You are on page 1of 41

RIBA DAN

PERMASALAHANNYA
TEORI RIBA
PENGANTAR / DEFINISI
BAHASA / ISTILAH
DALIL / DASAR HUKUM
PERBEDAAN

MACAM RIBA
RIBA DALAM HUTANG – PIUTANG
RIBA DALAM JUAL BELI
TEORI RIBA
PENGERTIAN / DEFINISI
 Bahasa  Tambahan
Istilah  tidak ada pengertian yang baku
“Pengambilan/adanya tambahan dalam hal yang khusus
dalam transaksi jual beli dan tambahan atas
modal/hutang karena adanya faktor waktu secara mutlak”.
“Tambahan”  tanpa diimbangi oleh sektor riil yang sah
menurut syariat.
 Dalil/Dasar Hukum :
Al Qur’an terdapat 4 tahapan (S;Arrum:39. annisa : 160-
161, Al Imron : 130, Al Baqarah : 279-279)
Al hadits
Ijma
4 TAHAPAN
PELARANGAN RIBA DALAM
AL QURAN

Larangan yang terdapat dalam Al-


Qur’an tidak diturunkan sekaligus
melainkan secara bertahap
4 TAHAPAN
PELARANGAN RIBA DALAM ALQURAN
Tahap Pertama, menolak anggapan bahwa pinjaman riba
pada zahirnya menolong mereka yang memerlukan
sebagai suatu perbuatan mendekati atau taqarrub
kepada Allah SWT.
Firman Allah SWT :
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar
dia bertmabah pada harta manusia. Maka riba itu tidak
menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai
keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah
orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya)”
(QS. Ar Rum : 39).
4 TAHAPAN
PELARANGAN RIBA DALAM ALQURAN
Tahap kedua , riba digambarkan sebagai suatu yang
buruk dan balasan yang keras kepada orang Yahudi
yang memakan riba.
Firman Allah SWT :
“maka disebabkan kezhaliman orang-orang Yahudi, Kami
haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-
baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan
karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan
Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal
sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan
karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang
bathil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang
kafir diantara mereka itu siksa yang pedih”
(QS. An-Nisa : 160-161)
4 TAHAPAN
PELARANGAN RIBA DALAM ALQURAN
Tahap ketiga, riba itu diharamkan dengan
dikaitkan kepada suatu tambahan yang berlipat
ganda.
Allah SWT. Berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memakan riba dengna berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan” (QS. Ali Imran : 130)
Ahli-ahli tafsir Islam berpendapat bahwa
berkaitan demikian disebabkan riba jenis
tersebut adalah suatu yang banyak berlaku pada
masa itu.
4 TAHAPAN
PELARANGAN RIBA DALAM ALQURAN
Tahap akhir sekali, ayat riba diturunkan oleh Allah SWT.
yang dengan jelas sekali mengharamkan sebarang jenis
tambahan yang diambil daripada pinjaman.
Firman Allah SWT :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika
kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah,
bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan
jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka
bagimu pokok hartamu ; kamu tidak menganiaya dan
tidak pula dianiaya”
(QS. Al Baqarah : 278-279)
Larangan Riba Dalam
Hadits
Hadits juga merupakan sumber rujukan, selain Al
Qur’an, bagi umat Islam untuk mengesahkan atau
mendapatkan keterangan lebih lanjut dari nash/teks
peraturan yang telah digariskan Al Qur’an
LARANGAN RIBA DALAM HADITS
Sekiranya mereka menerima, hal itu baik dan bagus.
Penolakan berarti (tangangan untuk) perang.
Hadits ini merupakan isi dari surat Rasulullah SAW
kepada Itab bin Usaid, gubernur Mekkah, agar kaum Thaif
tidak menuntut hutangnya (riba yang telah terjadi sebelum
kedatangan Islam) dari Bani Mughirah.
Ingatlah bahwa kamu akan menghadap Tuhanmu, dan Dia
pasti akan menghitung amalanmu. Allah telah melarang
kamu mengambil riba, oleh karena itu, hutang akibat riba
harus dihapuskan. Modal (uang pokok) kamu adalah hak
kamu. Kamu tidak akan menderita ataupun mengalami
ketidakadilan.
Hadist ini merupakan amanat terakhir Rasulullah SAW
pada 9 Dzulhijjah tahun 10 Hijriah.
LARANGAN RIBA DALAM HADITS
Diriwayatkan oleh Samura bin Jundab bahwa Rasulullah
SAW bersabda, “Malam tadi aku bermimpi, telah datang dua
orang dan membawaku ke tanah suci. Dalam perjalanan,
sampailah kami ke suatu sungai darah, dimana di dalamnya
berdiri seorang laki-laki. Di pinggir sungai tersebut berdiri
seorang laki-laki lain dengan batu di tangannya. Laki-laki
yang di tengah sungai itu berusaha untuk keluar, tetapi laki-
laki yang di pinggir sungai tadi melempari mulutnya dengan
batu dan memaksanya kembali ke tempat asal. Aku
bertanya, “Siapakah itu ?” aku diberitahu, bahwa laki-laki
yang ditengah sungai itu ialah orang yang memakan riba”
(H.R. Bukhari)
Jabir berkata bahwa Rasulullah SAW mengutuk orang yang
menerima riba, orang yang membayarnya dan orang yang
mencatatnya, dan dua orang saksinya, kemudian Beliau
bersabda, “Mereka itu semuanya sama”. (HR. Muslim)
TEORI RIBA
PENGERTIAN / DEFINISI
Perbedaan Jual Beli dan Riba

