You are on page 1of 12

SISTEM NILAI KEBENARAN

Inisiasi Tutor ke: 7


Mata Kuliah: Logika
Program Studi: Sosiologi
Fakultas: FHISIP
Penulis: Puri Kurniasih
Email: purikurniasih@gmail.com
Penelaah: Nurhayati, S.Sos., M.Si
Email:
Sistem yang digunakan untuk membuktikan sah tidaknya suatu penalaran yang
khusus penalaran majemuk adalah nilai dari pernyataan itu sendiri. Pernyataan
sebagai dasar penalaran mempunyai dua kemungkinan nilainya, yaitu benar atau
salah. Tidak ada kemungkinan ketiga dan juga tidak ada dua nilai tersebut dalam satu
pernyataan tunggal.
 
Contoh:
Indah sedang berada di Bandung
Kemungkinannya adalah
1) Benar bahwa Indah ada di Bandung atau
2) Salah bahwa Indah ada di Bandung
Tidak mungkin Indah ada dan sekaligus tidak ada di Bandung
Nilai benar atau salah tersebut yang disebut nilai kebenaran
Benar bahwa hal tersebut sesuai, atau benar bahwa hal tersebut tidak sesuai.
 
Untuk mempermudah mengecek nilai kebenaran akan suatu pernyataan kita dapat
menggunakan Tabel Nilai Kebenaran.
Tabel Nilai Kebenaran
Nilai kebenaran dapat direduksi menjadi sebuah simbol:
1 = nilai benar (T = true/nilai benar - B = nilai benar)
0 = nilai salah (F = false/nilai salah - S = nilai salah)
 
A. Nilai Dua Komponen
Pernyataan-pernyataan tunggal jika dirangkaikan menggunakan perangkai
logika akan menjadi proposisi majemuk atau disebut pernyataan majemuk.
Biasanya pernyataan-pernyataan tersebut disimbolkan “p” dan “q” contoh:
 
Pernyataan 1: Indah adalah mahasiswa semester 5 (p)
Pernyataan 2: Indah adalah mahasiswa pintar (q)
Pernyataan majemuk: Indah adalah mahasiswa semester 5 dan pintar (p dan q)
 
Rumus: 22 = 4 kemungkinan pernyataan
 
Indah adalah mahasiswa semester 5 dan pintar
Indah bukan mahasiswa semester 5, tapi pintar
Indah adalah mahasiswa semester 5, tapi tidak pintar
Indah bukan mahasiswa semester 5 dan tidak pintar
 
Tabel Nilai Kebenaran
B. Nilai Beberapa Komponen
Merupakan pernyataan yang lebih dari dua pernyataan tunggal.
 Contoh:
Pernyataan 1: Indah adalah mahasiswa semester 5 (p)
Pernyataan 2: Indah adalah mahasiswa pintar (q)
Pernyataan 3: Indah mendapat beasiswa (r)
Pernyataan majemuk: Indah adalah mahasiswa semester 5, pintar, dan mendapat beasiswa.
 Rumus 23 = 8 kemungkinan pernyataan
 
Indah adalah mahasiswa semester 5, pintar, dan mendapat beasiswa
Indah bukan mahasiswa semester 5, tapi pintar, dan tidak mendapat beasiswa
Indah adalah mahasiswa semester 5, tidak pintar, tapi mendapat beasiswa
Indah bukan mahasiswa semester 5 dan tidak pintar, tapi mendapat beasiswa
Indah adalah mahasiswa semester 5 dan pintar, tapi tidak mendapat beasiswa
Indah bukan mahasiswa semester 5, tapi pintar dan mendapat beasiswa
Indah adalah mahasiswa semester 5, tapi tidak pintar dan tidak mendapat beasiswa
Indah bukan mahasiswa semester 5, tidak pintar, dan tidak mendapat beasiswa
Tabel Nilai Kebenaran

C. Nilai Negasi
Pengingkaran atau negasi dari suatu pernyataan, jika pernyataan semula dinilai benar,
maka pernyataan sebagai ingkarannya dinilai salah.
Pernyataan (p) maka ingkarannya adalah (~p).
 
Contoh:
Pernyataan 1: Indah adalah mahasiswa semester 5 (p)
Negasi Pernyataan 1: Indah bukan mahasiswa semester 5 (~p)
Pernyataan majemuk: Indah mahasiswa semester 5 atau bukan semester 5.
 
Rumus: p ≠ ~p atau ~(p = ~p) [dibaca: tidak mungkin p sekaligus bukan p]
 
Penalaran Hipotetis
Merupakan proposisi majemuk yang terhubung secara hipotetis atau hubungan
ketergantungan p (anteseden) dan q (konsekuen), yang dibedakan antara proposisi
ekuivalen, proposisi implikatif, dan proposisi problematik, tidak semuanya dapat
dirumuskan secara tepat dalam bentuk tabel kebenaran.
 
