You are on page 1of 36

POLIP NASI

Case Report Session


Dedy Kurniawan, S. Ked
dr. Lusiana H Y, Sp.THT-KL
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN THT
RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014
Identitas Pasien
 Nama : Tn. KH
 Umur : 36 tahun
 Jenis kelamin : Laki-Laki
 Alamat : Jl. Sarolangun RT 07 Ds.
Kampung Baru Kec. Muara Tembesi Kab. Batanghari
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Sopir
 Pendidikan : SLTP
 Tanggal pem. : 24 Juni 2014
Anamnesis
 Keluhan Utama: Hidung buntu ± 3 tahun yang lalu.
 Riwayat Perjalanan Penyakit: Tiga tahun sebelum
datang ke Rumah Sakit Os mulai mengeluh hidung
buntu pada sebelah kiri. Os juga merasa keluar
cairan berwarna jernih dari hidung dan kadang-
kadang keluar cairan berwarna hijau. Cairan tersebut
dirasakan Os berbau amis. Pembauan os juga mulai
berkurang. Mimisan, nyeri hidung dan bersin
disangkal.
Anamnesis
 Dua tahun lima bulan sebelum datang ke Rumah Sakit Os mulai
mengeluh hidung buntu juga di sebelah kanan. Sehingga os bernafas
melalui mulut. Os juga merasakan bau nafas apabila bernafas melalui
mulut. Os merasakan apabila berbicara menjadi sengau. Selain itu
lama kelamaan os tidak dapat membau lagi. Os merasakan ada lendir
yang melewati tenggorokan sehingga os menelan lendir tersebut.
Terkadang os membuangnya melalui mulut dan cairan tersebut
berwana jernih atau kehijauan.
 Satu tahun sebelum datang ke Rumah Sakit Os merasa sakit yang
hilang timbul dan mengganggu tidur. Os juga merasa terkadang
telinga berdenging di sebelah kiri. Keluarnya cairan di telinga kiri
disangkal. Gatal, nyeri, tuli, pusing berputar, mual dan muntah
disangkal.
Cont’d
 Riwayat Pengobatan: Os pernah berobat alerginya
namun tidak sembuh sampai gejala hidung buntu timbul.
 Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat hipertensi (-),
riwayat DM (-), riwayat alergi (+) ; setiap hari Os selalu
keluar cairan jernih dari hidung dan terkadang batuk-
batuk sejak SMP, pada saat tidur Os terkadang terbangun
untuk mengeluarkan cairan tersebut.
 Riwayat Penyakit Keluarga: Sepupu Os memiliki
riwayat alergi yang sama. Riwayat hipertensi dan DM
dalam keluarga di sangkal.
Autoanamnesis
TELINGA HIDUNG TENGGOROK LARING
Gatal : -/- Rinore : +/+ Sukar Menelan : - Suara parau : -
Dikorek : -/- Buntu : +/+ Sakit Menelan : - Afonia : -
Nyeri : -/- Bersin Trismus :- Sesak napas : -
Bengkak : -/- * Dingin/Lembab : - Ptyalismus : - Rasa sakit :
Otore : -/- * Debu Rumah :- Rasa Ngganjal : - Rasa ngganjal : -
Tuli : -/- Berbau : +/+ Rasa Berlendir : +
Tinitus : -/+ Mimisan : -/- Rasa Kering : -
Vertigo : - Nyeri Hidung : -/-
Mual :- Suara sengau : +
Muntah : -
Pemeriksaan Fisik
 Vital sign
Kesadaran : compos mentis
Pernapasan : 20 x/i
Suhu : 36,5 °C
Nadi : 92 x/i
TD : 120/80 mmHg
 Telinga: DBN
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi

Tampak deformitas hidung luar, lubang hidung mekar dan batang hidung melebar

Palpasi

Teraba deformitas batang hidung, nyeri tekan sinus (-)

Rinoskopi Anterior Kanan Kiri

Vestibulum nasi Sekret (+) Sekret (+)

Kavum nasi Sekret (+) Sekret (+)

Selaput lendir Sekret (+), Pucat (+) Sekret (+), Pucat (+)

Septum nasi Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai

Lantai + dasar hidung Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai

Konka inferior Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai

Meatus nasi inferior Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai

Polip Polip stadium 3 Polip (+) stadium 3

Korpus alineum - -

Phenomena palatum mole Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai


Pemeriksaan Fisik
Rinoskopi Posterior Kanan Kiri

Sekret (+), hiperemis (-),


Kavum nasi Sekret (+), hiperemis (-), Edema mukosa (-)
Edema mukosa (-)

