You are on page 1of 43

Madrasah Aliyah

Negeri Sidoarjo

Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah


Hukum Islam tentang Mawaris
Sub menu dan pokok bahasan meliputi:
1. Pengertian Mawaris
2. Istilah-istilah dalam Mawaris
3. Hukum Mempelajari Ilmu Mawaris
4. Hukum Membagi Harta Warisan
5. Sumber Hukum Ilmu Mawaris
6. Kedudukan Ilmu Mawaris
7. Sebab-sebab Waris Mewarisi
8. Halangan Waris Mewarisi
9. Klasifikasi Ahli Waris
10.Masalah-masalah dalam Warisan
Pengertian Ilmu Mawaris
 Dari segi bahasa, kata mawaris ‫)موارث‬ ( merupakan
bentuk jamak dari kata‫ث‬5ٌ ‫ ِم ْي َرا‬artinya harta yang
diwariskan.
 Secara istilah, berarti ilmu tentang pembagian harta
peninggalan setelah seseorang meninggal dunia.
 Ilmu mawaris disebut juga ilmu faraidh (‫ض‬ َ
ِ ‫ِئ‬5‫ َرا‬555‫)ف‬.
Kata faraidh dari segi bahasa merupakan bentuk
jamak dari ‫ْض ٌة‬
َ ‫ ِري‬555‫ َف‬yang berarti ketentuan,
bagian atau ukuran.
Istilah-Istilah Ilmu Mawaris
 Waris, adalah ahli waris yang berhak menerima warisan..
 Muwaris, artinya orang yang mewarisi harta peninggalannya,
yaitu orang yang meninggal dunia
 Al Irs, artinya harta warisan yang siap dibagi oleh ahli waris
sesudah diambil untuk kepentingan pemeliharaan jenazah
(tajhiz al janazah), pelunasan utang, serta pelaksanaan wasiat.
 Warasah,yaitu harta warisan yang telah diterima oleh ahli
waris.
 Tirkah, yaitu semua harta peninggalan orang yang meninggal
dunia sebelum diambil untuk kepentingan pemeliharaan
jenazah, pembayaran utang, dan pelaksanaan wasiat.
 
Hukum Mempelajari Warisan
 Para ulama berpendapat bahwa mempelajari dan
mengajarkan fiqh mawaris adalah wajib kifayah. Ini
sejalan dengan perintah Rasulullah SAW agar umatnya
mempelajari dan mengajarkan ilmu faraidh
sebagaimana mempelajari dan mengajarkan Al Qur’an :
َ ‫ض َو َعلِّم ُْو َها ال َّن‬
‫اس َف ِا ِّنى‬ َ ‫اس َو َت َعلَّم ُْوا ْال َف َرِئ‬
َ ‫آن َو َعلِّم ُْوهُ ال َّن‬ َ ْ‫َت َعلَّم ُْوا ْالقُر‬
َ ‫ان ِفى ْال َف ِر ْي‬
‫ض ِة‬ ِ َ
‫ن‬ ْ
‫اث‬ ‫ف‬َ ِ ‫ل‬ َ
‫ت‬ ْ
‫خ‬ ‫ي‬
َ ْ‫ن‬ ‫َأ‬ ُ ‫ض َو ْال ِع ْل ُم َمرْ فُ ْو ٌع َوي ُْو ِش‬
‫ك‬ ٌ ‫ا ْمرُو ٌء َم ْقب ُْو‬
)‫ان اَ َح ًدا ي ُْخ ِبرْ ُه َما (اخرده احمد والنسائ والدرقطتى‬ ِ ‫َفالَ َي ِج َد‬
 “Pelajarilah oleh kalian al Qur’an dan ajarkanlah kepada orang lain, dan pelajarilah
ilmu faraidh dan ajarkanlah kepada orang lain. Karena aku adalah orang yang bakal
terenggut (mati) sedang ilmu akan dihilangkan. Hampir saja dua orang yang
bertengkar tentang pembagian warisan tidak mendapatkan seorangpun yang dapat
memberikan fatwa kepada mereka” (Riwayat Ahmad, Al Nasai, dan Al Daruqutni)”.
  
