You are on page 1of 12

ESTETIKA RESEPSI

Perkembangan Awal dan Gagasan Pokok


o Teori
formalis dan strukturalisme awal abad ke-20, 50 tahun
kemudian mulai diingkari.
 o Teori yang memperhatikan pada struktur formal ditinggalkan,
diganti dengan cara memberi perhatian pada “pembaca”
estetika resepsi


Jan Mukarovsky (1979, Aesthetic Function, Norm, and Value as Social Fact)
• Estetika Resepsi: Fungsi estetis berkait dengan nilai sebagai fakta sosial.
• Norma estetis sebagai regulator terhadap fungsi estetis itu sendiri, aturan
yang bergerak secara terus-menerus dan selalu diperbarui.
 • Dalam karya seni, norma estetis selalu dilanggar.
• Dalam perkembangannya, seperti sistem dalam genre sastra selalu
mengembangkan norma-norma baru.
• Dalam masyarakat maju, norma estetis diterima dalam waktu relatif cepat
• Nilai estetik tidak semata dihasilkan melalui struktur intrinsik melainkan
 yang lebih dominan melalui kontak dengan masyarakat.
L
Peran Estetika Resepsi dalam Analisis Karya Sastra

1980-an: analisis estetika resepsi dominan dan sekaligus


mengawali dimanfaatkannya teori-teori postrukturalisme:
makalah, skripsi, tesis, dan disertasi.

• Teeuw (1984): Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra


• Umar Junus (1985): Resepsi Sastra: Sebuah Pengantar
• Kuntara Wiryamartana (1987, disertasi): Arjunawiwaha:
Transformasi Teks Jawa Kuno Lewat Tanggapan dan Penciptaan
di Lingkungan Sastra Jawa 1990
Pemicu Munculnya Teori Estetika Resepsi

Gerakan formalis (1930) dan tokoh strukturalis


(Mukarovsky) menyebarkan gagasannya setelah bukunya
diterjemahkan dalam Bahasa Inggris. .

Dasar pemikiran: Karya seni merupakan tanda, karya
seni tidak terpisahkan dengan latar belakang sosial.
 Tujuan penelitian: Memahami fungsi puitika sehingga
menghasilkan efek estetik. Cara yang dilakukan: (1)
deotomatisasi (proses) dan (2) defamiliarisasi
(bentuk).

Fungsi estetik bukan semata-mata merupakan
kompetensi seni. Dalam keseharian, fungsi
estetik menonjol.
 Bedanya: fungsi estetik karya seni sangat
dominan, tetapi dalam keseharian fungsinya
bersifat skunder (memiliki aspek praktis
pragmatis, dan estetik.
Peranan Pembaca

F. de Saussurean 4 J. Mukarovsky
penanda (signifier) dan 1 2 3 3 2 1 artefak dan objek estetis
petanda (signified)  
   
Artefak
 Merupakan perangkat material,
Petanda (signified) huruf-huruf yang tercetak pada
Gambaran mental, yaitu pikiran halaman kertas.
atau konsep aspek mental dari
Bahasa..
Objek estetis
Merupakan representasi artefak yang
Penanda (signifier) terjadi dalam pikiran pembaca, dalam
Bunyi yang bermakna atau coretan kesadaran kolektif: aktivitas pembaca,
yang bermakna (aspek material), apa konkretisasi
yang dikatakan dan apa yang .
ditulis/dibaca
Implikasi dalam Penelitian
J. Mukarovsky
GO
Pendapatnya dibantah oleh Juhl (1980: Interpretation:
an Essay in the Philosophy of Literary Criticism. New
Jersey: Princeton University Press.
1. Pernyataam pengarang secara intensional mendahului
pembacaan secara linguistik
Formalis dan Strukturalisme
2. Ada kaitan logis antara pernyataan arti sebuah karya
Pengarang dan pembaca seolah memiliki tujuan masing- dengan niat penulisnya.
masing, teks lahir menjadi entitas yang otonom. Bahkan,
dalam teori postrukturalisme teks dianggap sebagai 3. Adanya hubungan langsung antara pengarang dan
konstruksi anonimitas. karyanya.
4. Karya sastra tidak otonom.

