You are on page 1of 12

PROSES AUDIT

KELOMPOK 2
Erico Yoandri
BS-1
2161201105
Dosen Pembimbing: Alfahmi, SE, M.AK
Pengertian Proses Audit
• Pengauditan yaitu proses pengumpulan dan pengujian bukti secara sistematis dan
objektif tentang objek pengauditan, untuk menentukan tingkat kesesuaian dengan
kriteria yang berlaku, serta mengkomunikasikan hasil pengauditan kepada pihak
yang berkepentingan. Sedangkan proses audit memiliki pengertian sebagai
kegiatan evaluasi terhadap organisasi, sistem, prosedur, hingga produk dalam
sebuah bisnis atau perusahaan.
• Proses audit sendiri tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, mengingat sifat
yang penting, audit harus dilaksanakan oleh pihak yang memahami tentang audit
sehingga menghasilkan keputusan yang objektif dan jujur. Pihak yang melakukan
audit biasanya disebut dengan auditor.
Pengertian Proses Audit
• Audit pada umumnya merupakan evaluasi untuk laporan keuangan saja, mulai dari komponen
perorangan, bahkan juga sampai tingkat perusahaan. Selanjutnya, proses audit menghasilkan suatu
data yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk menjadi dasar dan bahan pertimbangan dalam
menentukan sebuah keputusan.
• Misalnya saja, ada sebuah pabrik bahan makanan yang melakukan laporan keuangan. Menurut data
yang ada dalam laporan keuangan, modal yang digelontorkan dari pembelian bahan baku disebut
sudah sesuai dengan kenyataan. Kebenaran itu juga sudah dimuat dalam laporan keuangan. Auditor
dapat melakukan pengujian ulang terkait kebenaran data tersebut. Audit sama halnya menjadi penguji
terakhir sebuah data sehingga perusahaan bisa memiliki data yang tepat untuk ke depannya.
• Apabila pihak yang melakukan audit menemukan adanya pemasukan yang tidak optimal dan
pengeluaran yang tidak efektif, maka bisnis atau perusahaan memiliki alasan yang logis dan tepat
sesuai dengan laporan keuangan untuk melakukan evaluasi dan perubahan ke depannya. Hal itulah
yang membuat audit memegang pengaruh yang sangat besar dalam sebuah bisnis atau perusahaan
terkait pengoperasian untuk periode tertentu dan perkembangan perusahaan selanjutnya.
Tanggung Jawab dan Tujuan dalam Proses Audit
• Seorang auditor bertanggung jawab pada bagian perencanaan, pengendalian, dan juga pencatatan
segala pekerjaannya. Auditor bertanggung jawab atas sistem akuntansi, dimana seorang auditor harus
tahu dengan pasti mengenai sistem pencatatan maupun transaksi dan menilainya untuk laporan
keuangan.
• Sebuah bisnis atau perusahaan melakukan audit yang pada dasarnya adalah kegiatan pemeriksaan
ulang. Tujuan melakukan audit yaitu agar dapat memberikan bantuan pada bisnis atau perusahaan
sehingga bisa semakin berkembang selanjutnya. Dalam melakukan audit, auditor melakukan
pemeriksaan pada hal-hal seperti kelengkapan, ketepatan, eksistensi, penilaian, klasifikasi,
pengungkapan, hingga pisah batas atau cut off.
• Sebagai kegiatan yang memiliki dampak yang sangat besar, audit mampu memberikan pengaruh
kepada bisnis atau perusahaan dalam melakukan pengambilan kebijakan dengan tepat dan akurat. Oleh
karena itu, bisnis atau perusahaan yang memiliki data yang lengkap dan akurat sangat berpotensi untuk
dapat maju dan berkembang. Hal itulah yang membuat audit menjadi sangat penting, sehingga bisnis
dan perusahaan dapat memiliki dan menggunakan data yang tepat, sehingga meminimalisasi adanya
pengambilan kebijakan yang asumtif atau tidak mendasar.
Jenis Proses Audit
1. Proses Audit Preventif: Jenis proses audit ini adalah cara untuk mengantisipasi
masalah, menyajikan serangkaian pedoman agar proses berlangsung dengan baik
dan melakukan indikasi. Misalnya, atribusi dan tanggung jawab yang melekat
padanya.
2. Proses Audit Detektif: Digunakan untuk mendeteksi jika ada anomali dalam
prosesnya, tetapi tanpa menunjukkan cara untuk memperbaikinya.
