You are on page 1of 32

KORTIKOSTER

OID
FARMAKOLOGI II
Kelompok 8:
1. Catur Dwi P. (4305020031)
2. Amaliatul Khusna (4305020033)
KORTIKOSTEROID
Kortikosteroid adalah nama jenis hormone yang merupakan senyawa regulator
seluruh sistem homeostasis tubuh organisme agar dapat bertahan menghadapi
perubahan lingkungan dan infeksi. Kortikosteroid adalah golongan obat yang
penting. Obat ini digunakan untuk mengobati berbagai macam gangguan –
termasuk alergi, peradangan dan gangguan ganas – dan dengan demikian tetap
menjadi golongan obat yang penting dan relevan dalam pengaturan klinis.
MEKANISME KERJA
KORTIKOSTEROID
Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein.
Molekulhormon memasuki jaringan melalui membran plasma secara difusi pasif
di jaringan target,kemudian bereaksi dengan reseptor steroid. Kompleks ini
mengalami perubahan bentuk,lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan
kromatin. Ikatan ini menstimulasitranskripsi RNA dan sintesis protein spesifik.
Induksi sintesis protein ini merupakanperantara efek fisiologis steroid. Pada
beberapa jaringan, misalnya hepar, hormon steroidmerangsang transkripsi dan
sintesis protein spesifik; pada jaringan lain, misalnya sel limfoiddan fibroblas
hormon steroid merangsang sintesis protein yang sifatnya menghambat
atautoksik terhadap sel-sel limfoid, hal ini menimbulkan efek katabolik.
INDIKASI KORTIKOSTEROID
• asma akut : kortikosteroid intravena bila respon terapi nebulasi β2 agonis
dan aminofilin kurang baik atau pasien sudah biasa menggunakannya.
• asma persisten ringan : inhalasi kortikosteroid 200-500 mcg sebagai obat pengontrol,
bila perlu dapat ditingkatkan sampai 800 mcg.
• asma persisten sedang : inhalasi kortikosteroid 800-2000 mcg sebagai obat pengontrol.
• asma persisten berat : inhalasi kortikosteroid 800-2000 mcg atau lebih dan kortikosteroid
oral jangka panjang sebagai obat pengontrol.
• dermatitis seboroik: kortikosteroid (hidrokortison krim 2x/hari) atau sulfur presipitatum 4-
20%, resorsin 1-3%, likuor karbonas detergens 2-5% dan golongan azol.
• dermatitis stasis : lakukan kompres terbuka dengan permanganas kalikus 1/10.000
bila lesi eksudatif dan berikan kortikosteroid topikal potensi ringan sampai sedang
setelah lesi kering serta dapat dikombinasikan dengan preparat ter.
• herpes zoster : kortikosteroid (misalnya metilprednisolon & dexamethasone) sebagai anti
inflamasi steroid dapat diberikan untuk mencegah neuralgia post herpetik.
• penyakit meniere : gentamicin & kortikosteroid langsung ke dalam telinga.
• Psoriasis (psoriasis ringan) : kortikosteroid (dexamethasone) lemah–sedang di lipatan
sesuai ketebalan lesi; kortikosteroid poten-superpoten selama ≤2 minggu.
PENGGOLONGAN
KORTIKOSTEROID
Glukokortikoi
d
1 Mineralkortikoi
d
2
Glukokortikoid bertanggung mineralokortikoid yang
jawab atas berbagai efek tanggung jawabnya meliputi
fisiologis – termasuk efek anti- pengaturan elektrolit tubuh
inflamasi, imunosupresif, anti-
dan keseimbangan air.
proliferatif dan vasokonstriksi.
01
.
GLUKOKORTI
KOID
Glukokortikoid bekerja dengan
memodulasi ekspresi gen. Glukokortikoid
mencapai ini dengan mengikat reseptor di
sitosol – yang dikenal sebagai reseptor
glukokortikoid (GR). Melalui pengikatan
ini, reseptor masuk ke dalam nukleus dan

Mekanisme berikatan dengan elemen respons


glukokortikoid – pengikatan yang

Kerja
memengaruhi ekspresi gen.