Selaput lendir Sekret (+) Sekret (+)

Koana DBN DBN

Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-)

Hiperemis (-), livide (-),


Konka superior Hiperemis (-), livide (-), hipertrofi (-)
hipertrofi (-)

Adenoid DBN DBN

Massa tumor - -

Polip + +

Transiluminasi Sinus Kanan Kiri

Tidak dilakukan
Cont’d
 Mulut: DBN
 Faring: DBN
 Laring (Laringoskopi indirect): DBN
 KGB leher: DBN
 Nervii craniales: DBN
 Tes penala: DBN
Diagnosis dan DD
 Diagnosis
Polip nasi bilateral
 Diagnosis Banding
1. Konka polipoid
2. Angiofibroma Nasofaring Juvenil
3. Keganasan pada hidung
Tatalaksana
Diagnostik
 Test serological radioalergosorben (RAST) atau test alergi kulit

 evaluasi alergi
 Biopsi  curiga keganasan

 Radilogi :

 Waters  Sinusitis masksila dan frontal

 CT Scan  Keadaan hidung dan paranasal  proses

peradangan, kelainan anatomi, polip atau sumbatan KOM,


destruksi tulang, endoskopi
 MRI  curiga perluasan intrakranial atau perluasan hidung

benign
Cont’d
Terapi
 Pada pasien dengan polip yang sudah stadium 3 sehingga

merupakan suatu indikasi untuk dilakukan polipektomi.


 Irigasi dan pungsi sinus dan pencucian Proetz 2 kali

seminggu.
 Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan analgetik atau

obat penenang (Asam mefenamat 500 mg, 3 kali sehari).


 Untuk mencegah terjadinya infeksi pasca operasi

pemberian antibiotik 2 kali sehari selama 3 sampai 5 hari.


 Obat semprot hidung yang mengandung kortikosteroid
Cont’d
Monitoring
 Lepas tampon 2 hari setelah operasi. Diet biasa. Minta pasien

untuk kontrol ulang dalam 2 hari ke depan. Lihat apakah ada


perbaikan setelah operasi.
KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
 Menjelaskan kepada pasien mengenai tujuan dan manfaat dari

pengobatan yang diberikan kepada pasien.


 Memberitahu kepada pasien akan pentingnya follow up dan terapi

yang adekuat untuk penyakitnya.


 Memberitahukan kepada pasien untuk menghindari alergen yang

menyebabkan timbulnya rhinitis pasien seperti menggunakan


masker jika pasien bekerja sebagai sopir, jaga kebersihan rumah
dan tempat tidur, serta hindari merokok.
Prognosis
 Quo ad vitam : bonam
 Quo ad fungsionam : bonam
Follow Up
Tanggal Follow Up

27/6/2014 S : Rasa menganjal di tenggorokkan, kepala sedikit pusing


O : TD : 100/70 mmHg, RR : 20x/mnt, N : 86x/mnt, T : 36,5°C
Telinga : DBN
Hidung :
Rinoskopi anterior : Keluar cairan berwarna merah di pinggiran tampon hidung kanan dan
kiri
Rinoskopi posterior : Keluar cairan berwarna merah dan tampon berwarna merah
Mulut : DBN
Tonsil : DBN
Orofaring : terdapat cairan berwarna merah
Hipofaring : terdapat cairan berwarna merah dan tampon (+)
Laring : tidak bisa dinilai
Lab : WBC : 16 (meningkat), RBC : 3,3 (menurun), Ht : 32,3 (menurun)
A : Post operasi polipektomi d/s hari ke 1
P : Mengeluarkan tampon di hipofaring, membersihkan darah, darah keluar sebanyak ±
600 cc, mengganti tampon
Pemberian antibiotik dan analgetik
28/7/2014 S : sulit tidur, rasa panas di dalam hidung
O : TD : 100/60 mmHg, RR : 20x/mnt, N : 69x/mnt, T : 36,8°C
Telinga : DBN
Hidung :
Rinoskopi anterior : tampon (+)
Rinoskopi posterior : tampon (+)
Mulut : DBN
Tonsil : DBN
Orofaring : tampon (+)
Hipofaring : DBN
Laring : DBN
A : Post operasi polipektomi d/s hari ke 2
P : pemberian antibiotik dan analgetik
Follow Up
Tanggal Follow Up