Hukum Membagi Harta Warisan
 Rasulullah SAW memerintahkan agar kita membagi
harta warisan sesuai dengan sabdanya :
ِ ‫ض َعلَى ِكتَا‬
)‫ب هللاِ (رواه مسلم و ابو داوود‬ َ ‫َأ ْق‬
ِ ‫س ُموا ا ْل َما َل بَ ْي َن اَه ِْل ا ْلفَ َراِئ‬
“Bagilah harta warisan antara ahli-ahli waris menurut
kitab Allah ( Al Qur’an)”. (H.R. Muslim dan Abu
Dawud)
Sumber Hukum Mawaris
 Sumber hukum ilmu mawaris adalah Al Qur’an dan Al Hadits. Adapun sumber
hukum yang terdapat dalam Al Qur’an diantaranya Surat An Nisa ayat 7 yang
berbunyi :

َ ‫ان َواَأل ْق َرب‬


‫ُون‬ ِ َ ‫ك‬
‫د‬
َ ِ ‫ل‬‫ا‬ ‫و‬ ْ
‫ال‬ َ ‫ال نَصيِبٌ ِّم َّما تَ َر‬ ِ ‫لِّل ِّر َج‬
َ ‫ان َواَأل ْق َرب‬
‫ُون ِم َّما‬ ِ َ ‫ك‬‫د‬
َ ِ ‫ل‬‫ا‬ ‫و‬ ْ
‫ال‬ ِ َ‫َولِلنِّ َساء ن‬
َ ‫صيبٌ ِّم َّما تَ َر‬
٧﴿ ً ‫صيبا ً َّم ْفرُوضا‬ ِ َ‫﴾قَ َّل ِم ْنهُ َأ ْو َكثُ َر ن‬
 “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan
kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan
ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah
ditetapkan”. (QS. An Nisa : 7)
Kedudukan Ilmu Mawaris
 Nabi Muhammad SAW menganggap pentingnya ilmu faraidh ini dan
mengkhawatirkan kalau ilmu faraidh ini akan terlupakan. Sebagaimana
sabda Nabi Muhammad SAW :
  
‫ال تَ َعلَّ ُموا‬
َ َ‫صلَّى هللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َ ‫ض َي هللا ُ َع ْنهُ اَ َّن النَّبِ َي‬
ِ ‫ع ْن اَبِى هُ َريِ َرةَ َر‬ َ 

‫ف ْال ِع ْل ِم َوهُ َويُ ْن َسى َوهُ َو اَ َّو ُل َس ْيٍئ يُرْ فَ ُع ِم ْن اُ َّمتِى‬ َ ِ‫ْالفَ َراي‬
ُ ْ‫ض َو َعلِّ ُم ْوهَا فَاِنَّهَا نِص‬
)‫(رواه ابن ماجة والدرقطنى‬
  
 “Dari Abi Hurairah R.A bahwasannya Nabi Muhammad SAW bersabda
belajarlah ilmu faraidh dan ajarkanlah kepada manusia maka
sesungguhnya (ilmu) faraidh adalah separoh ilmu agama dan ia akan
dilupakan (oleh manusia) dan merupakan ilmu yang pertama diambil dari
ummatku (HR. Ibnu Majah dan Daruqutni)
  
Sebab-sebab Mewarisi
Menurut Islam, sebab-sebab mewarisi itu ada empat macam
sebagai berikut.
1. 1. Sebab nasab (hubungan keluarga).
2. 2. Sebab Pernikahan yang Sah
3. 3. Sebab wala’ (‫لوالء‬55‫ )ا‬atau sebab jalan memerdekakan
4. budak.
5. 4. Sebab kesamaan agama (‫لدين‬55‫تحاد ا‬5‫)ا‬.
Halangan Waris Mewarisi
1. Pembunuh
2. Budak
3. Orang Murtad
4. Perbedaan Agama
Klasifikasi Ahli Waris
Ditinjau dari sebab-sebab seseorang menjadi ahli waris, dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Ahli waris Sababiyah
Yaitu orang yang berhak menerima bagian harta warisan karena hubungan perkawinan dengan
orang yang meninggal yaitu suami atau istri.
2. Ahli waris Nasabiyah
Yaitu orang yang berhak menerima bagian harta warisan karena hubungan nasab atau pertalian
darah dengan orang yang meninggal.