· Keuntungan yang diperoleh dari · Riba Bunga dari riba


jual beli hasil dari jerih payah. diperoleh tanpa jerih payah.
· Penjual memiliki potensi untung · Periba tidak memiliki potensi
& rugi rugi
· Jual beli terjadi dengan · Transaksi ribawi terjadi
pertukaran objek barang & harga tanpa adanya objek barang.
PERBEDAAN ANTARA BUNGA DAN BAGI HASIL
· Penentuan tingkat suku bunga dibuat · Penentuan besarnya rasio bagi hasil
pada waktu akad dengan pedoman harus dibuat pada waktu akad dengan
selalu untung berpedoman pada kemungkinan
· Besarnya prosentase berdasarkan pada untung rugi.
jumlah uang (modal) yang dipinjamkan · Besarnya rasio bagi hasil berdsarkan
· Pembayaran bunga tetap seperti yang pada jumlah keuntungan yang
dijanjikan tanpa pertimbangan apakah diperoleh
proyek yang dijalankan oleh pihak · Bagi hasil tergantung pada keuntungan
nasabah untung atau rugi. proyek yang dijalankan sekiranya itu
· Jumlah pembayaran bunga tidak tidak mendapatkan keuntungan maka
meningkat sekalipun jumlah keuntungan keruigan akan ditanggung bersama
berlipat atau keadaan ekonomi sedang oleh kedua belah pihak.
“booming”. · Jumlah pembagian laba meningkat
· Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak sesuai dengan peningkatan jumlah
dikecam) oleh semua agama termasuk pendapatan.
Islam. · Tidak ada yang meragukan
keuntungan bagi hasil
TEORI RIBA
MACAM RIBA
Riba Dalam Hutang – Piutang
 Riba Al Qordh : Suatu tambahan yang dipersyaratkan
kepada peminjam dana
(1.1)Al Qordh  “Lepas/Terpotong”
 Istilah  Suatu akad yang berlaku bagi
dikembalikan seperti awal pinjamannya.
(1.2)Dasar Hukum :
 Al Qur’an
 Al Hadist
 Ijma
TEORI RIBA
(1.3) Jika adanya tambahan Diharamkan sesuai:
Firman Allah
Sunnah
Ibnu Qudamah :
“Setiap pinjam-meminjam disyaratkan adanya
tambahan maka pinjam-meminjam tersebut
diharamkan tanpa adanya khilaf”
Ibnu Hazm :
“Tidak sah / haram mempersyaratkan adanya
tambahan dari suatu pinjaman ataupun kekurangan
karena dua hal tersebut adalah riba yang diharamkan
maka pinjam-meminjam tersebut diharamkan tanpa
adanya khilaf”
TEORI RIBA
MACAM RIBA
Riba Dalam Hutang – Piutang
 Riba Jahiliyah
 Bentuk Riba Jahiliyah :
 Adanya tambahan atas hutang/harga tunda ketika tidak
dapat melunasinya saat jatuh tempo.
 adanya pinjaman berbunga yang dibayarkan saat jatuh
tempo
 pinjaman berbunga yang dibayar secara cicil perbulan.
 Perbedaan pendapat apakah riba jahiliyah termasuk adanya
tambahan yang diperjanjikan dimuka ?
 Riba Jahiliyah terdapat dalam 2 sektor :
 Dalam pinjam-meminjam pada setiap bentuk
 Dalam Hutang Jual Beli
TEORI RIBA
MACAM RIBA
Riba Dalam Jual Beli
 Jenis Barang Ribawi
Nabi Muhammad menyebutkan 6 macam barang Riwabi:
 Emas
 Perak
 Gandum merah
 Gandum Putih
 Kurma
 Garam