Lebih khusus lagi, pengikatan ini


menyebabkan:

 Peningkatan regulasi gen anti-inflamasi


 Penurunan regulasi gen pro-inflamasi
CONTOH OBAT GOLONGAN
GLUKOKORTIKOID
1. Prednisolon
a. Indikasi : Membantu meredakan peradangan pada beberapa kondisi,
seperti radang sendi, alergi, kelainan darah, kelainan kulit,
atau kanker tertentu
b. Kontraindikasi :
1. Hipersensitivitas terhadap obat ini, atau komponennya
2. Infeksi Jamur sistemik
3. Wanita hamil trimester pertama.
4. Seseorang yang memiliki gangguan imunitas, dan sedang dalam
keadaan sakit, misalnya orang dewasa, atau anak yang non-imun
dan terserang penyakit infeksi, seperti varicella, campak
 
CONTOH OBAT GOLONGAN
GLUKOKORTIKOID
c. Dosis
1. Kondisi: Penyakit radang sendi

Sediaan: Suntikan ke sendi (intraartikular atau periartikular)


Dewasa: 5–25 mg tergantung ukuran sendi. Jumlah sendi maksimal yang boleh disuntik
dalam 1 hari adalah 3 sendi

2. Kondisi: Alergi dan peradangan akibat gangguan sistem imun, rheumatoid


arthritis, penyakit asam urat, kolitis ulseratif, atau dermatitis seboroik

Sediaan: Suntikan ke otot (intramuskular)


Dewasa: 25–100 mg 1–2 kali seminggu. Dosis maksimal 100 mg 2 kali seminggu.

Sediaan: Obat minum


Dewasa: 5–60 mg per hari, dibagi dalam beberapa dosis atau dosis tunggal.
Anak-anak: 0,14–2 mg/kgBB per hari.
CONTOH OBAT GOLONGAN
GLUKOKORTIKOID
3. Kondisi: Radang pada mata (konjungtivitis)

Sediaan: Tetes mata


Dewasa dan anak-anak: 1–2 tetes pada bagian dalam kelopak mata yang sakit, 2–4 kali
sehari.

4. Kondisi: Asma akut

Sediaan: Obat minum


Dewasa: 40-80 mg per hari dibagi dalam beberapa dosis atau dosis tunggal, hingga pernapasan
membaik
Anak-anak: 1–2 mg/kgBB per hari, dibagi dalam beberapa dosis atau dosis tunggal, selama 3-
10 hari atau lebih.
CONTOH OBAT GOLONGAN
GLUKOKORTIKOID
5. Kondisi: Kelainan darah dan limfoma

Sediaan: Obat minum


Dewasa: Dosis awal 15-60 mg per hari.

6. Kondisi: Multiple sclerosis
Sediaan: Obat minum
Dewasa: Dosis awal 200 mg per hari, selama 1 minggu. Dosis lanjutan 80 mg setiap 2 hari
sekali, selama 1 bulan.

7. Kondisi: Sindrom nefrotik

Sediaan: Obat minum


Anak-anak: 2 mg/kgBB per hari atau 60 mg/m2  luas permukaan tubuh (LPT) per hari
yang dibagi dalam 3 dosis, selama 4 minggu. Dilanjutkan dengan pemberian dosis tuggal
40 mg/m2 LPT setiap 2 hari sekali, selama 4 minggu.
CONTOH OBAT GOLONGAN
GLUKOKORTIKOID
8. Kondisi: Penyakit Crohn atau kolitis ulseratif
Sediaan: Suppositoria
Dewasa: 1 obat suppositoria, pada pagi dan malam hari.

