You are on page 1of 17

MANAJEMEN

KUALITAS
(EKMA4265)

MODUL 4
KEPEMIMPINAN KUALITAS
Kelompok 3 :
1. Shalahuddin al ayyubi
2. Trinika Resmeiwati
3. Rosyim
4. Yani wahyudi
5. Suhandy Eka Wahyu Putro
Kegiatan Belajar 1
Kepemimpinan Dalam Manajemen Kualitas
A. KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN KUALITAS

Kepemimpinan merupakan salah satu aspek yang penting dan


menjadi nilai kunci dalam manajemen kualitas.

Tujuan kepemimpinan dalam manajemen kualitas ini adalah untuk


meningkatkan performansi manusia dan mesin, memperbaiki kualitas
yang ada, meningkatkan output dan produktivitas, dan secara simultan
mampu menciptakan kebanggaan kerja bagi para karyawan (Gaspersz,
2001).

Idealnya, gaya kepemimpinan yang digunakan dalam manajemen


kualitas adalah gaya kepemimpinan transformasional (transformational
leadership) dan gaya kepemimpinan visioner (visionary leadership).
A. KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN KUALITAS LANJUTAN

Oakland (1994) mengidentifikasi adanya lima hal yang harus diketahui


pimpinan dalam melaksanakan manajemen kualitas, khususnya Total Quality
Management (TQM) yaitu :
1) Mengenal para pelanggannya dan menemukan kebutuhan mereka
2) Menyusun standar yang konsisten dengan kebutuhan dan harapan
pelanggan
3) Melaksanakan pengendalian proses dan sistem dan memperbaiki
kemampuannya
4) Tanggung jawab pimpinan dalam menyusun filosofi, kebijakan kualitas,
dan menyediakan motivasi melalui kepemimpinan dan menyiapkan
personil yang mampu mencapai sasaran kualitas
5) Pemberdayaan personil pada seluruh level dalam organisasi untuk
melaksanakan perbaikan kualitas
A. KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN KUALITAS
LANJUTAN

Menurut Oakland (1994), terdapat 10 elemen proses dalam mewujudkan


kepemimpinan kualitas yaitu :
1. Mendemonstrasikan kepemimpinan
2. Membangun kesadaran
3. Keterbukaan lini komunikasi
4. Menciptakan dorongan untuk mencapai tujuan
5. Fokus pada pelanggan
6. Pengembangan kerja tim
7. Memberikan dukungan, pelatihan, dan pendidikan
8. Membangun tanggapan dan kepercayaan
9. Menciptakan lingkungan yang mempromosikan continuous improvement
10.Menggunakan tim yang melaksanakan proses
B. KEPEMIMPINAN DAN KERJA TIM DALAM TQM

Dalam perkembangannya, kerja tim (teamwork) juga mengalami perkembangan


dan perubahan, dari Functional Team, ke Cross-Functional Team, lalu ke Self-
Directed Team. Perkembangan ini juga sejalan dengan perkembangan kebutuhan
akan kepemimpinan dalam tim tersebut. Hal ini dapat digambarkan seperti
Gambar 4.1
B. KEPEMIMPINAN DAN KERJA TIM DALAM TQM LANJUTAN

TQM menghendaki pimpinan yang tangguh. Menurut Oakland (1994), pemimpin


yang tangguh tersebut memiliki karakteristik yang antara lain:
1. Mempunyai semangat misi yaitu mampu mempromosikan misi organisasi dengan
filosofi TQM ke luar organisasi.
2. Mempunyai target yaitu target untuk selalu mengadakan continuous quality
improvement dengan perbaikan proses.
3. Komitmen terhadap mutu, yang harus dimulai dari pimpinan dan disebarluaskan
kepada para bawahan atau anak buahnya.
4. Mendukung perubahan. Pemimpin organisasi yang menganut filosofi TQM
memang harus berani mengadakan perubahan dan berani menghadapi resiko
dari perubahan-perubahan tersebut.
5. Mampu mengadakan kontak dengan pelanggan. Pelanggan adalah segalanya bagi
organisasi atau perusahaan. Tanpa mereka, apa yang telah dilakukan perusahaan
akan sia-sia. Pimpinan harus mampu menjadi juru bicara dengan pelanggan dan
mendekatkan organisasi atau perusahaan dengan para pelanggan.
B. KEPEMIMPINAN DAN KERJA TIM DALAM TQM
LANJUTAN

