Professional Documents
Culture Documents
Kimia Koloid (Materi Ajar 2)
Kimia Koloid (Materi Ajar 2)
Sistem koloid terdiri dari dua fase yaitu fase terdispersi dan medium pendispersi
Fase terdispersi merupakan zat yang didispersikan sedangkan medium pendispersi merupakan medium yang digunakan
untuk mendispersikan
Koloid sangat penting untuk kita pahami karena sistem ini sangat bersinggungan dengan kehidupan kita sehari – hari
Sistem koloid tersusun atas fase terdispersi yang tersebar merata pada medium pendispersi
Fase terdispersi maupun medium pendispersi dapat berupa gas, cair, atau padat
Sistem koloid dapat dibedakan menjadi 3 yaitu sol, emulsi dan buih
A. Sol
B. Emulsi
C. Buih
Sifat yang khas, seperti efek tyndall, gerak brown, adsorpsi, muatan koloid dan elektroforesis, koagulasi, dan pelindung.
1. Efek Tyndall
Salah satu cara yang termudah untuk mengenali koloid dengan menjatuhkan seberkas cahaya kepada objek
Larutan sejati akan meneruskan cahaya, sedangkan sistem koloid akan menghamburkan cahaya
Larutan
Larutan
K2CrO4
Kanji
Sifat penghamburan cahaya oleh sistem koloid ditemukan oleh seorang ahli fisika inggris, john tyndall (1820-1893).
Efek tyndall merupakan salah satu hal yang membedakan antara larutan sejati dan sistem koloid.
2. Gerak Brown
Apabila sebuah mikroskop difokuskan pada suatu dispersi koloid yang disinari tegak lurus pada sumbu
mikroskop, akan tampak partikel – partikel yang bergerak lurus tapi tidak menentu
Pergerakan partikel secara terus menerus yang membentuk zig zag
Gerakan acak dari partikel koloid disebut gerak brown
A B
3. Adsorbsi
Hal ini dapat terjadi karena partikel koloid mempunyai permukaan yang luas, sehingga partikel – partikel
yang teradsorpsi terkonsentrasi pada permukaan partikel koloid
Partikel koloid (terutama koloid sol), baik partikel netral maupun partikel bermuatan, mempunyai daya
adsorpsi yang baik terhadap partikel-partikel pendispersi pada permukaannya
PROSES ADSORPSI
Sifat adsorpsi koloid ini banyak digunakan dalam berbagai proses, yaitu :
• Proses penjernihan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas (al2(so4)3) pada air. di dalam air,
(Al2(SO4)3) akan terhidrolisis menjadi AL(OH)3 yang merupakan koloid. Koloid ini dapat
mengadsorpsi zat pencemar dalam air serta dapat menggumpalkan lumpur
• Pada proses pemurnian gula pasir. Gula yang masih kotor dilarutkan dalam air panas kemudian
dialirkan melewati sistem koloid yaitu tanah diatom. Akibatnya, kotoran yang terdapat pada gula
akan teradsorpsi sehingga didapatkan gula yang putih bersih.
• Pada deodoran dan anti perspiran (zat anti keringat). Anti perspiran mengandung senyawa aluminium
seperti aluminium klorohidrat (al2(oh)5cl.2h2o) yang dapat memperkecil pori keringat. Sedangkan,
deodoran mengandung seng peroksida, parfum, dan zat anti septik yang dapat menghentikan
aktivitas bakteri sehingga dapat menghilangkan bau tidak sedap.
4. Muatan Koloid dan Elektroforesis
Semua partikel koloid mempunyai muatan sejenis (positif atau negatif). Hal ini menyebabkan gaya tolak-
menolak antara partikel - partikel koloid.
Akibatnya, partikel-partikel koloid tidak dapat bergabung sehingga memberikan kestabilan pada sistem
koloid.
Partikel koloid dapat memiliki muatan karena adanya proses adsorpsi dan proses ionisasi gugus permukaan
partikel koloid
Pada proses adsorpsi, partikel koloid mengadsorpsi partikel bermuatan dari medium pendispersinya
Sebagai contoh, sol Fe(OH)3 memiliki kemampuan mengadsorpsi kation dari medium pendispersinya sehingga
sol Fe(OH)3 bermuatan positif
Sedangkan sol As2S3 memiliki kemampuan mengadsorpsi anion medium pendispersinya sehingga sol As2S3
bermuatan negatif
a. Sol Fe(OH)3 bermuatan positif
b. Sol As2S3 bermuatan negatif
A B
Karena koloid mempunyai muatan listrik, maka partikel koloid akan bergerak dalam medan listrik.