9. Kondisi: Alergi dan peradangan pada telinga


Sediaan: Obat tetes telinga
Dewasa: 2–3  tetes setiap 2–3 jam sekali hingga kondisi telinga membaik.
CONTOH OBAT GOLONGAN
GLUKOKORTIKOID
d. Efek samping :
 Peningkatan berat badan
 Perubahan suasana hati
 Gangguan pencernaan
 Gelisahan
 Gangguan tidur
 Keringat berlebih
CONTOH OBAT GOLONGAN
GLUKOKORTIKOID
2. Hidrokortison
a. Indikasi : kolitis ulseratif, proktitis, proktosigmoiditis
b. Kontraindikasi : penggunaan bentuk sediaan enema atau foam pada
obstruksi usus, perforasi usus besar dan fistula yang ekstensif;
dikontraindikasikan pada infeksi yang tidak diobati.
c. Dosis :
Anak-anak :
- Sebagai obat krim atau salep kulit.
Hidrokortison diberikan krim hidrokortison 0,1%. Pada anak >10
tahun dosis sama dengan dewasa. Hindari penggunaan jangka panjang.
Pada bayi jangka maksimal penggunaan obat adalah 7 hari.
CONTOH OBAT GOLONGAN
GLUKOKORTIKOID
c. Dosis :
Dewasa :
- Sebagai obat suntik untuk radang jaringan bawah kulit.
Hidrokortison diberikan 100-200 mg sebagai suntikan lokal pada
lokasi yang bermasalah. Dosis dapat diulang pada 2 hingga 3 kali
pertemuan menyesuaikan dengan respons pasien.

- Sebagai obat suntik untuk sendi


Pasien diberikan hidrokortison dengan dosis 5-50 mg tergantung pada
ukuran sendi yang bermasalah dengan suntikan langsung pada daerah
sendi. Dosis dapat diulang dalam jangka waktu 3 minggu. Dosis
maksimal adalah suntikan 3 sendi pada hari yang sama.
CONTOH OBAT GOLONGAN
GLUKOKORTIKOID
c. Dosis :
Dewasa :
- Sebagai obat suntik pembuluh darah
Pada pasien yang meminum tablet prednisolon lebih dari 10 mg, dapat
diberikan hidrokortison 25 hingga 50 mg. 

- Sebagai obat tetes mata


Tersedia sebagai obat tetes mata 1%. Obat dapat diteteskan 2 hingga 4
kali sehari. Pada kasus radang berat tetes mata dapat diberikan 1
hingga 2 tetes setiap 30 hingga 60 menit hingga respons yang
diinginkan didapat.
CONTOH OBAT GOLONGAN
GLUKOKORTIKOID
c. Dosis :
Dewasa :
- Sebagai obat tablet :
Rentangan dosis antara 20 hingga 240 mg sehari. Dosis berbeda
setiap orang dan disesuaikan dengan penyakit yang dialami pasien

- Sebagai obat infus pada kondisi syok :


Hidrokortison dapat diberikan sebagai penguat adrenalin dengan
dosis 100-500 mg melalui infus selama 30 detik hingga 1 menit dan
dapat diulang 3 atau 4 kali dalam 24 jam.
CONTOH OBAT GOLONGAN
GLUKOKORTIKOID
c. Dosis :
Dewasa :
- Sebagai obat suppositoria pada wasir
Dosis diberikan dengan memasukan 1 supositoria (25 mg) dua kali
sehari. Dosis dapat berbeda antar orang

- Sebagai obat suppositoria pada wasir


Dosis diberikan dengan memasukan 1 supositoria (25 mg) dua kali
sehari. Dosis dapat berbeda antar orang

