You are on page 1of 38

PSIKOLOGI UMUM 2

EMOSI
Emosi adalah
PENGERTIAN EMOSI
• Elizabeth Hurlock :
perasaan senang dan
tidak senang pada
seseorang yang timbul
akibat pengalaman-
pengalaman yang ber
hubungan dengan,
atau yang berasal dari
perlakuan lingkungan
eksternalnya; maupun
yang berasal dari
pengalaman
internalnya
LANJ. PENGERTIAN EMOSI

• Daniel Goleman :
suatu perasaan dan
pikiran-pikiran khas
seseorang, suatu
keadaan biologis dan
psikologis dan
serangkaian ke
cenderungan untuk
bertindak
LANJ. PENGERTIAN EMOSI

• Emosi merupakan reaksi yg kompleks yang


mengandung aktivitas dengan derajat yg tinggi dan
adanya perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan
dengan perasaan yang kuat.
LANJ. PENGERTIAN EMOSI

Terkadang orang bisa mengontrol emosi yg dialaminya, hal ini berkaitan dengan
pendapat Ekman & Fries (carlson, 1987), yang dikenal dengan “Display Rules”, ada
3, yaitu :
1) Masking
Keadaan ssrg yg dapat menyembunyikan atau menutupi emosinya, emosi tsb
tidak terlihat atau tercetus keluar melalui ekspresi kejasmaniannya.
2) Modulasi
Orang tidak dapat meredam secara tuntas mengenai gejala kejasmaniannya,
tetapi hanya dapat menguranginya saja
3) Simulasi
Orang tidak mengalami suatu emosi, tetapi ia seolah-olah menampakkan
gejala2 kejasmanian

 Display Rules ini dipengaruhi oleh unsur budaya


EMOSI

• Aspek Kognitif (subjective feelings)


• Emosi itu pengalaman subyektif, sangat pribadi
• Emosi merupakan perasaan internal yang
terkadang memiliki dinamikanya sendiri
• Kemampuan kognitif kita menjadi kunci yang
menentukan emosi yang kita alami
EMOSI

• Aspek Fisiologis (Autonomic


Arousal)
• Getaran fisiologis yang
berhubungan dengan emosi
terjadi melalui tindakan dari
sistem syaraf autonomis
• Perubahan-perubahan hormonal
secara jelas memainkan peranan
penting dalam respon –respon
emosional
• Respon autonomis yang
berhubungan dengan emosi
dikontrol oleh otak (kanan)
EMOSI

• Aspek Perilaku
(Non Verbal Expressiveness)
• Emosi diekspresikan dalam “bahasa tubuh” atau
perilaku non verbal
• Ekspresi wajah menggambarkan berbagai emosi
dasar seperti : gembira, sedih, marah, takut, terkejut,
jijik/muak
Surprised Fearful Angry
Elated
Happy Sad
High High
Positive
Fearful Negative
Emotion Elated
Emotion
Surprised Angry

Sad

Happy Relaxed

Sluggish

Low
Low
Negative Positive
Emotion Emotion
Basic feeling yang dialami manusia
selain motivasi, adalah emosi.

1. Motivasi dan emosi 1. Emosi, biasanya, dipicu oleh


mengaktifkan dan kejadian eksternal sedang
mengarahkan perilaku. motivasi dipicu oleh faktor
2. Emosi dapat menyertai internal.
perilaku yang termotivasi. 2. Motivasi dicetuskan oleh
kebutuhan tertentu, sedang
emosi dicetuskan oleh
Persamaan & perbedaan stimuli yang bervariasi luas.
di atas tidak mutlak. 12
Happiness, fear, anger, sadness, dan disgust adalah lima
emosi yang dianggap sebagai emosi dasar pada manusia.
Happiness dipandang sebagai emosi positif, sedangkan
empat lainnya adalah emosi negatif.
Terkadang disgust tidak dianggap sebagai basic,
melainkan kombinasi antara takut dan cemas.
Kesemua emosi di atas bersifat universal, artinya
diekspresikan oleh semua orang dari pelbagai latar belakang
budaya.
Ada juga yang menambahkan dengan surprise (kurang
dikenal antar budaya).
Plutchik’s Emotion Wheel
Love

Optimism
Submission
(patuh)

Aggressiveness Awe
(kagum)

Contempt
Disappointment
(jijik)

Remorse
(penyesalan)
1. Pengalaman subjektif
2. Respon-respon tubuh secara internal
3. Pikiran tentang emosi dan situasi tekait
4. Ekspresi wajah
5. Reaksi-reaksi atas emosi
6. Kecenderungan bertindak

Catatan: Tidak satupun dari ke enam komponen di


atas yang secara mandiri merupakan emosi.
Melainkan secara bersama-sama membentuk emosi
tertentu. 15
Ketika mengalami emosi yang intens (takut atau marah)
seseorang akan merasakan sejumlah perubahan pada tubuhnya.