3. Proses Audit Korektif: Dalam kasus ini, setelah proses audit mendeteksi suatu
masalah, ia harus menyelidiki penyebabnya guna menyarankan cara untuk
memperbaikinya.
Tahapan Penting Proses Audit agar Sukses
1. Menyiapkan Dokumen yang Diperlukan: Tahap atau langkah pertama untuk menyukseskan proses
audit yaitu pihak bisnis atau perusahaan melengkapi dokumen sesuai permintaan dari auditor. Pihak
auditor biasanya mengirimkan daftar berkas kepada manajemen bisnis atau perusahaan sebelum
proses audit berjalan. Daftar berkas dari pihak auditor sendiri biasa disebut dengan audit checklist.
2. Merencanakan Proses Audit yang akan Dilakukan: Selanjutnya, tahap atau langkah kedua adalah
melakukan perencanaan proses audit. Proses audit yang dilakukan akan disesuaikan dengan dokumen
yang telah dikirimkan pihak manajemen. Proses audit yang dilakukan berbeda-beda, hal itu
menyesuaikan karakteristik yang dimiliki oleh pihak auditor. Namun, pihak auditor pada dasarnya
tetap harus mengikuti kode etik yang berlaku, seperti beberapa poin atau alur yang wajib dijalankan.
3. Mencari Jadwal Pelaksanaan Rapat Terbuka sebelum Proses Audit: Setelah dokumen sudah siap dan
perencanaan dari auditor sudah ditentukan, maka selanjutnya adalah menentukan jadwal pelaksanaan
rapat terbuka sebelum proses audit dilakukan. Dalam menyusun jadwal, pihak auditor akan
menghadirkan beberapa staff penting perusahaan dalam rapat terbuka sebelum proses audit
dilakukan, seperti Manajemen Senior, Staf Administrasi Utama, atau General Affair.
Tahapan Penting Proses Audit agar Sukses
4. Mulai Melaksanakan Kerja Lapangan Pasca Rapat Terbuka: Langkah selanjutnya adalah memulai kerja
lapangan dengan melakukan komunikasi kepada anggota staf perusahaan untuk meninjau prosedur dalam
proses audit. Beberapa pihak auditor juga akan melakukan pemeriksaan pada aspek kepatuhan manajemen
dari sebuah bisnis atau perusahaan terkait laporan keuangan secara tertulis melalui ketentuan PSAK.
5. Menyiapkan Laporan Audit: Tahapan proses audit selanjutnya adalah melakukan persiapan dan penyusunan
laporan audit yang sudah dilaksanakan. Laporan audit akan memuat berbagai informasi yang berhasil
diperoleh dari proses audit. Laporan audit merupakan informasi yang dijelaskan secara rinci tentang
kesalahan atau masalah yang ditemukan setelah melakukan pemeriksaan ulang data yang dimiliki oleh
sebuah bisnis atau perusahaan.
6. Meminta Tanggapan Klien pada Rapat Penutupan: Tahap terakhir dalam proses audit adalah mengadakan
rapat penutupan dengan pihak perusahaan atau bisnis agar mendapatkan data yang lebih rinci dan lebih tepat.
Dalam rapat penutupan ini, pihak auditor akan menyimak segala tanggapan serta pendapat dari pihak
perusahaan atau bisnis tentang masalah atau temuan dalam laporan audit. Pihak auditor juga akan melakukan
pendeskripsian terkait perencanaan pada pihak perusahaan atau bisnis sehingga bisa mengatasi temuan atau
masalah dalam laporan audit.
Bukti Audit
• Bukti Audit (Audit Evidence) merupakan segala jenis informasi relevan yang
nanti akan digunakan oleh auditor sebagai dasar dalam mengeluarkan opini
auditnya. Bukti ini dalam laporan keuangan umumnya berbentuk nominal, dalam
legal audit berbentuk dokumen hukum. Selain itu, bukti bisa juga berupa hasil
observasi auditor dan hasil wawancara yang dilakukan kepada pihak terkait.
• Seorang auditor pasti membutuhkan bukti audit ini sebagai dasar dalam
mengeluarkan opini yang dapat dipercaya dan berkualitas. Bukti ini bisa
didapatkan melalui beragam cara yakni bisa melalui inspeksi, pengamatan,
meminta keterangan dari pihak terkait, dan melakukan konfirmasi atas laporan-
laporan yang sebelumnya telah dikirimkan kepada auditor.
