You are on page 1of 22

HUKUM PERBURUHAN DAN

KETENAGAKERJAAN
(2 SKS)

Dosen : Dr. Nafsiatun, SH.,MHum


TIU :
 Mahasiswa diharapkan mempunyai
pemahamaan tentang hukum
ketenagakerjaan pada umumnya dan
hukum perburuhan pada khususnya.
 Membahas tentang :
- hubungan buruh – majikan
- kepentingan buruh/pekerja – majikan/perush
- perlindungan hukum thdp kepentingan para
pihak dgn tekanan pd perlindungan pihak
buruh/pekerja yang kedudukannya relatif
lebih lemah.
Buku Referensi :
1. Abdul Khakim, Pengantar Hukum
Ketenagakerjaan Indonesia, Penerbit Citra
Aditya Bakti, Bandung.
2. Zainal Asikin (Ed), Dasar-Dasar Hukum
Perburuhan, Penerbit Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
3. F.X. Djumialdji, Perjanjian Kerja, Penerbit
Sinar Grafika, Jakarta.
4. UU No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
Silabus Mata Kuliah :
I. Pengantar
A. Pengertian dan Peristilahan
B. Objek Hukum Ketenagakerjaan
C. Sejarah & Sumber Hukum
Perburuhan & Ketenagakerjaan
II. Hubungan Kerja
A. Perjanjian Kerja, Perjanjian Perburuhan,
Peraturan Perusahaan
B. Hak dan Kewajiban para Pihak
C. Upah
D. Pemutusan Hubungan Kerja
III. Perselisihan Perburuhan
A. Pengertian
B. Jenis Perselisihan
C. Prosedur Penyelesaian Perselisihan
IV. Perlindungan Kerja
A. Kesehatan Kerja
B. Keselamatan Kerja
C. Organisasi Pekerja/Buruh
Kontrak Perkuliahan & Penilaian :
1. Tatap Muka & Aktivitas di kelas :10
%
2. Ujian Tengah Semester : 30 %
3. Ujian Akhir Semester : 40 %
4. Tugas Terstruktur : 20 %
 Tugas Sebelum UTS : 20 %
 Tugas Sebelum UAS : 20 %
Tugas Sebelum UTS :
- Tema :
“Perlindungan Hukum Terhadap Para
Pihak dalam Hubungan Kerja”
- Penulisan : 5 – 20 hlm,
ketik spasi : 1½ ,
jilid ukuran kwarto
sampul warna merah.
- Batas waktu pengumpulan : sebelum ujian
mid semester
BAB I
PENGANTAR

A. Beberapa Pengertian
“Perburuhan” :
 Kejadian kenyataan seseorang
biasanya disebut buruh/pekerja, bekerja
pada orang lain biasanya disebut
majikan/pengusaha dengan menerima
upah/gaji.
“Buruh” : Kelompok tenaga kerja yang sedang
memperjuangkan program organisasinya
“Pekerja” : dalam praktek sering dipakai untuk
menunjukkan status hubungan kerja seperti
pekerja kontrak, borongan, pekerja harian,
pekerja honorer/kontrak.
“Karyawan/Pegawai” : lebih sering dipakai
untuk data administrasi (Pegawai : PNS, yang
bekerja pada pemerintah  UU No.43/1999,
UU No. 5/ 2014
 Buruh : identik dengan pekerjaan kasar,
pendidikan rendah, dan penghasilan rendah
pula. Bahkan pada zaman kolonial terdapat
istilah kuli, mandor, atau semacamnya yang
menempatkan buruh pada posisi yang lemah
di bawah pengusaha. Padahal keberadaan
buruh sangatlah penting artinya bagi
kelangsungan perusahaan.
Istilah buruh terdapat dalam (setidaknya) 4
(empat) undang-undang:
1. UU No. 23 Tahun 1948
tentang Pengawasan Perburuhan
2. UU No. 22 Tahun 1957 tentang
Penyelesaian Perselisihan Perburuhan
3. UU No. 21 Tahun 2000 tentang
Serikat Pekerja/ Serikat Buruh
4. UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan  yang menyamakan
istilah buruh dengan pekerja
 Dalam Pasal 1 angka 2 UU No. 13/ 2003
Tentang Ketenagakerjaan : Bahwa istilah
“tenaga kerja” mengandung pengertian
yang bersifat umum, yaitu setiap orang
yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang/jasa untuk
memenuhi kebutuhan sendiri/masyarakat.
 Pengertian tersebut belum jelas
menunjukkan status hubungan kerjanya.
Pengertian Hukum Perburuhan :