Diantara tiga macam bentuk hipotetis, yang dapat dirumuskan secara pasti hanya
proposisi ekuivalen saja atau biasa disebut ekuivalen atau bikondisional atau biimplikasi
dan proposisi implikatif yang disebut implikasi.
Sementara proposisi prolematik tidak dapat dirumuskan dalam table kebenaran, karena
hubungannya bersifat kemungkinan. Sehingga, nilai kebenaran dapat mungkin benar
juga mungkin salah.
 
Penalaran Hipotetis
A.Nilai Ekuivalen
Jika p maka q dan jika q maka p, disimbolkan p ⟺ q
 
B. Nilai Implikasi
Jika p maka q, tapi q belum tentu p, disimbolkan p⟹q
 
C. Penyimpulan Langsung
Penalaran dalam bentuk penyimpulan langsung dengan satu pangkal pikIr dan
kesimpulan disebut dengan istilah eduksi, ada tiga macam penyimpulan: konversi,
inversi, dan kontraposisi.
1. Konversi
Penyimpulan hipotetis dengan cara menukar kedudukan dua bagian sebagai
anteseden dan konsekuen yang kesimpulannya disebut konvers.
2. Inversi
Penyimpulan hipotetis dengan cara menegasikan kedua bagian sebagai anteseden dan
konsekuen yang kesimpulannya disebut invers.
3. Kotraposisi
Penyimpulan hipotetis dengan cara menukar kedudukan anteseden dan konsekuen
serta menegasikannya dan kesimpulannya disebut kontrapositif.
Penalaran Hipotetis
Tidak semua dapat diterapkan dalam proposisi hipotetis secara tepat. Proposisi
ekuivalen ketiga bentuk penyimpulan dapat diterapkan, tapi pada proposisi implikasi
hanya kontraposisi yang dapat diterapkan.
 
1. Penyimpulan Ekuivalen
Konversi (Konv) : (p⟺q) ⟺ (q⟺p)
Inversi (Inv) : (p⟺q) ⟺ (~p⟺~q)
Kontraposisi (Kont) : (p⟺q) ⟺ (~q⟺~p)
 
2. Penyimpulan Implikasi
Kontrapositif dari implikasi adalah tepat, tapi konvers dan invers dari implikasi
tidak tepat. Dapat dinyatakan dalam suatu kaidah, yaitu kontraposisi (Kont) atau
transposisi (Trans).
Transposisi (Trans) : (p⟹q) ⟺ (~q⟹~p)
Penalaran Hipotetis
D. Tautologi dan Kontradiksi
Suatu penyimpulan baik langsung maupun tidak langsung untuk penalaran majemuk
dapat dibuktikan ketepatannya dengan nilai kebenaran, di samping juga diagram
himpunan, yang dapat ditentukan menjadi tiga macam, yaitu: tautologi, kontradiksi,
dan kontingensi. Penyimpulan yang tepat adalah berbentuk tautologi, kebalikannya
adalah kontradiksi, jika ada yang tepat dan ada yang tidak disebut kontingensi.
1. Tautologi
Suatu penalaran mesti benar karena bentuk logikanya apapun nilai yang diberikan
pada tiap bagiannya.
2. Kontradiksi
Suatu penalaran mesti salah karena bentuk logikanya apapun nilai yang diberikan
pada tiap bagiannya.
3. Kontingensi
Suatu penalaran dapat benar dan dapat juga salah karena bentuk logikanya apapun
nilai yang diberikan pada tiap bagiannya.
Disjungsi dan Konjungsi
Merupakan dua pernyataan yang selalu berhubungan karena disjungsi merupakan
penjumlahan logika dan konjungsi merupakan perkalian logika, keduanya banyak
dibicarakan dalam pengolahan.
 
A. Penalaran Disjungsi
1. Disjungsi Eksklusif
Sebuah pernyataan tidak mungkin kedua komponennya bernilai benar,
keduanya
saling menyisihkan. Disimbolkan: (p ⊻ q)
2. Disjungsi Inklusif
Sebuah pernyataan tidak mungkin kedua komponennya bernilai salah, hanya
mengenai apa yang dibicarakan, bukan di luar itu.Disimbolkan: (p ˅ q)
3. Disjungsi Alternatif
Sebuah pernyataan benar jika kedua komponen berbeda nilai, tidak bisa sama
nilainya; sama sama benar atau sama sama salah. Disimbolkan: (p ⩣ q)
Disjungsi dan Konjungsi
B. Penalaran Konjungsi
Pernyataan konjungsi ini, dua bagiannya merupakan kesatuan sebutan yang
diungkapkan sebagai penyertaan, yang satu disertai yang lain. Ungkapan penyertaan
berupa kesatuan sebutan secara umum dinyatakan dengan kata “dan”, dimana
pernyataannya dinilai benar jika kedua bagiannya bernilai benar. Pengingkaran salah
satu unsur berarti pengingkaran konjungsi dan kebenaran konjungsi berarti kebenaran
tiap unsurnya, disimbolkan (p ∧ q).
Sumber
Noor Muhsin Bakri dan Sonjoruri Budiani
Trisakti. Logika. Ed.2. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2016, hal. 8.3-5.56.

You might also like