Jika ke dalam suatu sistem koloid dimasukkan sepasang elektrode dan diberi arus searah (dc), maka akan
terlihat pergerakan partikel tersebut.
Partikel koloid yang bermuatan positif akan bergerak ke kutub negatif (katode) sedangkan partikel koloid
yang bermuatan negatif akan bergerak ke kutub positif (anode).
Fenomena elektroforesis ini digunakan untuk menentukan muatan listrik dari partikel koloid.
5. Koagulasi
Jika muatan hilang, maka partikel-partikel koloid dapat saling bergabung membentuk suatu gumpalan
(flocculant).
Untuk menghilangkan muatan pertikel-partikel koloid itu dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
mekanik atau kimiawi
Cara mekanik dapat dilakukan dengan pendinginan, pemanasan atau pengubahan tekanan
Cara kimiawi dapat dilakukan dengan penambahan koloid lain yang berbeda muatan atau elektrolit
Contoh – contoh proses koagulasi :
A. Jika sol Fe(OH)3 yang bermuatan positif ditambah sol AS2S3 yang bermuatan negatif, maka akan
terjadi koagulasi.
B. Sol belerang dan sol perak halida dapat mengalami koagulasi jika dididihkan.
C. Proses penjernihan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas pada air.
D. Saat bagian dari tubuh kita mengalami luka maka ion Fe3+ Atau Al3+ segera menetralkan partikel
albuminoid yang dikandung darah, sehingga terjadi penggumpalan yang menutup luka
Penambahan koloid dengan muatan yang berbeda akan mengakibatkan terjadinya koagulasi.
6. Koloid Pelindung
Berdasarkan afinitas atau gaya tarik-menarik atau daya adsorpsi antara fase terdispersi terhadap
medium pendispersinya, koloid dibedakan menjadi 2 yaitu koloid liofil dan koloid liofob
Koloid liofil merupakan koloid yang fase terdispersinya mempunyai afinitas besar atau mudah menarik
medium pendispersinya. Contoh sabun, detergen, dan kanji
Koloid liofob merupakan koloid yang fase terdispersinya mempunyai afinitas kecil atau menolak
medium pendispersinya. Contoh dispersi emas, belerang dalam air, dan Fe(OH)3.
Jika medium pendispersinya air, maka istilah yang digunakan adalah koloid hidrofil dan koloid hidrofob.
Perbedaan sifat-sifat koloid liofil (sol liofil) dan koloid liofob (sol liofob) dapat dilihat pada tabel
Pembuatan Sistem Koloid
Bagaimana sistem koloid dibuat?
Sistem koloid dapat dibuat dengan dua metode, yaitu dengan metode mengelompokkan (agregasi) partikel larutan sejati
dan atau menghaluskan bahan kasar kemudian mendispersikan ke dalam medium pendispersi.
1. Metode Kondensasi
Pembuatan sistem koloid dengan metode kondensasi merupakan suatu metode pembuatan sistem koloid dengan
menggumpalkan partikel larutan sejati (atom, ion atau molekul) menjadi partikel berukuran koloid
Metode kondensasi dapat berupa penggantian pelarut, reaksi dekomposisi rangkap, reaksi redoks atau reaksi hidrolisis
a. Penggantian Pelarut
Belerang mudah larut dalam alkohol (misal etanol) tetapi sukar larut dalam air.
Jadi, untuk membuat sol belerang dalam medium pendispersi air, belerang dilarutkan ke dalam etanol sampai jenuh.
Setelah itu, larutan belerang dalam etanol dimasukkan ke dalam air sedikit demi sedikit.
Partikel belerang akan menggumpal menjadi koloid akibat penurunan kelarutan belerang dalam air. Kemudian etanol dapat
dipisahkan dengan dialisis, maka terbentuklah sol belerang.
b. Reaksi Dekomposisi Rangkap
Untuk membuat sol AgCl dapat dilakukan dengan cara mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan
HCl encer.
Sedangkan untuk membuat sol As2S3 dapat dilakukan dengan cara mengalirkan gas H2S ke dalam larutan
As2O3. reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut.
As2O3(aq) + H2S(aq) As2S3(koloid) + H2O(l)
c. Reaksi Redoks
Untuk membuat sol emas, dapat dilakukan dengan mereduksi garamnya dengan menggunakan reduktor
formaldehida.