 Dibagi menjadi 3 jenis :


 Ukuran harga barang secara mutlak : Emas, Perak, Uang dll.
 Bahan Makanan Pokok : Gandum, Beras, Jagung, dll
 Bahan makanan tambahan : Kurma, garam, sayur-sayuran dll
EORI RIBA
 Jenis Barang Ribawi
 Fungsi Uang sebagai Ukuran Harga / Satuan Unit
 Syeikh Ghozali : “Termasuk nikmat dan karunia Allah SWT ketika
diciptakan emas dan perka untuk peradaban manusia, bukan untuk
orang tertentu, kelompok atau golongan tertentu. Emas dan perak
diciptakan untuk menjadi sarana pertukaran (unit of exchange) dan
satuan ukuran harga bukan untuk dimanfaatkan pada emas dan perak
itu sendiri tersebut karena 2 macam itu hanyalah batu mulia. Jika
individu telah bertransaksi ribawi pada emas dan perak, maka telah
menzholimi dirinya sendiri karena emas dan perak diciptakan untuk
selain emas dan perak bukan keduanya, jika emas dan perak
diperdagangkan maka manusia telah menjadikan keduanya bukan pad
afungsi dan peran sesungguhnya maka akan terjadi kezholiman dan
kekufuran nikmat.
 Ibnu Qoyim : “emas dan perak adalah tujuan ukuran unit barang,
satuan ukur adalah standar nilai dari harta/barang. Maka satuan nilai
tersebut harus tetpa, tidka turun ataupun naik, karena jika satuan nilai
berubah naik dan turun seperti barang, kita tidak memiliki
standar/satuan nilai adalah kebutuhan doruriyat jika seluruhnya adalah
barang yang naik dan turun harganya maka ekonomi umat akan hancur.
TEORI RIBA
MACAM RIBA
Riba Dalam Jual Beli
 Riba Fadhi
 Jual beli atau pertukaran barang ribawi yg sejenis dgn kadar atau
kuantitas yang berbeda”
 Hukum Riba Fadhi diharamkan :

- Al Qur’an
Alif lam untuk seluruh jenis riba”