Ilmu pengetahuan berkembang terus, pendapat pada saat 5. Karya sastra berarti hanya memiliki satu arti.
tertentu sudah diterima secara total, pada saat yang lain Menurut Juhl, niat itu bukan pernyataan eksplisit
ditolak sama sekali. pengarang, tetapi niat terwujud dalam proses
penyusunan kalimat.
Implikasi dalam Penelitian
Juhl (1980). Interpretation: an Essay in the Philosophy of Literary Criticism. New Jersey: Princeton University
Press.
Membedakan pengertian antara “arti” (meaning) dan “makna”(significance). Arti direpresentasikan oleh teks,
sedangkan makna merupakan hubungan antara arti, person, konsep, situasi, dan segala sesuatu yang
diimajinasikan.
Juhl sependapat dengan Mukarovsky mengenai “makna”.
Artinya, “makna” berbeda-beda sesuai dengan situasi pembaca. Masalah yang ditolak Juhl: pemahaman tentang
“arti”. Menurut Juhl: ”arti” tidak ambigu, “arti” hanya satu sebagaimana diniatkan oleh penulis. “Arti” tidak
berubah oleh karena dalam bentuk artefak karya hanya dihasilkan satu kali. Apabila sudah diluar karya yang sudah
tercetak ternyata penulis memiliki maksud lain maka maksud tersebut dianggap sebagai karya yang berbeda dan
dengan sendirinya merupakan kualitas otonom yang berbeda pula.
Geoffrey Leech (1983). Semantics : the Study of Meaning. Great Britain: Pelican Books.
Membedakan 7 tipe makna: (1) Makna konseptual, makna denotatif/kognitif sebagai makna utama Bahasa; (2)
Makna konotatif, apa yang diacu melebihi makna secara konseptual, sebagai ciri umum Bahasa sastra; (3) Makna
stilistika, apa yang dikomunikasikan secara social; (4) Makna afektif, apa yang dikomunikasikan dari sikap penulis;
(5) Makna reflektif, apa yang diasosiasikan dari ekspresi yang sama; (6) Makna kolokial, asosiasi yang diperoleh
melalui kata-kata yang muncul di lingkungannya; dan (7) Makna tematik, makna menurut cara penulis dalam
menata pesannya.
Horizon Harapan
Dasar-dasar yang dirintis J. Mukarovsky (1979) dilanjutkan oleh H.R. Jauss (1983). Toward an
Aesthetic of Reception. Minneapolis: University of Minnesotta Press.
Konsep Jauss adalah horizon harapan yang tersusun atas 3 kriteria.
1. Norma generik, norma yang ada dalam teks kemudian dibaca oleh pembaca.
2. Pengalaman dan pengetahuan pembaca terhadap teks yang dibaca sebelumnya.
3. Kontras antara fiksi dan fakta, yaitu kemampuan pembaca untuk menerima teks baru.

Very Fast
Menurut Jauss (1983) Lorem ipsum dolor sit
amet consectetur.

Kualitas karya ditentukan oleh Fast


adanya jarak estetis, seberapa jauh Lorem ipsum dolor sit amet consectetur
sagitis purus.
teks berhasil melampaui harapan Normal
pada saat teks ditulis. Muncul Lorem ipsum dolor sit amet consectetur sagitis
purus dolor sit amet consectetur sagitis.
perbedaan horizon harapan:
Slow
1. Horizon harapan sastra Lorem ipsum dolor sit amet consectetur sagitis purus dolor sit amet
consectetur sagitis.

2. Horizon harapan sosial


dsb.: Ekologi, sosiopragmatik, feminisme,
 religiusitas, kultur, ……
EKSPRESIF
dsb. 
 
 MIMETIK
PSIKOLGOGI

 SOSIOLOGI

SEMIOTIKA

STRUKTURAL

STILISTIKA

TO BE
PROCESS
TERIMA
KASIH ....

You might also like