Hal itu dikarenakan basa logam tersebut bersifat koloid. Pada pembuatan sol Fe(OH) 3, larutan FeCl3
ditambahkan pada air panas.
2. METODE DISPERSI
Metode dispersi merupakan cara pembuatan koloid dengan menghaluskan partikel suspensi menjadi partikel
koloid
Yang termasuk metode dispersi adalah pembuatan koloid dengan cara mekanik, peptisasi, dan busur bredig.
a. CARA MEKANIK
Koloid dibuat dengan menghaluskan partikel kasar menjadi partikel koloid, kemudian didispersikan ke dalam
suatu medium pendispersi
Alat yang digunakan untuk menghaluskan partikel kasar menjadi partikel koloid disebut penggiling koloid
Cara ini banyak diterapkan pada industri makanan, yaitu pada pembuatan es krim, jus buah, selai dan lainnya
sedangkan pada industri kimia, yaitu pada pembuatan cat, zat pewarna, pasta gigi, dan detergen.
b. Cara Busur Breding
Cara ini digunakan untuk membuat sol-sol logam, seperti Ag, Au, dan Pt
Kedua elektrode logam ini saling berdekatan dan diberikan loncatan listrik dalam medium pendispersinya
Akibat loncatan listrik tersebut, timbul panas yang akan menguapkan logam
Uap logam akan terkondensasi dalam medium pendispersinya sehingga terbentuk sol logam.
SKEMA ALAT
BUSUR BREDIG.
c. Cara Peptisasi
Cara peptisasi yaitu cara pembuatan sistem koloid dengan memecah partikel besar dengan
menambahkan suatu elektrolit yang mengandung ion sejenis atau dengan bantuan zat pemecah
(pemeptisasi)
• Sol NiS dapat dibuat dengan cara menambahkan H2S pada endapan NiS.
KOLOID DALAM KEHIDUPAN SEHARI - HARI
a. DETERGEN
Detergen termasuk dalam garam karboksilat, misal na-oleat, terdiri atas “ekor” alkil non polar dan “kepala”
ion karboksilat bersifat polar
Senyawa alkil larut dalam minyak dan ion karboksilat larut dalam air
Prinsip lepasnya minyak atau kotorandari suatu bahan mengikuti kaidah like dissolves like
Ekor non polar sabun menempel pada kotoran atau minyak, sedangkan kepalanya menempel pada air,
akibatnya tegangan permukaan air berkurang, sehingga air jauh lebih mudah menarik kotoran
(C)
(B)
SENYAWA POLAR LARUT DALAM PELARUT POLAR, SEDANGKAN SENYAWA NON POLAR LARUT DALAM PELARUT NON POLAR.
b. PEMURNIAN GULA
Gula tebu yang masih berwarna dilarutkan dengan air panas, kemudian dialirkan melewati sistem koloid, yaitu
tanah diatom atau karbon
Zat warna pada gula tebu akan teradsorpsi sehingga akan diperoleh gula yang bersih dan putih.
c. PEMBENTUKAN DELTA
Tanah liat dan pasir yang terbawa oleh aliran sungai merupakan sistem koloid yang bermuatan negatif. Sedangkan
air laut mengandung ion-ion Na+, Mg2+, dan Ca2+.
Ketika air sungai dan air laut bertemu di muara, maka partikel-partikel air laut yang bermuatan positif akan
menetralkan sistem koloid pada air sungai sehingga terjadi koagulasi yang ditandai dengan terbentuknya delta.
d. PENGGUMPALAN DARAH
Darah mengandung koloid protein yang bermuatan negatif
Jika terdapat suatu luka kecil, untuk membantu penggumpalan darah digunakan styptic pencil atau tawas yang
mengandung ion al3+ dan fe3+
Ion-ion ini akan menetralkan muatan-muatan partikel koloid protein sehingga membantu penggumpalan darah
e. Proses Penjernihan Air
Air mengandung partikel-partikel koloid tanah liat dan pasir yang bermuatan negatif.
Agar diperoleh air bersih, maka partikel – partikel pengotor harus dinetralkan.
Tawas mengandung ion al3+ yang akan terhidrolisis membentuk koloid Al(OH)3 yang bermuatan
positif. Al(OH)3 akan menggumpalkan partikel koloid lumpur sehingga terjadi koagulasi.
Selain tawas, bahan lain yang juga digunakan dalam proses pengolahan air bersih adalah pasir, kapur
tohor, klorin, dan karbon aktif
Karbon aktif digunakan jika tingkat kekeruhan air yang diproses terlalu tinggi