.
Dalam otonomi daerah, anggaran daerah menjadi pintu yang paling
mungkin bagi setiap wilayah untuk mendinamiskan kegiatan
pembangunan daerah melalui alokasi anggaran yang tepat.
Maraknya kasus korupsi yang justru dilakukan aparatur negara, dari
gubernur, bupati, wali kota, anggota DPRD, hingga pejabat dinas
Good Governance adalah suatu peyelenggaraan manajemen pembangunan
yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi
dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi dan
pencegahan korupsi baik secara politik maupun secara administratif
menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan politican
framework bagi tumbuhnya aktifitas usaha
1.Partisipasi Masyarakat
2.Tegaknya S upremasi Hukum
3.Transparasi
4.Peduli Pada
S takeholder/Dunia
5.Berorientasi kepada
Konsensus
6.Kesetaraan
7.Efektifitas dan efisiensi
8.Akuntabilitas
9.Visi S trategis
GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA SENDIRI MULAI BENAR-
BENAR DIRINTIS DAN DITERAPKAN SEJAK MELETUSNYA ERA
REFORMASI YANG DIMANA PADA ERA TERSEBUT TELAH
TERJADI PEROMBAKAN SISTEM PEMERINTAHAN YANG
MENUNTUT PROSES DEMOKRASI YANG BERSIH SEHINGGA GOOD
GOVERNANCE MERUPAKAN SALAH SATU ALAT REFORMASI
YANG MUTLAK DITERAPKAN DALAM PEMERINTAHAN BARU.
1.Integritas Pelaku Pemerintahan Peran pemerintah yang sangat berpengaruh, maka integritas dari para pelaku
pemerintahan cukup tinggi tidak akan terpengaruh walaupun ada kesempatan untuk melakukan penyimpangan
misalnya korupsi.
2.Kondisi Politik dalam Negeri jangan menjadi dianggap lumrah setiap hambatan dan masalah yang dihadirkan oleh politik.
Bagi terwujudnya good governance konsep politik yang tidak/kurang demokratis yang berimplikasi pada berbagai
persoalan di lapangan. Maka tentu harus segera dilakukan perbaikan.
3. Kondisi Ekonomi Masyarakat Krisis ekonomi bisa melahirkan berbagai masalah sosial yang bila tidak
teratasi akan mengganggu kinerja pemerintahan secara menyeluruh.
4. Kondisi Sosial Masyarakat Masyarakat yang solid dan berpartisipasi aktif akan sangat menentukan berbagai
kebijakan pemerintahan.
5.Sistem Hukum menjadi bagian yang tidak terpisahkan disetiap penyelenggaraan negara.

You might also like