You are on page 1of 12

PEMIKIRAN KALAM KONTEMPORER

(ISMAIL AL FARUQI DAN HASAN HANAFI)


Hesti Anggi Andari 2041040057
Nama
Kelompok Lina kurniatun 2041040068

M.ibrohim suta 2041040076


A. Pemikiran Ilmu Kalam Kontemporer
Pemikiran kalam kontemporer merupakan gabunga dari pemikiran pada
masa klasik seperti pemikiran yng dikemukakan berbagai golongan aliran
seperti Khawarij, Jabariyah dan lain sebagainya yang masih bisa dipakai
sesuai perkembangan zaman yang berlaku pemikiran pada masa modern
seperti pemikiran Syekh Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal dan
sebagainya.
 
 
Gabungan pemikiran ini terlahir pada saat umat islam pada masa
kemunduran sehingga ketika pemikiran Syekh Muhammad Abduh
terpublikasi, banyak orang yang tersadar akan monotonnya perkembangan
pemikiran yang memotivasi dan menimbulkan berbagai perubahan dalam
cara pandang umat islam.
 
 
Adanya kalam kontemporer ini dipengaruhi oleh budaya, teknlogi,
perubahan zaman dan masih banyak lagi. Seiring perubahan zaman ini
menyebabkan adanya pemikiran-pemikiran yang memotivasi beberapa
kalangan untuk menimbulkan berbagai macam perubahan cara pandang
tentang Islam. Dalam kalam kontemporer ini tedapat beberapa tokoh. Tojoh
yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu Ismail Al Faruqi da Hasan
Hanafi.
B. Riwayat Hidup Ismail Al Faruqi
 
Ismail Raji Al-Faruqi, lahir pada tanggal 1 januari
1921 di Jaffa Palestina. Pendidikan dasarnya di mulai di
madrasah, lalu pendidikan menengah di College des Freres
St. Joseph, dengan bahasa pengantar Perancis. Pada tahun
1941, Al-Faruqi mengambil kuliah filsafat diAmerican
University, Beirut. Setelah tamat dan meraih gelar Bachelor of
Arts. Ia kemudian bekerja sebagai pegawai negeri sipil
pada pemerintahan Inggris yang memegang mandate atas
Palestina ketika saat itu selama empat tahun. Karena
kepemimpinannya menonjol, pada usia
24 tahun, ia diangkat menjadi Gubernur Galilea.
 
 
Pada tahun 1948, Palestina dijarah Israel dan Faruqi,
seperti warga Palestina lainnya, terusir dari tanah
kelahirannya. Ia tercatat sebagai Gubernur Galilea terakhir
yang berdarah Palestina. Setelah setahun menganggur, pada
tahun berikutnya, 1949, Faruqi hijrah ke AS untuk melanjutkan
kuliahnya. Ia mendapat gelar Master Filsafat dari Universitas
Indiana. Dua tahun kemudian, gelar master filsafat
kembali ia raih dari Universitas Harvard.
C. Pemikiran Kalam Ismail Al Faruqi