Arriba umum, penjelasannya dalam Al Hadits

 Hadits Ubadah bin Asshomith

Tukarlah emas dengan emas, perak dengna perak, gandum

dengan gandum tepung dengan tepung, kurma dengan kurma,


garam dengna garam dengan ukuran yang sama dan cash
(kontan). Jika pertukaran dengan barang yang tidak sejenis
dalam barang ribawi maka tukarlah sekehendakmu dengan cara
cash (kontan)
Ijma : Annawawi, Ibnu Hajar Al Haitami, Al Qurtubi,dll
TEORI RIBA
 MACAM RIBA
 Ibnu Abbas menarik fatwa tentang kehalalan riba radhi
 Hikmah pengharamannya :
 Pencegahan terhadap perilaku yang berlebih-lebihan
 Keadilan dan penjagaan terhadap harta dan kekayaan manusia
 Pencegahan terhadap monopoli 6 macam barang tersebut
 Fungsi uang dalam transaksi dan konsep barter.
 Tindakan preventif dari kerusakan ekonomi dan sosial
 Riba Nasiah
 “penangguhan atau penundaan penyerahan dan atau penerimaan
barang ribaw i yang diperjualbelikan dengan jenis barang ribawi
lainnya
 penambahan dalam riba nasiah bersifat hukniyah atau ma’nawiyah.
 Riba Alyad
 Khusus dalam mazhab Syafii
 Jual beli barang riwabi dengan penangguhan penyerahan barang
EORI RIBA
ATURAN MAIN DALAM RIBA JUAL BELI
No Barang Fadhl Nasiah Syarat
1 Ribawi sejenis Fadhl Nasiah Sepadan/sama
dan Kontan
2 Ribawi tidak sejenis - Nasiah Harus kontan
3 Ribawi tidak sejenis - - Tidak harus sama
dan tidak satu illat dan kontan
4 Ribawi dengan bukan - - Tidak harus sama
ribawi dan kontan
5 Bukan ribawi keduanya - - Tidak harus sama
dan kontan
TEORI RIBA
ALASAN PEMBENARAN
RIBA/BUNGA
DAMPAK RIBA
BUNGA DALAM TRANSAKSI
MODERN
EORI RIBA
ALASAN PEMBENARAN RIBA/BUNGA
 Hadits “Setiap pinjaman yang dimiliki nilai tambah adalah
riba”bukanlah Hadits yang dapat dijadikan dasar hukum.
 Pengharamannya bukan hanya dengan hadits tersebut, tapi dalil lainnya.
 Riba hanya terjadi dalam transaksi jual beli sesuai dengan hadits
bukan dalam hutang-piutang
 Riba jahiliyah terjadi dalam hutang piutang
 Al Qur’an mengharamkannya
 Nabi memberikan tambahan ketika membayar hutangnya
 Tambahan yang dipersyaratkan dimuka zholim dan diharamkan sesuai
dengan Al Qur’an, hadits dan ijma
 Riba yang diharamkan adalah riba yang berlipat
 Sifat berlipat bukan merupakan syarat, hanya menjelaskan sifat yang
terjadi
 Ayat riba turun secara gradual
 Dianalogikan dengan salam
 Berbeda subtansi, salam jual beli dan riba adalah pinjam meminjam
 Riba adalah hal yang darurat
 Bertentangan dengan arti dan maksud dengan darurat
EORI RIBA
ALASAN PEMBENARAN RIBA/BUNGA
Pembayaran bunga didasarkan kerelaan dua belah pihak
 Kerelaan tidak menafikan subtansi hukum
Uang merupakan komoditas dapat dianologikan dengan
sewa tanah dan property
 Uang bukan hal barang/komoditas dalam Islam
 Riba Fadlh melekat dalam pertukaran uang
Pengharaman riba kepada individu saja
 Badan hukum termasuk objek hukum
Uang memiliki sifat/karakteristik dengan istilah time value
of money
 Islam mengakui economic value of time
 Islam membedakan nilai waktu pada jual beli dan sewa
Positive time preference dalam uang
 Bertentangan dengan konsep Al – Qur’an tentang ketidakpastian
masa yang akan datang, positive, negative, or even zero
preference
EORI RIBA
ALASAN PEMBENARAN RIBA / BUNGA
 Opportunity Cost: Bunga diberikan sebagai ganti rugi atas hilangnya
kesempatan memperoleh keuntungan dari pengelolaan dana tsb.
 Tidak selalu pengelolaan dana menghasilkan keuntungan
 Islam memiliki mekanisme untuk mendapatkan keuntungan
 Riba terjadi hanya pada pinjaman yang bersifat konsumtif
 Riba tidak terbatas pada pinjaman konsumtif
 Riba jahiliah terjadi pad apinjaman konsumtif dan produktif
 Bunga sebagai pengganti penyusutan nilai uang dari inflasi yang
terjadi
 Kondisi ekonomi tidak selalu terjadi inflasi
 Bunga menjadi salah satu penyebab terjadinya inflasi
 Inflasi bukan merupakan sebab hukum
 Teori abstinence
 Penentuan standar yang berkeadilan diantara dua pihak
 Islam memiliki mekanisme yang lebih adil
9 argumen yang Menjustifikasi Bolehnya
Bunga
1. Dalam keadaan-keadaan darurat bunga halal hukumnya
2. hanya bunga yang berlipatganda saja yang dilarang,
adapun suku bunga yang wajar dan tidak menzalimi
diperkenankan
3. Bunga diberikan sebagai ganti rugi (opportunity cost)
atas hilangnya kesempatan untuk memperoleh
keuntungan dari pengolahan dana tersebut
4. Hanya kredit yang bersifat konsumtif saja yang
pengambilan bunganya dilarang adapun yang produktif
tidak demikian
5. Uang dapat dianggap sebagai komoditi sebagaimana
barang-barang lainnya oleh karena itu dapat disewakan
dan di ambil upah atasnya
9 Argumen Yang Menjustifikasi Bolehnya Bunga