Ahli waris nasabiyah ini dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :


1. Ushulul Mayyit, yang terdiri dari bapak, ibu, kakek, nenek, dan seterusnya ke atas (garis
keturunan ke atas).
2. Al Furu’ul Mayyit, yaitu anak, cucu, dan seterusnya sampai ke bawah (garis keturunan ke
bawah).
3. Al Hawasyis, yaitu saudara paman, bibi, serta anak-anak mereka (garis keturunan ke
samping) Dari segi jenis kelamin, ahli waris, dibagi menjadi ahli waris laki-laki dan ahli waris
perempuan.
AHLI WARIS LAKI-
LAKI

1. Ayah 11. Anak laki-laki paman (dari


ayah) sekandung
2. Kakek dari ayah
12. Paman dari ayah seayah
3. Anak laki-laki
13. Anak laki-laki paman
4. Cucu Lk2 dari anak Lk2 seayah
14. Suami
5. S. laki-laki sekandung
6. Anak Lk2 sdr lk2 sekndg

7. S. lk2 seayah
8. Anak lk2 S. lk2 seayah

9. S. lk2 seibu
10. Paman (dr ayah) sekndg
AHLI WARIS
PEREMPUAN

1. Ibu
2. Nenek dari pihak
ayah
5. Cucu pr dari garis
laki-laki
3. Nenek dari pihak ibu 6. Sdr pr sekandung
4. Anak perempuan
7. Sdr pr seayah
8. Sdr pr seibu
9. Isteri
ASHABAH

Ashabah adalah ahli waris yang


mendapatkan bagian di luar ketentuan
zawil furud

Adakalanya dapat mengambil seluruh


harta warisan apabila mayat tidak
mepunyai ahli waris dari zawil furud

atau mengambil sisa harta warisan Ashabah binafsih


setelah dibagikan kepada zawil furud Ashabah bil ghair

Ashabah ma’al ghair


1. Anak laki- 2. Cucu lk2 dari 3. Ayah 4. Kakek dari pihak
laki anak lk2 ayah

7. Anak lk2 sdr lk2 6. Anak lk2 sdr lk2 5. Saudara lk2
seayah sekndg sekndg

8. Paman 9. Paman 10.Anak lk2 paman


sekndg seayah sekndg

Ashabah binafsi adalah


ahli waris yang menjadi
ashabah karena diri 11. Anak lk2 paman
seayah
mereka sendiri, yang
berjumlah empat belas
orang, yaitu;
1. Anak perempuan dengan
adanya anak laki-laki

2. Cucu perempuan dari


anak laki-laki dengan
adanya cucu laki-laki dari
anak laki-laki

Ashabah bilghair adalah 3. Saudara perempuan


perempuan-perempuan sekandung dengan
adanya saudara laki-laki
yang menjadi ashabah sekandung
karena adanya laki-laki
yang menjadi ashabah
bersama-sama
4. Saudara perempuan
seayah dengan adanya
sudara laki-laki seayah
Ashabah ma’al gair adalah
perempuan-perempuan yang 1. Saudara perempuan
sekandung (seorang
dalam menerima usubahnya atau lebih) bersama
memerlukam kepada orang lain, dengan anak perempuan
atau cucu perempuan
sedangkan orang itu tidak (seorang atau lebih).
berserikat di dalam menerima
usubah tersebut 2. Saudara perempuan seayah
(seorang atau lebih)
bersama dengan anak
perempuan atau cucu
perempua (seorang atau
lebih)
HN