Menurut Oakland (1994), beberapa hal yang harus mendapat perhatian dalam
kerja tim tersebut antara lain:
1. Adanya kesepakatan dalam tujuan tim. Tim dapat bekerja secara efektif bila ada
kesepakatan dan kerja sama dalam mencapai tujuan atau sasaran tim tersebut.
2. Ketaatan anggota terhadap peraturan tim. Tim harus mempunyai aturan -
aturan tertentu yang disepakati bersama sehingga tidak terjadi benturan atau
pertentangan antara satu anggota dengan anggota lainnya dalam satu tim.
3. Keadilan dalam membagi wewenang dan tanggungjawab. Tim dapat berjalan
dengan baik bila ada pembagian wewenang dan tanggungjawab secara adil,
sehingga tidak ada rasa iri atau saling mencurigai satu dengan yang lain.
4. Mampu beradaptasi terhadap perubahan. Perubahan tidak boleh tidak, tetapi
memang harus ada dan dilaksanakan, bahkan sangat diperlukan bila
menginginkan perbaikan. Oleh karena itu, setiap anggota tim harus saling
membantu dan mampu beradaptasi terhadap perubahan-perubahan tersebut.
C. TOTAL QUALITY LEADERSHIP

Kepemimpinan dalam kualitas secara total (Total Quality Leadership atau TQL) adalah
sistem manajemen strategi yang terintegrasi, untuk mencapai kepuasan pelanggan yang
melibatkan seluruh pemimpin dan seluruh pengikut atau karyawan dan penggunaan
metode kuantitatif untuk mengadakan perbaikan secara terus menerus dan
berkesinambungan dalam proses organisasi. TQL meliputi tiga prinsip yaitu mencapai
kepuasan pelanggan, membuat perbaikan secara terus-menerus dan berkesinambungan,
dan membangun tanggung jawab setiap orang terhadap kualitas.

Menurut Nahavandi (2000), TQL memerlukan delapan elemen yaitu :


1) Fokus pada pelanggan
2) Komitmen jangka panjang
3) Kepemimpinan dan dukungan manajemen puncak
4) Pemberdayaan seluruh personil dan kerja
5) Komunikasi efektif
6) Kepercayaan pada analisis proses secara statistik
7) Komitmen terhadap pelatihan
8) Mendukung pemberian penghargaan.
C. TOTAL QUALITY LEADERSHIP LANJUTAN

Menurut Daft (1999), ada empat karakteristik perilaku pemimpin yang harus
diperhatikan berikut ini :
1. Pribadi, pandangan jangka panjang yang mengenal dan mendukung perbedaan
komunitas dalam organisasi.
2. Pengetahuan yang luas tentang dimensi perbedaan dan kesadaran.
3. Keterbukaan akan perubahan. Pemimpin harus mampu memberikan tanggapan,
umpan balik, kritikan, dan pujian, untuk perubahan dan perbaikan.
4. Mentoring dan pemberdayaan untuk seluruh karyawan.
Menurut Radovilsky et al. (1996), keberhasilan dalam menerapkan filosofi TQM sangat
diperlukan oleh pemimpin yang harus bertindak :
1.Memperkenalkan dan menerapkan secara konsisten prinsip dan elemen yang ada dalam
filosofi tersebut.
2.Secara konsisten menginformasikan keunggulan TQM pada pengikutnya.
3.Memberikan pelatihan dan pendidikan secara konsisten pada seluruh pengikutnya dalam
menerapkan TQM yang sesuai bagi organisasi atau perusahaan mereka.
4.Mengevaluasi dan mengubah berbagai metode komunikasi antar departemen dan antar
berbagai tingkatan dalam manajemen organisasi atau perusahaan.
5.Mengembangkan standar untuk mengukur dan mengendalikan biaya kualitas untuk
mengetahui efektifitas hasil pengimplementasian TQM tersebut.
D. MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
DAN TQM
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan aspek penting dalam
manajemen seperti halnya pengendalian persediaan, JIT, dan TQM (Snell & Dean, 1992).
Interaksi antara teknologi dan organisasi termasuk sistem sosioteknikal, menemukan
praktik-praktik MSDM dalam pemanufakturan moderen.
Strategi SDM (human resource strategies) dapat merupakan sumber daya yang penting
untuk mencapai keunggulan bersaing. Aset strategik adalah sesuatu yang sulit ditiru dan
dilakukan, langka, dapat disesuaikan, dan merupakan sumber daya dan kemampuan
khusus yang memberikan bagi perusahaan suatu keunggulan bersaing.
Mengapa strategi SDM yang melekat dalam organisasi sulit untuk ditiru?
Ada dua faktor kunci yaitu : Yang pertama, causal ambiguity adalah sulit untuk
menangani mekanisme yang tepat dengan saling memengaruhi praktik dan kebijakan
sumber daya manusia untuk menciptakan nilai. Untuk dapat meniru suatu sistem yang
kompleks harus diketahui terlebih dahulu bagaimana elemenelemen itu berinteraksi.
Tanpa mengetahui bagaimana sistem SDM bekerja, maka untuk meniru sulit atau tidak
mungkin dilakukan, bahkan dengan menyewa satu atau beberapa top management
sekalipun. Hal ini disebabkan pemahaman sistem dalam organisasi melibatkan semua
orang didalamnya. Yang kedua, path dependent, adalah kebijakan untuk berkembang
dan tidak dapat disederhanakan dari waktu ke waktu. Pesaing dapat memahami sistem
yang bernilai namun tidak mampu meniru untuk menerapkannya.
Kegiatan Belajar 2 
Keefektifan Organisasi
A. PEMIMPIN PADA ORGANISASI YANG EFEKTIF
Menurut Summers (2009), ada berbagai proses bisnis yang perlu diperhatikan
dalam organisasi dan merupakan tulang punggung keberhasilan organisasi yang
efektif, seperti berikut :
1. Berfokus pada pelanggan.
2. Penyusunan rencana strategik.
3. Pengembangan sumber daya manusia.
4. Manajemen rantai pasokan.
5. Manajemen proses.
6. Alat dan teknik penyelesaian masalah.
7. Manajemen proyek.
8. Alat dan teknik untuk membuat perbaikan.
9. Ukuran keberhasilan organisasi.
10.Melakukan perbaikan secara keseluruhan
A. PEMIMPIN PADA ORGANISASI YANG EFEKTIF LANJUTAN