Cara Mengukur Kualitas Bukti Audit
1. Relevansi: Bukti audit yang diberikan haruslah relevan dengan tujuan dilaksanakannya audit.
Misalnya, ketika yang ingin diaudit dalam perusahaan adalah persediaan, maka bukti yang paling
relevan adalah dengan cara melihat langsung stok persediaan yang ada.
2. Sumber Perolehan Bukti: Asal peroleh bukti juga menjadi dasar pertimbangan yang menentukan bagi
seorang audit, informasi yang diperoleh dari pihak lain yang independen akan semakin dipercaya.
Kemudian, informasi yang bersalah dari manajemen internal yang sangat transparan dengan
pengelolaan yang baik, pasti dapat lebih dipercaya. Terakhir, informasi yang diperoleh auditor sendiri
melalui pengamatan, inspeksi dan sejenisnya tentu lebih dapat dipercaya.
3. Ketepatan Waktu: Dalam audit keuangan ketepatan waktu atau tanggal dari bukti audit sangat
menentukan tingkat validitas, terutama bila yang diaudit adalah mengenai hutang dan aktiva lancar,
laporan laba rugi, surplus keuangan, dan sejenisnya. 
4. Objektifitas: Bukti yang sifatnya objektif tentu lebih baik dari bukti yang sifatnya subjektif.
Bagaimana cara menentukan suatu bukti adalah objektif atau subjektif? Tentu caranya adalah dengan
menentukan siapa yang menandatangani bukti dan siapa yang memberikan bukti tersebut.
Jenis Bukti Audit
1. Pengujian Fisik: Bukti jenis ini adalah fakta atau informasi yang diperoleh oleh auditor dengan cara melihat
secara langsung fisik dari aset perusahaan. 
2. Konfirmasi: Bukti konfirmasi ini adalah fakta yang diperoleh auditor berdasarkan pernyataan, baik bersifat
langsung maupun tertulis oleh pihak ketiga yang independen. 
3. Dokumentasi: Dalam memperoleh bukti yang valid, setelah melakukan pengujian fisik atau terhadap bukti
barang yang sifatnya habis pakai atau berupa kegiatan, maka cara pembuktian yang paling relevan adalah dengan
melakukan dokumentasi.
4. Analitis: Bukti analitis ini berkaitan dengan kompetensi keilmuan dari auditor, dalam memperoleh bukti analitis
ini umumnya auditor akan membandingkan suatu objek dengan objek lainnya. 
5. Wawancara: Wawancara ini diperlukan sebagai bukti pendukung, misalnya untuk menilai bagaimana kinerja
manajemen dalam mengelola perusahaan. Bukti yang paling valid antara lain adalah dengan melakukan
wawancara terhadap pegawai atau organisasi dibawahnya.
6. Perhitungan Ulang: Bukti ini hanya berlaku jika yang diaudit adalah laporan keuangan. Teknik ini digunakan
untuk mengukur validitas hasil perhitungan yang dilakukan klien.
7. Observasi: Meskipun hampir sama dengan pengujian fisik, tetapi prakteknya berbeda. Pengujian fisik lebih detail
dari observasi, sebab dalam observasi ini hanya dilakukan pengamatan saja tanpa melakukan kontak fisik. 
Contoh Bukti Audit
1. Dokumen yang Disiapkan oleh Auditor: Dokumen-dokumen disusun secara sistematis untuk
memverifikasi keakuratan saldo/transaksi rekening. Dalam praktiknya, auditor menghitung ulang
angka-angka seperti depresiasi, amortisasi, pajak tangguhan, provisi, estimasi, dan item lainnya untuk
memastikan akurasi.
2. Dokumen Internal Perusahaan: Klien audit secara internal menghasilkan dokumen-dokumen. Bisa
berupa memo internal, email internal, dan register, meskipun ada sedikit kredibilitas dokumen-
dokumen ini sebagai bukti. Tetapi ini dapat digunakan sebagai bukti, jika pengendalian internal yang
diterapkan oleh bisnis yang kuat.
3. Dokumen Pihak Ketiga: Pihak-pihak tersebut dapat berupa pemasok, pelanggan, bank, perusahaan
pembiayaan, perusahaan leasing, pemerintah, dan pemangku kepentingan eksternal lainnya.
Dokumen-dokumen ini lebih dapat diandalkan karena dihasilkan oleh bisnis/perusahaan independen
dari klien audit. Dokumen-dokumen ini dapat berupa faktur pembelian, nota pengiriman, cek, laporan
mutasi bank (verifikasi pembayaran), pemberitahuan, email, kontrak, dan banyak hal lainnya.
TERIMA KASIH

You might also like