HH
Hijab Nuqshan; ialah hijab
yang menghalangi ahli
waris, sehingga bagiannya 2. Pindahnya bagian tertentu
berkurang atau kepada ashabah, seperti
pindahnya bagian anak
berganti/pindah statusnya. perempuan ke ashabah, jika
Hal itu terjadi antara lain; mayat mempunyai anak laki-
laki
1. Berkurangnya bagian dari
banyak menjadi sedikit, seperti 3. Pindahnya ashabah ke bagian
berkurangnya bagian suami tertentu, seperti pindahnya
dari setengah menjadi bagian ayah dari ashabah
seperempat, jika mayit menjadi ke seperenam jika
mempunyai anak mayat mempunyai anak laki-
laki atau cucu laki-laki dari
anak laki-laki
HIJAB HIRMAN
2. Hijab Hirman dengan sifat; ialah
terhalangnya ahli waris untuk mendapatkan
warisan secara mutlak, disebabkan sifat atau
perbuatan yang dilakukkannya, seperti
terhalangnya pembunuh untuk mendapat
warisan dari yang dibunuh.

Hijab Hirman dengan seseorang;


adalah terhalangnya ahli waris
secara mutlak karena adanya orang
atau ahli waris yang lebih dekat dan
menghalanginya, seperti
terhalangnya kakek untuk mendapat
warisan karena adanya ayah.

Hijab hirman dengan seseorang ini


juga disebut hijab isqat, yakni hijab
yang dapat menggugurkan bagian
ahli waris
Bagiannya seperdua jika
isteri yang meninggal tidak
mempunayai anak

SUAMI

Bagiannya seperempat jika


isteri yang meninggal dunia
mempunyai anak
Ashabah jika mayat
tidak memiliki anak

AYAH

Bagiannya seperenam jika


mayat mempunyai anak
laki-laki atau cucu laki-laki
Bagiannya sepertiga jika
Bagian mayat mempunyai beberapa
nya saudara
seper
enam
jika
tidak
ada
ayah

KAKEK

Ashabah jika mayat mempunyai


far’un dan tidak mepunyai saudara
Bagiannya Bagiannya
seperempat sepertiga jika lebih
jika dari dua orang
sendirian

SDR. LK2.
SEIBU
Bagiannya seperempat jika
mayat tidak mempunyai anak

Bagiannya
seperdelapan jika mayat
mempunyai anak

ISTERI
Bagiannya sepertiga jika tida
ada far’un atau dua saudara
laki-laki atau perempuan

IBU

Bagiannya seperenam jika


ada far’un dan dua saudara/i
NENEK
Bagiannya seperenam jika
mayat tidak mempunyai
ayah/ibu
Bagiannya seperdua jika
sendirian dan tidak ada
mu’asib

ANAK PR

Bagiannya duapertiga jika dua


orang atau lebih dan tidak ada
mu’asib

Ashabah jika ada anak laki-


laki yang menjadi mu’asib
Bagiannya seperenam jika bersama
anak perempuan tunggal dan tidak
ada mu’asibnya

Bagiaanya seperdua jika sendiri, dan


tidak anak perempuan atau
mu’asibnya;

CUCU PR

Bagiannya duapertiga jika dua orang


atau lebih dan tidak mu’asibnya

Ashabah jika bersama mu’asibnya


(cucu laki-laki darai anak laki-laki)
Bagiannya dua pertiga jika dua
orang atau lebih, dan tidak
bersama anak perempuan atau
mu’asibnya

Bagiannya
seperdua
jika sendiri,
dan tidak
anak
perempuan
SDR. PR.
KNDNG

1. Ashabah jika bersama laki-laki


mu’asibnya
2. Ashabah jika bersama saudara
Bagiannya seperdua jika
sendiri dan tidak ada far,un
atau perempuan
sekandung

Bagiannya duapertiga
jika dua orang atau
lebih, dan tida ada SDR. PR.
SEAYAH
far’un atau saudara
perempuan sekandung
Ashabah jika bersama
mu’asibnya (saudara laki-laki
seayah)

Ashabah, jika bersama far’un


dari perempuan
Bagiannya sepertiga jika dua orang
atau lebih

SDR. PR.
SEIBU

Bagiannya seperenam jika


sendirian
AYO...SIAPAKAH
YANG MENJADI
ASHABAH
BINAFSIH DARI
AHLI WARIS
BERIKUT?