Peran pemimpin dalam mengusahakan tercapainya keefektifan organisasi


memerlukan perjalanan yang meliputi :
1. Pengenalan (recognize)
2. Pendefinisian (define)
3. Pengorganisasian (organize)
4. Perbaikan (improve)
5. Pengendalian (control)
6. Mempertahankan (sustain)
B. STRATEGIC QUALITY
MANAGEMENT
Menurut Tummala dan Tang (1996) konsep inti dalam SQM meliputi:
1. Fokus pada pelanggan (customer focus).
2. Kepemimpinan (leadership).
3. Perbaikan terus-menerus dan berkesinambungan (continuous improvement).
4. Perencanaan kualitas strategik (strategic quality planning).
5. Kualitas desain, kecepatan, dan pencegahan (design quality, speed, and
prevention).
6. Partisipasi dan kerja sama seluruh personil (people participation and
partnership).
7. Manajemen berdasar fakta (fact-based management).
C. MSDM DAN PRODUKTIVITAS
Perbaikan produktivitas dilakukan dengan kerja keras karyawan, investasi
dalam peralatan pendukung, pengelolaan kapasitas, substitusi dengan
otomatisasi bagi karyawan, standarisasi layanan, pemisahan hubungan
dengan pelanggan, dan outsourcing. Perbaikan produktivitas harus berfokus
pada kinerja operasonal internal dan pemasaran eksternal sehingga efisiensi
output diseimbangkan dengan keefektifan (Dobni, 2004). Produk dan layanan
yang ditawarkan karyawan pada pelanggan dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti faktor pesonal, teknikal, dan organisasional, dan menyakup kondisi
emosional, morfologi pekerjaan, dan lingkungan kerja. Oleh karena itu, perlu
diketahui hal berikut.
1. Mengenal definisi produktivitas yang bervariasi menurut pekerjaan, bisnis,
dan industri.
2. Memahami perbedaan antara maksimum produktivitas perusahaan yang
tepat menurut konteks perusahaan.
3. Menunjukkan bahwa produktivitas perusahaan memungkinkan perbaikan
cara atau sistem yang ada dalam perusahaan.
C. MSDM DAN PRODUKTIVITAS
LANJUTAN

Beberapa usaha yang dapat dilakukan perusahaan dalam meningkatkan


produktivitasnya adalah :
1. Interpersonal Domain
2. Job Domain, yang meliputi desain kerja dan promosi kerja.
3. Environmental Domain, yang meliputi lingkungan fisik dan peralatan dan
teknologi.
4. Organizational Domain
5. Karakteristik Individu, yang meliputi kepribadian
TERIMA KASIH

You might also like