6. Bunga diberikan untuk mengimbangi laju inflasi


yang mengakibatkan menyusutnya nilai uang
7. Bunga diberikan atas dasar abtinence
8. sejumlah uang pad amasa kini mempunyai nilai
yang lebih tinggi dari jumlah yang sama pada
suatu masa nanti. Oleh karena itu bunga
diberikan untuk mengimbangi penurunan nilai
ini.
9. Bank, demikian juga Lembaga Keuangan Bukan
Bank (LKBB) sebagai lembaga hukum tidak
termasuk teritorial hukum taklif
DISKUSI 9 ARGUMEN
( 1 ) Darurat
Pembahasan yang jelas akan pengertian darurat yang
dinyatakan oleh syara dan bukan pengertian sehari-hari
akan istilah ini
Pembatasan yang pasti akan pengambilan dispensasi
darurat ini, sesuai dengan metodologi usul fiqh. Terutama
penerapan Al Qawaid Al Fiqhiah seputar kadar darurat
DISKUSI 9 ARGUMEN
( 2 ) Berlipat Ganda
Pemahaman kembali surat Al Imran 130 secara
cermat, mengkaitkannya dengan spirit ayat-ayat
riba lainnya secara komprehensif, demikian juga
fase-fase pelarangan riba secara menyeluruh.
Memahami secara mendalam makna mafhum
mukhalfah dalam pemahaman teks-teks Qur’an
dan Sunnah, jenis-jenisnya, serta syarat-syarat
pengambilan hukum daripadanya.
DISKUSI 9 ARGUMEN
( 3 ) Opportunity Cost
Menghilangkan asumsi sepihak dalam urusan
Ganti Rugi dimana deposan secara dimuka
mengharuskan keuntungan minimal dalam
proyek debitur (paling minimal sama dengan
suku bunga) Dimana hal ini tidak demikian
manakala si deposan yaitu menangani sendiri
proyeknya yaitu kemungkinan untung rugi dalam
usaha
Tidak menghilangkan kesempatan untuk
mendapatkan keuntungan dari proyek dengan
prinsip bagi hasil.
DISKUSI 9 ARGUMEN
( 4 ) Konsumtif – Produktif
Dapat dipastikan bahwa imbalan produksi
margial dari dana senantiasa lebih besar dari
suku bunga
Dapatkah dipertahankan bahwa bentuk-bentuk
kredit di jaman pra Islam adalah seluruhnya
konsumtif mengingat luasnya jaringan
perdagangan Arab dengan India dan Cina, yang
memerlukan suplai produksi yang memadai
dimana kredit untuk tujuan tersebut adalah suatu
persyaratan utama.
DISKUSI 9 ARGUMEN
( 5 ) Uang sebagai Komoditi
Memahami sifat-sifat khusus yang dimiliki uang dan
kemungkinan penyamaannya dengan komoditi lain terutama
kepercayaan masyarkaat kepadanya dan daya tukar yang
dimilikinya serta sanksi hukum atas penolakannya
Mendefinisikan kembali pengertian sewa terutama
perbedaannya dari pinjam-meminjam
Kalau dalam keadaan normal (tidak ada inflasi), apakah
uang seperti komoditi lainnya katakanlah rumah mengalami
penyusutan nilai karena dipergunakan sehingga berhak atas
sewa untuk mengimbangi penyusutan nilai tersebut
Sejauh mana bisa keluar dari Riba Al Fadl
DISKUSI 9 ARGUMEN
( 6 ) Inflasi
Memantau roda ekonomi dari atas dan bawah, dalam artian
tidak hanya inflasi tetapi juga deflasi d mana perekonomian
mengalami masa lesu yang memaksa produsen untuk
menjual produksinya mendekati biaya produksi yang pada
gilirannya akan menurunkan daya beli uang.
Tidak menghilangkan kemungkinan-kemungkinan untuk
mendapatkan keuntungan dari prinsip-prinsip hasil, yang
tidak jarang melebihi tingkat inflasi
Mengukur sejauh mana sifat-sifat yang dimiliki inflasi dapat
dijadikan sebagai illah dalam Hukum dengan menggunakan
standar syarat-syarat Illah yang telah menjadi konsesus
dalam methodologi Ushul Fiqh
DISKUSI 9 ARGUMEN
( 6 ) Inflasi
Memantau roda ekonomi dari atas dan bawah, dalam
artian tidak hanya inflasi tetapi juga deflasi d mana
perekonomian mengalami masa lesu yang memaksa
produsen untuk menjual produksinya mendekati biaya
produksi yang pada gilirannya akan menurunkan daya
beli uang.
Tidak menghilangkan kemungkinan-kemungkinan untuk
mendapatkan keuntungan dari prinsip-prinsip hasil, yang
tidak jarang melebihi tingkat inflasi
Mengukur sejauh mana sifat-sifat yang dimiliki inflasi
dapat dijadikan sebagai illah dalam Hukum dengan
menggunakan standar syarat-syarat Illah yang telah
menjadi konsesus dalam methodologi Ushul Fiqh
DISKUSI 9 ARGUMEN
( 7 ) Abstinence
standar apa yang digunakan untuk mengukur
unsur “Pengobatan” (dengan penundaan
konsumsi) dari teori bunga Abstinence
seandainya standar telah didapatkan bagaimana
menentukan suku yang “adil” bagi kedua belah
pihak
dapatkah hal ini menjadi illah dalam Hukum
sesuai dengan Rules of Games Ushul Fiqh ?
Tidak menghilangkan kemungkinan laba dari
investasi bagi hasil selama masih “Penundaan”.
DISKUSI 9 ARGUMEN
( 8 ) Time Preference Theory
Menganalisa Filsafat Time Preference Theory
yang menyatakan bahwa “saat ini lebih berharga
dari masa yang akan datang”, bukanlah setiap
orang menabung dan belajar beranggapan
bahwa hari depan harus lebih baik dari hari ini ?
Menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
misalnya praktek asuransi dimana pemegang
polis mengorbankan masa kini untuk
kenyamanan mas depan.
DISKUSI 9 ARGUMEN
( 9 ) Badan Hukum dan Hukum Taklif
Apakah yang dimaksud dengan “Dela
Personnalite Juridique ?
Dari catatan sejarah apakah tidak pernah tejradi
adanya suatu perkumpulan individu yang
mendapatkan perinzinan dari pihak yang
berwenang untuk memberikan jasa-jasa tertentu,
sebelum masa Rasulullah. Sehingga ketika ayat-
ayat Riba turun ia berada di luar jangkauannya ?
Apakah konsekuensi dari tidak termasuknya
Badan Hukum dalam khitab Taklif berarti bebas
dari segala tuntutan hukum ?
TEORI RIBA
DAMPAK RIBA
SOSIAL
 Hubungan kaya dan miskin
 Hubungan capital dan usaha
 Prioritas terhadap capital