Tekanan darah
Nafas memburu
Pupil mata melebar
Kadar gula darah PERUBAHAN
meningkat sehingga FISIOLOGIS
memperbesar energi.
Bulu kuduk meremang
Aktivasi sistem saraf
otonomik divisi simpatetik

Sistem simpatetik Setelah emosi mereda,


menyerap energi sistem parasimpatetik
dalam jumlah besar. akan mengambil alih &
mengembalikan ke
keadaan semula.
Apakah kaitan antara peningkatan ketergugahan fisiologis
dan pengalaman subjektif dari emosi?
Secara lebih khusus, apakah persepsi seseorang atas
arousal yang dialaminya merupakan bagian dari pengalaman
emosi?
Diteliti melalui kehidupan emosi orang-orang yang
mengalami luka pada spinal cord.
Syaraf-syaraf tepat di bawah luka spinal cord tidak dapat
berhubungan dengan otak, padahal saat arousal sistem saraf
simpatetik akan bekerja.
Semakin tinggi letak luka spinal cord artinya semakin
berkurang pula feedback dari sistem saraf otomatis,
akibatnya akan semakin menurunkan reaksi emosi.

Hasilnya: semakin kecil feedback sistem otomatik menuju


otak, semakin berkurang kekuatan emosi.
Syaraf-syaraf tepat di bawah luka spinal cord tidak
dapat berhubungan dengan otak, padahal saat arousal
sistem saraf simpatetik akan bekerja.
Semakin tinggi letak luka spinal cord artinya
semakin berkurang pula feedback dari sistem saraf
otomatis, akibatnya akan semakin menurunkan reaksi
emosi.
Autonomic arousal
berkontribusi terhadap
intensitas pengalaman
emosi.

Apakah autonomic Adakah pola aktivitas


arousal dapat fisiologis untuk
ATAU
membedakan pelbagai gembira, marah, takut,
jenis emosi? dan seterusnya?

Pertanyaan-pertanyaan itu mengembalikan


ingatan pada tokoh William James (1884).
Emosi merupakan akibat atau hasil persepsi dari keadaan
jasmani.

“Kita takut karena gemetar”


“Kita sedih karena menangis”

Tokoh lainnya adalah Carl Lange (pada waktu yang


bersamaan) menyatakan bodily changes mencakup autonomic
arousal.
Kedua tokoh kemudian menggabungkan teorinya menjadi
JAMES-LANGE Theory dan menyatakan:

“Mengingat persepsi atas autonomic arousal akan membentuk


pengalaman emosi, dan karena setiap emosi dirasakan
berbeda, maka harus ada pola aktivitas otonomik yang
berbeda bagi setiap jenis emosi.”

Teori ini tetap mempertahankan bahwasanya autonomic


arousal menjadi pembeda emosi-emosi.
Teori tadi ditentang oleh Walter Canon (1927), menurutnya:

1. Organ-organ internal relatif merupakan struktur yang


kurang sensitif karena tidak disuplai oleh persyarafan yang
memadai, sehingga perubahan internal akan berlangsung
terlalu lambat sebagai sumber emotional feeling.
2. Bodily change yang sengaja dibuat untuk menggugah emosi
– misalnya menyuntikkan epinephrine – tidaklah
menghasilkan emosi yang sesungguhnya.
3. Pola autonomic arousal tidak tampak berbeda antara satu
keadaan emosi dengan keadaan emosi lainnya – misal ketika
marah seseorang merasakan jantung berdegup lebih
kerasa, sama halnya jika melihat ‘kecengan’.
Pernyataan ke tiga, secara eksplisit, menolak bahwasanya
autonomic arousal mampu membedakan emosi-emosi.
Beberapa peneliti melakukan percobaan-percobaan, tetapi
sejauh itu belum memperlihatkan hasil memuaskan, sehingga
menggiring terbentuknya pemikiran baru yaitu ada sesuatu
yang lain, yang lebih berperan dalam membedakan satu jenis
emosi dengan jenis emosi lainnya, yaitu cognitive
appraisal.
PENGELOMPOKAN EMOSI

Senang Tidak senang


Gembira Sedih
Benci
Cinta
Kuatir
Tenang
Resah
Damai Dingin
Hangat Marah
Sabar Merasa tak
berharga
Bangga
Merasa
Merasa bermusuhan
bersahabat Kepahitan
Kenikmatan Merasa tak
bergairah
Semangat
• Diluar lingkaran emosi, terdapat suasana hati (mood),
yang menggambarkan “warna atau keadaan yang khas”
pada perasaan seseorang dan bersifat temporary.

