You are on page 1of 22

PENYELESAIAN &

PEMBAGIAN WARIS ISLAM

RO’FAH SETYOWATI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Fleksibilitas Pembagian Waris
(Ps. 183 KHI)

“Para AW dapat bersepakat


melakukan perdamaian dalam
pembagian harta warisan, setelah
masing-masing menyadari
bagiannya”.
Dasar hukum :

• QS Ali Imron : 159


“Bermusyawarahlah engkau dengan mereka dalam segala
urusan”.

QS Asy Syuro : 38
“dan (bagi) orang-orang yang menerima seruan Tuhannya
dan mendirikan sholat, urusan mereka diputuskan dengan
musyawarah antara mereka”.

Pembagian HW dengan musyawarah membuka


kesempatan aw UNTUK MENDAPATKAN SESUAI
DENGAN keadaan dan kebutuhan proporsional.
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta
sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan
yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu
dapat memakan sebahagian daripada harta benda
orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal
kamu mengetahui.

• (Al Baqarah : 188)


LANGKAH PENYELESAIAN WARISAN

• (1) bilamana pewaris meninggalkan


warisan HP, maka oleh pewaris semasa
hidupnya atau oleh para ahli waris dapat
ditunjuk beberapa orang sebagai pelaksana
pembagian HW dengan tugas:
Lanjutan…
• a. mencatat dalam suatu daftar HP, baik berupa benda
bergerak maupun tidak bergerak yang kemudian
disahkan oleh para ahli waris yang bersangkutan, bila
perlu dinilai harganya dengan uang;
• b. menghitung jumlah pengeluaran untuk kepentingan
PW sesuai Pasal 175 ayat (1) sub a, b, dan c.

• (2) Sisanya, merupakan harta warisan yang harus


dibagikan kepada AW yang berhak.
GUGAT WARIS (Ps 188 KHI)

Para AW baik secara bersama-sama atau


perseorangan dapat mengajukan permintaan
kepada AW yang lain untuk melakukan
pembagian HW.

Bila ada diantara AW yang tidak menyetujui,


dapat mengajukan gugatan melalui PA untuk
dilakukan pembagian warisan.
PERLINDUNGAN HAK WARIS
PS 184 KHI
• Bagi AW yang belum dewasa atau tidak
mampu melaksanakan hak dan
kewajibannya, maka baginya diangkat wali
berdasarkan keputusan Hakim atas usul
anggota keluarga.
Anak Sah

Pasal 42 UU No. 1/1974 tentang UUP


yaitu
anak yang dilahirkan dalam atau sebagai
akibat perkawinan yang sah.
• Pasal 186 KHI jo Pasal 43 UUP 1/74

• Anak yang lahir di luar perkawinan


hanya mempunyai hubungan
saling mewaris dengan ibunya dan
keluarga dari pihak ibunya.
• Pasal ini terhapus oleh putusan MK ttg
pengujian UU 1/1974 tentang Perkawinan
terhadap UUD 1945, menyatakan
perubahan Pasal 43 UUP 1/1974.
Putusan MK Nomor 46/PUU-VIII/2010
13 Februari 2012.
• Ps 43 ayat (1) UU No 1/1974 tentang Perkawinan
diubah dan menjadi "anak yang dilahirkan di luar
perkawinan mempunyai hubungan perdata dengan
ibunya dan keluarga ibunya serta dengan laki-laki
sebagai ayahnya yang dapat dibuktikan
berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan/atau alat bukti lain menurut hukum
mempunyai hubungan darah, termasuk hubungan
perdata dengan keluarga ayahnya".
Notaris berwenang membuat keterangan
waris.

Syarat2 :
bukti-bukti otentik akta kelahiran yang
menyatakan bahwa anak tersebut merupakan
anak sah dari hasil perkawinan kedua
orangtuanya.
JIKA TIDAK ADA AW
Pasal 191 KHI :

” Bilapewaris tidak meninggalkan AW,


atau AW tidak diketahui ada atau
tidaknya, maka atas putusan PA
diserahkan kepada Baitul Mal untuk
kepentingan agama Islam.
LANGKAH-LANGKAH
LANGKAH PENGHITUNGAN WARIS
1. Menentukan AW dan HB, HP, HW.
2. Untuk mendapatkan HW, perhatikan faktor
pengurangannya (biaya tajhiz, wasiat & hutang PW)
3. Menentukan AW Dzawil furudz yang berhak beserta
bagiannya.
4. Menentukan AW ashabah.
5. Melakukan perhitungan pecahan.
6. Menentukan porsi masing-masing AW terhada HW.
Catatan :
• Penghitungan WASIAT (umum)
dilakukan sebelum menentukan HW.

• Penentuan WASIAT WAJIBAH


dilakukan bersamaan dengan
penghitungan untuk AW dzawil furud.
 HARTA BERSAMA (SYIRKAH)

Harta yang diperoleh selama


perkawinan, baik sendiri-
sendiri maupun bersama-sama
tanpa mempersoalkan terdaftar
atas nama suami atau istri.
HARTA PENINGGALAN

Harta yang ditinggalkan


pewaris, baik yang berupa
harta benda yang menjadi
miliknya maupun hak-
haknya
(dalam keadaan bruto).
 HARTA WARIS

Harta bawaan ditambah bagian dari


harta bersama, setelah digunakan
untuk keperluan pewaris selama
sakit sampai meninggalnya, biaya
pengurusan jenazah (tajhiz),
pembayaran hutang, wasiat dan
pemberian untuk kerabat
(dalam keadaan netto).
KEDUDUKAN HARTA WARIS
ISTRI
SUAMI

HARTA BAWAANHARTA PERKAWINANHARTA BAWAAN


SUAMI (HARTA BERSAMA) ISTRI

HARTA PENINGGALAN SUAMI


HARTA PENINGGALAN ISTRI

- Biaya Tajhiz
- Pembayaran hutang
- Pelaksanaan Wasiat
HARTA WARIS SUAMI HARTA WARIS ISTRI
KEWAJIBAN AHLI WARIS TERHADAP PEWARIS (Ps. 175) :

 Mengurus dan menyelesaikan biaya


perawatan, pengobatan sakitnya, sampai
pemakaman Jenazah selesai;
 Menunaikan kewajiban pewaris, termasuk
penagih piutang;
 Menyelesaikan wasiat; dan
 Membagi harta warisan di antara ahli waris
yang berhak.
 Tanggung jawab ahli waris terhadap
hutang atau kewajiban pewaris hanya
terbatas pada jumlah atau nilai harta
peninggalannya.
SYARAT MENJADI AHLI WARIS :
1. Mempunyai hubungan darah/perkawinan

Hubungan darah :
(1) Gol. Laki-laki : ayah, anak laki-laki, paman
dan kakek.
(2) (2) Gol. Perempuan : Ibu, anak perempuan,
saudara perempuan dan nenek.
Hubungan perkawinan : duda/janda.
Jika semua ahli waris ada, maka yang berhak
mewaris hanya anak, ayah, ibu, janda/duda.
UNTIL WE MEET
AGAIN...

You might also like