AYAH CUCU PR
ANAK ISTERI
LK
ASHABAH
BIL
& GHAIR &
ADALAH... ANA
ANAK CUCU K LK ANAK
LK PR PR

& &
CUCU PR AYAH ANAK ANAK
PR LK
ASHABAH
MA’AL
& GHAIR &
ADALAH...
ANAK
ANAK CUCU LK ANAK
LK PR PR

& &
CUCU PR AYAH
SDR. PR.
KNDNG ANAK
PR
AYO...SIAPAKAH
YANG MENJADI
HIJAB NUGHSHON
DARI AHLI WARIS
BERIKUT?

AYAH CUCU PR
ANAK ISTERI
LK
AYO...SIAPAKAH
YANG MENJADI
HIJAB HIRMAN
DARI AHLI WARIS
BERIKUT?

AYAH
ANAK ISTERI NENEK
LK
HJ,6.1/3,1/6 HJ,1/3,1/6 .5

Bapak 4.1/3,1/6

HJ,9.1/3,1/6 TSB,HJ,8.1/2,1/6,2/3 TSH,HJ,7.1/2,2/3 1.1/4,1/8

10

Anak LK AB,AMB,2.1/2,2/3

Wala’
AB,AMB,HJ,3.1/2,2/3
ASB,HJ,5.1/6

ASB,HJ.12 ASB,HJ.11 ASB,1/6 .4

ASB,HJ.14 ASB,HJ.13

HJ ,8.1/3,1/6 ASB,HJ.7 ASB,HJ.6 M 1/2,¼ .1

ASB,HJ.10 ASB,HJ.9 ASB.2 ASB,HJ.15

Wala’
ASB, HJ.3
NEXT

Masalah-masalah dalam Warisan


1. Masalah Gharawain
Gharawain menurut bahasa adalah dua perkara yang
sudah jelas, yakni dua masalah yang sudah jelas dan
terkenal di kalangan ulama. Masalah gharawain hanya
terjadi apabila ahli waris yang ditinggalkan pewaris hanya
terdiri atas ibu, bapak dan suami atau istri.
Masalah gharawain terjadi jika ahli waris terdiri dari
suami atau istri, ibu dan ayah. Dalam hal ini ibu tidak
mendapat 1/3 dari keseluruhan harta sebagaimana
ketentuan QS. An-Nisa ayat 11. tetapi ibu memperoleh
1/3 dari sisa setelah diambil oleh bagian suami atau istri.
2.Masalah Musyarakah
Musyarakah adalah bergabungnya ahli waris yang tidak
mendapatkan bagian harta, kepada ahli waris lain yang
mendapat bagian harta warisan.
Masalah musyarakah terjadi jika ahli waris terdiri dari suami,
ibu atau nenek perempuan, dua orang saudara seibu atau
lebih dan saudara laki-laki kandung seorang atau lebih. Pada
kaidah umum bahwa dua sdr. laki-laki sekandung menjadi
ashabah binnafsi. Namun karena tidak mendapat sisa harta,
karena telah dihabiskan ahli waris dzawil furudh, maka sdr.
laki-laki sekandung bergabung dengan sdr. seibu atas nama
saudara seibu dengan mendapatkan bagian 1/3.

BACK NEXT
3. Masalah Akdariyah
 
Masalah akdariyah adalah kelanjutan dari masalah bertemunya kakek dan
saudara dalam satu kelompok ahli waris. Dalam kasus waris akdariyah, semua
ahli waris ditambah dengan suami yang menyebabkan bagian bersama kakek,
saudara perempuan, dan ibu semakin kecil. Dalam masalah ini pula patut
dipertimbangkan agar kakek tidak mendapatkan yang kecil.
Masalah akdariyah terjadi jika ahli waris terdiri dari : suami, ibu, kakek dan
seorang saudara perempuan kandung, menurut kaidah umum maka
pembagiannya sebagai berikut :

BACK

You might also like