• Diluar suasana hati terdapat temperamen, yaitu


kecenderungan reaksi emosional seseorang yang
bersifat umum dan persistent (tetap).
OTAK DAN EMOSI

• Lobus Olfaktori (indera penciuman)  Sistem Limbik


(pusat emosi)  Neokorteks (otak berpikir)
• Fakta bahwa otak berpikir tumbuh dari wilayah otak
emosional atau otak emosional sudah ada jauh sebelum
adanya otak rasional
BAGAIMANA MANUSIA BEGITU
MUDAHNYA MENJADI EMOSIONAL?

• Dengan adanya jalan pintas ke pusat emosi,


memudahkan kita menangkap bukan hanya identitas
(obyektif) apa yang kita lihat tetapi juga “pendapat”
(persepsi, judgement) mengenainya.
• Orang yang tidak dapat mengendalikan kondisi
emosional akan mengalami pertentangan dalam
alam perasaannya yang dapat mengurangi
kemampuan mereka dalam memusatkan
perhatian & berpikir jernih.

• ARISTOTLE’S CHALLENGE
Anyone can become angry – that is easy. But to
be angry with the right person, to the right degree,
at the right time, for the right purpose, and in the
right way – this is not easy.
Tatkala mengalami suatu kejadian atau tindakan, maka
seseorang akan memaknakan situasi atas dasar tujuan dan
kesejahteraan pribadi.

MISAL:
1. “Saya berhasil memenangkan pertandingan dan karenanya
merasa bahagia”.
2. “Saya gagal dalam ujian saringan masuk perguruan tinggi,
dan karenanya saya sedih”.

Penafsiran di atas dikenal sebagai penilaian kognitif (cognitive


appraisal).
Interpretation of Incoming Stimuli

Seorang Filsuf berkebangsaan Yunani, Epitectus,


berkata:“Manusia tidak takut terhadap setiap kejadian,
melainkan takut terhadap interpretasinya sendiri”.
Bukti percobaan :

Empat kelompok responden menonton film upacara ritual


suku Aborigin tentang anak-anak pubertas yang di ‘operasi’
tanpa anestesi.

Kelompok I : menonton Kelompok II: mendengar


film tanpa soundtrack. soundtrack dengan penekanan
pada ‘rasa nyeri’ yang diderita
anak-anak puber tersebut.

Kelompok III: mendengar Kelompok IV: mendengar


soundtrack yang soundtrack tetapi suara
menjelaskan proses ‘kesakitan’ karena operasi
operasi secara intellectual ‘disamarkan’ dengan suara lain
way. yang tidak relevan.
Kelompok II memperlihatkan autonomic arousal yang
lebih tinggi dibandingkan kelompok tanpa soundtrack.

Kelompok III & IV memperlihatkan autonomic arousal


yang lebih rendah dibandingkan kelompok II.

Artinya :
Interpretasi kognitif (yang digugah oleh soundtrack)
dapat mengubah makna emosional dari film tersebut.
Interpretation of Body Stimuli
Interpretasi stimuli dari dalam tubuh sebagai hasil
dari perilaku emosional dan autonomic arousal.

Menurut Teori Kognitif, interpretasi atas stimuli


internal lebih penting dibandingkan stimulinya itu
sendiri.
Dibuktikan melalui percobaan Schacher & Singer: subjek
diberi suntikan epinephrine. Suntikan ini bisa menyebabkan
autonomic arousal. Kemudian, subjek dibagi kedalam dua
kelompok:

1.KELOMPOK 1: diberi informasi tentang dampak suntikan.


2.KELOMPOK 2: tidak diberi penjelasan dampak suntikan.

Setelah itu, kedua kelompok dimasukkan ke satu ruangan. Di


ruangan tersebut ada sejumlah orang yang sedang
memeragakan emosi marah (membanting kursi, mencaci-maki)
dan emosi gembira (tertawa-tawa sambil menerbangkan kapal
terbang kertas).
Hasilnya:
Kelompok yang tidak diberi informasi tentang dampak
suntikan, akan menafsirkan gejala yang dirasakan (dampak
dari obat) berdasarkan situasi tempatnya berada, yaitu
berperilaku sama dengan model: marah-marah atau gembira.
Kelompok yang diberi informasi dampak suntikan tidak
menafsirkan gejala yang dirasakan berdasarkan situasi
tempat dirinya berada. Artinya, emosinya tidak
terpengaruh oleh perilaku model.

You might also like