1. G. Karta Saputra & RG.Widianingsih:


 “Hk.Perburuhan adalah sebagian dari
hukum yang berlaku (segala peraturan)
yang menjadi dasar dalam hubungan
kerja antara buruh/pekerja dengan
majikan atau perusahaannya, mengenai
tata kehidupan dan tata kerja yang
langsung bersangkut paut dengan
hubungan kerja”.
2. MR. Molenaar :
 “Hukum Perburuhan adalah bagian
dari hukum yang berlaku yang pada pokoknya
mengatur hubungan antara Buruh dan
Majikan, Buruh dan Buruh serta Buruh
dengan Penguasa”.
3. MR. Mok :
 “Hk. Perburuhan adalah hukum yang
berkenaan dengan pekerjaan yang dilakukan
dibawah pimpinan orang lain dan dengan
keadaan penghidupan yang langsung
bergantung dengan pekerjaan itu”.
4. MR. Soetikno :
 “Hk. Perburuhan adalah keseluruhan
hukum mengenai hubungan kerja yang
mengakibatkan seseorang secara pribadi
ditempatkan dibawah perintah / pimpinan
orang lain dan mengenai keadaan
penghidupan yang langsung bersangkut paut
dengan hubungan kerja tersebut”.
5. Prof. Imam Soepomo :
 “Hk. Perburuhan adalah suatu
himpunan peraturan,baik tertulis maupun
tidak tertulis yang berkenaan dgn kejadian
seseorang bekerja pada orang lain dengan
menerima upah”.
Kesimpulan dari pendapat para sarjana :
 Bahwa Hukum Perburuhan mengandung
unsur-unsur :
1. Merupakan serangkaian peraturan baik
tertulis maupun tidak tertulis.
2. Peraturan tersebut mengatur masalah
hubungan kerja.
3. Adanya unsur orang lain yang bekerja pada
orang lain.
4. Adanya upah atau gaji.
Sifat Hukum Perburuhan

“Hukum Perburuhan dapat bersifat Perdata,


dapat pula bersifat Publik”
 Bersifat Perdata / Privat :
Dikarenakan Hukum Perburuhan mengatur
hubungan kerja antara pekerja dengan
majikan, yang tidak lain merupakan hubungan
antara orang perseorangan dan dalam
hubungan kerja tersebut dilakukan atas dasar
perjanjian kerja.
 Bersifat Publik :
Karena dalam berbagai permasalahan
perburuhan Pemerintah ikut campur tangan
dalam menangani permasalahan perburuhan
seperti contohnya dalam masalah
perselisihan perburuhan atau adanya sanksi
hukum dalam peraturan perundang-undangan
yang mengatur masalah perburuhan
Tujuan Hukum Perburuhan

Melaksanakan keadilan sosial dalam bidang


perburuhan yang diselenggarakan dengan jalan
melindungi buruh terhadap kekuasaan majikan

Dapat terlaksana :

Apabila peraturan2 dalam bidang Perburuhan


dijalankan secara konsekuen baik oleh majikan
maupun buruh itu sendiri serta masing2 pihak
memahami tentang hak dan kewajibannya.
Sejarah Hukum Perburuhan

A. Hukum Perburuhan pada masa penjajahan


B. Hukum Perburuhan pada masa
kemerdekaan :
1. Pada masa Orde Lama
2. Pada masa Orde Baru
3. Pada masa Reformasi
A. Hukum Perburuhan Masa Penjajahan
1. Zaman Penjajahan Belanda
a. Zaman Perbudakan
b. Zaman Rodi (kerja paksa)
c. Zaman Poenale Sanctie

2. Zaman Penjajahan Jepang


a. Zaman Romusa
B. Hukum Perburuhan Setelah Kemerdekaan
 Di awal kemerdekaan masalah hukum
perburuhan belum menjadi pemikiran yang
serius dari pemerintah karena kondisi pada
waktu itu yang menjadi prioritas adalah
bagaimana mempertahankan kemerdekaan
dan menjaga keutuhan NKRI. Pengaturan
terhadap masalah perburuhan masih
mengacu pada peraturan perundangan yang
sudah ada (Buku III KUH Perdata)

You might also like