30/6/2014 S : rasa mengganjal


O : TD : 120/80 mmHg, RR : 18x/mnt, N : 64x/mnt, T : 35,8°C
CA : -/-, sianosis : -
Telinga : DBN
Hidung :
Rinoskopi anterior : Keluar cairan berwarna merah di pinggiran tampon hidung kanan
Rinoskopi posterior : tampon (+)
Mulut : DBN
Tonsil : DBN
Orofaring : tampon (+)
Hipofaring : DBN
Laring : DBN
A : Post operasi polipektomi d/s hari ke 4
P : pemberian antibiotik dan analgetik
1/72014 S : Rasa mengganjal, rasa panas pada hidung
O : TD : 110/60 mmHg, RR : 20x/mnt, N : 64x/mnt, T : 35,6°C
CA : -/-, sianosis : -
Telinga : DBN
Hidung :
Rinoskopi anterior : tampon (+)
Rinoskopi posterior : tampon (+)
Mulut : DBN
Tonsil : DBN
Orofaring : tampon (+)
Hipofaring : DBN
Laring : DBN
A : Post operasi polipektomi d/s hari ke 5
P : evaluasi tampon, rembesan darah minimal, tampon ka/ki 3/3, pemberian analgetik
Follow Up

Tanggal Follow Up

2/7/2014 S : nyeri kepala, tidur tidak terganggu


O : TD : 110/70 mmHg, RR : 20x/mnt, N : 64x/mnt, T : 35,7°C
CA : -/-, sianosis : -
Telinga : DBN
Hidung :
Rinoskopi anterior : tampon (+)
Rinoskopi posterior : tampon (+)
Mulut : DBN
Tonsil : DBN
Orofaring : tampon (+)
Hipofaring : DBN
Laring : DBN
A : Post operasi polipektomi d/s hari ke 6
P : pemberian antibiotik dan analgetik
Definisi
 Polip nasi adalah massa lunak yang tumbuh di
dalam rongga hidung. Kebanyakan polip berwarna
putih bening atau keabu – abuan, mengkilat, lunak
karena banyak mengandung cairan (polip
edematosa).
Anatomi Hidung
Fisiologi
 Sebagai jalan nafas
 Pengatur kondisi udara (air conditioning)

 Sebagai penyaring dan pelindung

 Indra penghidu

 Resonansi suara

 Proses bicara

 Refleks nasal
Etiologi
 Alergi terutama rinitis alergi.
 Sinusitis kronik.
 Iritasi.
 Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti
deviasi septum dan hipertrofi konka.
Patofisiologi
 Breinstein  peradangan/aliran udara bertubulensi
 perubahan mukosa hidung di daerah KUM 
prolaps submukosa  reepitelisasi dan
pembentukan kelenjar baru  peningkatan
penyerapan natrium  retensi air  polip
 Ketidakseimbangan saraf vasomotor 
peningkatan permeabilitas kapiler dan gangguan
regulasi vaskular  edema  mukosa membesar
 turun ke rongga hidung membentuk tangkai 
polip
Diagnosis
 Gejala: hidung tersumbat, rinore jernih-purulen,
parosmia, bersin
 Gejala sekunder : sakit kepala, post nasal drip, nyeri
muka, telinga rasa penuh, bernafas melalui mulut, suara
sengau, halitosis, rhinorrhea, mendengkur dan gangguan
tidur
 Pemeriksaan fisik : inspeksi  deformitas, palpasi 
teraba deformitas
 Rhinoskopi anterior : polip, sekret, pucat-hiperemis
 Rhinoskopi postertior : polip, sekret, pucat-hiperemis
Klasifikasi Polip
 Polip tunggal dan multiple
 Menurut Mackay dan Lund :
 Stadium 0 : Tidak ada polip

 Stadium 1 : Polip masih terbatas di meatus medius

 Stadium 2 : Polip sudah keluar dari meatus medius, tampak

di rongga hidung tapi belum memenuhi rongga hidung


 Stadium 3 : Polip yang massif.

 Menurut mikroskopi :
 Polip eusinofil 80-90%

 Polip neutrofil 7%
Diagnosis Banding

Konka polipoid Keganasan/karsinoma nasofaring

Angiofibroma nasofaring juvenile


Ket :
MT : Meatus medius
IT : Meatus inferior
NS : septum nasal
Tm: tumor
Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium  tes alergi pada kulit  alergi
 Radiologi  posisi Waters, AP, Caldwell dan
lateral, CT Scan, MRI
 Biopsi  keganasan