 Penurunan produktivitas
 Sumber penyakit sosial

EKONOMI
 Masyarakat luas pihak yang membayar tercermin dalam
naiknya harga : interest is a element of cost
 Ekonomi biaya tinggi : inflatoir
 Hubungan inflasi dan bunga

 Kebijakan bunga dan sektor riil  kontraksi sektor riil dan


moneter
 Ekonomi bunga = Ekonomi busa
TEORI RIBA
BUNGA DALAM TRANSAKSI MODERN
Bunga Simpanan :
 Pinjaman bank terhadap nasabah
 Investasi nasabah pada bank

Bunga Kredit
 Pinjaman terhadap bank
 Investasi bank pada nasabah

Bunga Jasa
 Pekerjaan sesuatu
 Denda keterlambatan
TEORI RIBA
BUNGA DALAM TRANSAKSI MODERN
Diskonto Suatu Harga  Penerapan jual beli hutang
Jual beli kredit  pembebanan tambahan uang
karena adanya unsur waktu
Discount terhadap hutang yang dibayar diawal 
penerapan konsep Assulh
Jual beli “AINAH  rekayasa bentuk jual beli atas
hutang yang dilakukan
Konsep travel cek  dengan istilah Suftajah
Cost of capital dalam Islam menggunakan  rate of
return and cost of equity.
TERIMA KASIH
Wassalamu’alaikum Warahmatullah
Wabarakatuh

You might also like