- Sebagai obat krim atau salep kulit


Dosis diberikan salep atau krim hidrokortison 0,1%. Obat diberikan dengan
dioleskan secara tipis pada lokasi kulit yang sakit sebanyak 1 atau 2 kali sehari. Pada
salep hidrokortison 2,5% atau hidrokortison valerat 0,2% dapat dioleskan tipis pada
area yang sakit sebanyak 2 sampai 3 kali sehari.
CONTOH OBAT GOLONGAN
GLUKOKORTIKOID
c. Efek Samping :
- Keluhan umum: penurunan daya tahan tubuh, tulang keropos, gangguan
pertumbuhan
- Gangguan penglihatan seperti pandangan buram
- Gangguan kejiwaan berupa perubahan suasana perasaan
- Kulit: iritasi, kulit kemerahan, jerawat, perubahan warna kulit
- Pencernaan: diare, mual, nyeri perut, infeksi jamur

 
CONTOH OBAT GOLONGAN
GLUKOKORTIKOID
3. Deksametason
a. Indikasi : Sebagai antiinflamasi atau imunosupresan, misalnya pada
penyakit sendi inflamatori, meningitis bakterial, ataupun eksaserbasi
akut multiple sklerosis.
b. Kontraindikasi : pada kasus hipersensitivitas, infeksi akut yang
tidak diobati, dan adanya infeksi jamur
c. Dosis :
Bentuk obat: tablet, sirop (oral)
- Kondisi: Peradangan dan penyakit autoimun Dewasa: Dosis awal
0,5–9 mg per hari yang dibagi ke dalam beberapa kali pemberian.

 
CONTOH OBAT GOLONGAN
GLUKOKORTIKOID
3. Deksametason
c. Dosis :
Bentuk obat: tablet, sirop (oral)
- Kondisi: Peradangan dan penyakit autoimun
Anak-anak: Dosis awal 0,02–0,3 mg/kgBB per hari, dibagi ke dalam 3–4
konsumsi. Dosis akan disesuaikan dengan tingkat keparahan dan respons pasien.
- Kondisi: Multiple sclerosis Dewasa: Dosis awal 30 mg per hari selama 1 minggu,
dilanjutkan dengan dosis 4–12 mg per hari selama 1 bulan.
- Kondisi: Tes penyaring (skrining) untuk sindrom Cushing Dewasa: 2 mg pada jam
11 malam, diikuti dengan tes darah pada jam 8 pagi keesokan harinya.
- Kondisi: Multiple myeloma Dewasa: 20–40 mg, sekali sehari.

 
CONTOH OBAT GOLONGAN
GLUKOKORTIKOID
3. Deksametason
c. Dosis :
Bentuk obat: Tetes mata
- Kondisi: Radang mata
Dewasa: 1 tetes, 4–6 kali per hari.
d. Efek Samping :
- Sakit perut
- Sakit kepala
- Pusing
- Nafsu makan meningkat
- Sulit tidur
- Perubahan siklus menstruasi
- Muncul jerawat
CONTOH OBAT GOLONGAN
GLUKOKORTIKOID
4. Betametason
a. Indikasi : Untuk membantu meredakan peradangan dan menekan
sistem imun yang bekerja secara berlebihan pada beberapa kondisi
berikut ini: Asma, Bronkitis, Rheumatoid arthritis, Hiperplasia adrenal
kongenital, Dermatosis yang responsif terhadap kortikosteroid
b. Kontraindikasi : Infeksi sistemik (infeksi pada darah yang
memengaruhi seluruh tubuh) yang tidak tertangani Infeksi bakteri, virus,
atau jamur pada kulit atau mata
c. Dosis :
Bentuk obat: tablet, sirop (oral)
- Kondisi: Peradangan dan penyakit autoimun Dewasa: Dosis awal
0,5–9 mg per hari yang dibagi ke dalam beberapa kali pemberian.
CONTOH OBAT GOLONGAN
GLUKOKORTIKOID
4. Betametason
c. Dosis :
Bentuk obat: Tablet dan sirop
- Kondisi: Alergi atau peradangan
Dewasa: 2–3 mg per hari, selama beberapa hari pertama.
Selanjutnya, dosis dapat dikurangi sebanyak 0,25 mg atau 0,5 mg, tiap
2–5 hari, sesuai dengan respons terapi.
- Kondisi: Rheumatoid arthritis
Dewasa: 0,5–2 mg per hari. Dosis bisa dikurangi secara bertahap
sesuai dengan respons terapi.