CT Scan Posisi Waters


Tatalaksana
 Oral, misalnya prednison 50 mg/hari atau deksametason selama
10 hari, kemudian dosis diturunkan perlahan – lahan (tappering
off).
 Suntikan intrapolip, misalnya triamsinolon asetonid atau
prednisolon 0,5 cc, tiap 5 – 7 hari sekali, sampai polipnya hilang.
 Obat semprot hidung yang mengandung kortikosteroid,
merupakan obat untuk rinitis alergi, sering digunakan bersama
atau sebagai lanjutan pengobatn kortikosteroid per oral. Efek
sistemik obat ini sangat kecil, sehingga lebih aman.
 Untuk polip yang ukurannya sudah besar dilakukan ektraksi polip
(polipektomi)
Polipektomi
Konka nasalis Medius
Meatus nasalis Medius
Ka Ki

Koana

Makroskopi polip setelah di


Polip sebelum di operasi operasi
Kavum nasi kanan setelah di operasi

Konka nasalis Medius


Meatus nasalis Medius

Koana

Kavum nasi kiri setelah di operasi


Komplikasi
 Sinusitis
Prognosis
 Polip hidung sering tumbuh kembali, oleh karena
itu pengobatannya juga perlu ditujukan kepada
penyebabnya, misalnya alergi.
Analisa Kasus
Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan pada Tn.KH, laki-
laki, 36 tahun, diketahui Os mengeluh hidung buntu, rhinorea
jernih dan purulen, berbau amis, parosmia, bernafas melalui
mulut, bau nafas (halitosis), sengau (rinolali oklusi), lendir yang
melewati tenggorokan (post nasal drip), mengganggu tidur,
riwayat alergi. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa gejala
secara subjektif yang terdapat pada Tn.KH sesuai dengan
kriteria keluhan utama polip nasi yaitu hidung tersumbat,
rhinorea jernih sampai purulen, parosmia, bersin-bersin, nyeri
hidung, sakit kepala, post nasal drib. Sedangkan gejala sekunder
yaitu bernafas melalui mulut, suara sengau, halitosis, gangguan
tidur dan penurunan kualitas hidup. 1
Analisa Kasus
Pemeriksaan hidung yaitu inspeksi terdapat deformitas pada
hidung luar berupa lubang hidung yang mekar dan batang hidung
melebar, palpasi teraba deformitas batang hidung, rhinoskopi
anterior didapatkan sekret berwarna jernih di kedua vestibulum
nasi terdapat polip stadium 3 di kedua cavum nasi, rhinoskopi
posterior terdapat sekret dan polip di kedua koana posterior.
Hal di atas sesuai dengan gejala polip nasi yang merupakan
massa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung yang terletak
di meatus kanalis medius ditandai dengan polip berwarna putih
keabu-abuan, tidak nyeri dan tidak berdarah saat disentuh, mudah
digerakkan, polip tidak mengecil jika menggunakan kapas
adrenalin. Pada batang hidung dapat dijumpai deformitas.
Pembagian stadium polip, stadium 1,2,31,6
Analisa Kasus
Ini juga dapat membedakan dengan diagnosis banding konka polipoid
yang nyeri dan berdarah jika disentuh, sukar digerkkan, polip
mengecil jika menggunakan kapas adrenalin, sedangkan angiofibroma
nasofaring juvenil dan keganasan dapat ditemukan epitaksis yang
masif dan mudah berdarah jika disentuh. Selain itu juga diperkuat
dengan riwayat rhinitis alergi yang merupakan salah satu faktor
presdiposisi terjadinya polip nasi.1 Kesimpulannya adalah Tn.KH
mangalami polip nasi bilateral. Selain itu pasien ini juga ditemukan
sinusitis maksilaris bilataral. Hal ini juga merupakan suatu komplikasi
dari polip nasi.5 maka pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan
adalah foto rotgen posisi Waters, CT-Scan maupun MRI serta
diperlukan test serological radioalergosorben untuk mendiagnosis dari
penyebab polip merupakan suatu rinitis alergi. Apabila polip dicurigai
suatu keganasan maka diperlukan biopsi.1
Analisis Kasus
Pada pasien ini polip sudah menutup total di kedua kavum nasi
sehingga dilakukan polipektomi serta dilakukan pencucian sinus.
Dimana indikasi polipektomi yaitu, polip menghalangi saluran
nafas, polip menghalangi drainase dari sinus sehingga sering
terjadi infeksi, polip berhubungan dengan tumor, kronik
rhinosinusitis yang gagal dengan pengobatan.2
Selain itu diberikan obat antibiotik dan analgetik. Untuk penyakit
penyerta yaitu rhinitis alergi digunakan obat kortikosteroid lokal
dan mengedukasi pasien untuk menghindari alergen yang dapat
memicu timbulnya rhinitis.1
Prognosis pada pasien ini adalah bonam. Prognosis sangat
tergantung kepada tindakan pengobatan yang dilakukan dan
komplikasi penyakit.1
Terima Kasih

You might also like