 
CONTOH OBAT GOLONGAN
GLUKOKORTIKOID
4. Betametason
c. Dosis :
Bentuk obat: Suntik
- Kondisi: Alergi dan peradangan
Dewasa: 4–20 mg, dengan suntikan melalui otot (intramuskular/IM)
atau pembuluh darah (intravena/IV). Dosis dapat diberikan 3–4 kali
sehari jika diperlukan.
Anak usia <1 tahun: 1 mg, diberikan melalui suntikan IV, 3–4 kali sehari.
Anak usia 1–5 tahun: 2 mg, diberikan melalui suntikan IV, 3–4 kali sehari.
Anak usia 6–12 tahun: 4 mg, diberikan melalui suntikan IV, 3–4 kali sehari.

 
CONTOH OBAT GOLONGAN
GLUKOKORTIKOID
4. Betametason
c. Dosis :
Kondisi: Osteoarthritis atau rheumatoid arthritis
Dewasa: 3–12 mg, diberikan melalui suntikan ke sendi (intraartikular).
Bentuk obat: Krim
Betametason topikal dapat digunakan untuk meredakan peradangan dan
plak  pada psoriasis dan dermatosis yang bukan disebabkan oleh infeksi.
d. Efek Samping : Sakit kepala, lelah atau lemas, sulit tidur, sakit perut,
mual, atau gangguan pencernaan, perubahan suasana hati terutama
pada awal pengobatan, siklus haid tidak teratur, rasa terbakar, gatal,
dan bengkak pada kulit yang diolesi atau pada area penyuntikan
02.
MINERALOKORTI
KOID
Mekanisme kerja minerokortikoid secara umum
berhubungan dengan metabolisme elektrolit dan
air. Hormon ini memelihara fungsi ginjal dengan
mengatur pemasukan ion natrium dan
pengeluaran ion kalium pada tingkat jaringan.

Mekanisme
Sedangkan pada tingkat molekul, hormone
berinteraksi membentuk kompleks terpulihkan
dengan reseptor khas yang terdapat pada bagian

Kerja inti ginjal. Pembentukan kompleks tersebut


meransang system RNA dan enzim yang
diperlukan untuk pengangkutan aktif ion Na,
sehingga menimbulkan efek mineralokortikoid
yakni peningkatan pemasukan ion natrium dan
pengeluaran ion kalium.
GOLONGAN
MINERALOKORTIKOID
1. Fludrokortison
a. Indikasi : Insufisiensi adrenokortikal (penyakit Addison), sindrom
adrenogenital kongenital dengan kekurangan garam, dan hipotensi
ortostatik berat
b. Kontraindikasi : Infeksi sistemin yang tidak terkontrol antibiotic,
hipersensitif terhadap Fludrocortisone
c. Dosis :
Dosis oral untuk Insufisiensi adrenokortikal primer. Dewasa: 50-300
mcg setiap hari, biasanya diberikan dalam kombinasi dengan kortison
atau hidrokortison

 
GOLONGAN
MINERALOKORTIKOID
1. Fludrokortison
a. Efek Samping :
 Kardiomegali
 Gagal jantung kongestif
 Hipertensi
 Sindrom hipokalemia, seperti denyut jantung ireguler,
kehilangan nafsu makan, keram atau nyeri otot, mual,
kelemahan lengan dan kaki, muntah
 Edema perifer 

 
DAFTAR PUSTAKA
• PIO Nas Kortikosteroid
• Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) 2013. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. 2013.
• Corticosteroids Pharmacology
https://pharmafactz.com/corticosteroids-pharmacology/

 
THANK YOU

You might also like