 Tauhid Sebagai Inti Pengalaman Agama


Education Inti pengalaman agama, kata Al-Faruqi adalah Tuhan. Kalimat Syahadat menempati
posisi sentral dalam setiap kedudukan, tindakan, dan pemikiran setiap muslim .
Plan Kehadiran Tuhan mengisi kesadaran muslim dalam setiap waktu.
 Tauhid Sebagai Pandangan Dunia
Tauhid merupakan pandangan umum tentang realitas, kebenaran, dunia, ruang, dan
waktu, sejarah manusia, dan takdir.
 Tauhid Sebagai Intisari Islam
Dapat dipastikan bahwa esensi peradaban Islam adalah Islam sendiri, dan esensi Islam
adalah tauhid atau pengesaan Tuhan. Tidak ada satu perintah pun dalam Islam yang dapat
dilepaskan dari tauhid. Tanpa tauhid Islam tidak akan ada.
 Tauhid Sebagai Prinsip Sejarah
Tauhid menempatkan manusia pada suatu etika berbuat atau bertindak, yaitu ketika
keberhagaan manusia sebagai pelaku moral diukur dari tingkat keberhasilan yang
dicapainya dalam mengisi aliran ruang dan waktu.
 Tauhid Sebagai Prinsip Pengetahuan
Berbeda dengan “iman” Kristen, iman Islam adalah kebenaran yang diberikan
kepada pikiran, bukan kepada perasaan manusia yang mudah mempercayai apa saja.
Kebenaran, atau proposisi iman bukanlah misteri, hal yang sulit dipahami dan tidak dapat
diketahui dan tidak masuk akal, melainkan bersifat kritis dan rasional
 Tauhid Sebagai Prinsip Metafisika
Dalam Islam, Islam adalah ciptaan dan anugerah. Sebagai ciptaan, ia bersifat teologis,
sempurna, dan teratur. Sebagai anugerah ia merupakan kebaikan yang tak mengandung
dosa yang disediakan untuk manusia. Tujuannya adalah memungkinkan manusia melakukan
kebaikan dan mencapai kebahagiaan.
 Tauhid Sebagai Prinsip Etika
Tauhid menegaskan bahwa Tuhan telah memberi amanat-Nya kepada manusia, suatu
amanat yang tidak mampu dipikul oleh langit dan bumi, amanat yang mereka hindari dengan
penuh ketakutan. Amanat atau kepercayaan Ilahi tersebut berupa pemenuhan unsure etika
dari kehendak Ilahi
 Tauhid Sebagai Prinsip Ummah
Al-Faruqi menjelaskan tentang prinsip ummah tauhidi dengan tiga identitas:
pertama, menentng etnosentrisme. Maksudnya, tata sosial Islam adalah Universal,
mencakup seluruh umat manusia tanpa kecuali, tidak hanya untuk segelintir etnis. Kedua
Universalisme. Maksudnya Islam bersifat universal dalam arti meliputi seluruh umat
manusia.cita-cita komunitas universal adalah cita-cita Islam yang diungkapkan dalam ummah
dunia. Ketiga, Totalisme. Maksudnya, Islam relevan dengan setiap bidang kegiatan hidup
manusia. Totalisme sosial Islam tidak hanya menyangkut aktivitas manusia dan
tujuannya di masa mereka saja, tetapi mencakup seluruh aktivitas di setiap masa dan tempat.
 Islam Sebagai Prinsip Tata Sosial
Dalam Islam, tidak ada perbedaan antara manusia satu dan lainnya. Masyarakat
Islam adalah masyarakat terbuka dan setiap manusia boleh bergabung dengannya,
baik sebagai anggota tetap atapun sebagai yang dilindungi (dzimmah).
 Tauhid Sebagai Prinsip Keluarga
Al-Faruqi memandang bahwa selama tetap melestarikan identitas mereka dari
gerogotan komunisme dan ideology-ideologi barat, umat Islam akan menjadi
masyarakat yang selamat dan tetap menempati kedudukannya yang terhormat.
 Tauhid Sebagai Prinsip Tata Politik
Al-Faruqi mengaitkan tata politik tauhidi dengan kekhalifahan. Kekhalifahan
didefinisikan sebagai kesepakatan tiga dimensi, yakni kesepakatan wawasan (ijma ar-
ru’yah), kehendak (ijma al-iradah) dan tindakan( ijma al-amal). Wawasan yang
dimaksuf Al-Faruqi adalah pengetahuan akan nilai-nilai yang membentuk kehendak
Ilahi. Kehendak yang dimaksud Al-Faruqi juga apa yang disebutnya ashabiyyah,
yakni kepedulian kaum muslimin menanggapi peristiwa-peristiwa dan situasi
dengan satu cara yang sama, dalam kepatuhan yang padu terhadap seruan Tuhan
 Tauhid Sebagai Prinsip Tata Ekonomi
Al-Faruqi melihat bahwa premis mayor implikasi Islam untuk tata ekonomi
melahirkan dua prinsip utama: pertama, bahwa tak ada seorang atau kelompok pun
boleh memeras yang lain. Kedua, tak satu kelompok pun boleh mengasingkan atau
memisahkan diri dari umat manusia lainnya dengan tujuan untuk membatasi ekonomi
mereka pada diri mereka sendiri.
 Tauhid sebagai prinsip estetika
Tauhid tidak menentang kreativitas seni; juga tidak menentang kenikmatan dan
keindahan. Sebaliknya, Islam memberkati keindahan islam menganggap bahwa
keindahan mutlak hanya ada dalam diri Tuhan dan dalam kehendak-Nya yang
diwahyukan dalam firman-firman-Nya.
Riwayat Hidup Hasan Hanafi
 
Hanafi dilahirkan pada tanggal 13 Februari 1935 di Kairo.
Ia berasal dari keluarga musisi. Pendidikannya diawali pada
tahun 1948 dengan menamatkan pendidikan tingkat dasar, dan
melanjutkan studinya di Madrasah Tsanawiyah Khalil Agha, kairo
yang diselesaikannya selama empat tahun. Semasa di
Tsanawiyah, ia aktif mengikuti dislusi kelompok Ikhwan Al-
Muslimin. Oleh karena itu, sejak kecil ia telah mengetahui
pemikiran yang dikembangkan kelompok itu dan aktivitas
sosialnya. Hanafi tertarik juga untuk mempelajari pemikiran
Sayyid Qutb tentang keadilan dalam Islam. Ia
berkonsentrasi untuk mendalami pemikiran agama, revolusi,
dan perubahan social.
Pemikiran Kalam Hasan Hanafi
1. Kritik Terhadap Teologi Tradisional
Dalam gagasannya tentang rekonstruksi teologi tradisional, Hanafi
menegaskan perlunya mengubah orientasi perangkat konseptual
sistem kepercayaan (teologi) sesuai dengan perubahan konteks politik
yang terjadi. Teologi tradisional, kata Hanafi, lahir dalam konteks
sejarah ketika inti keislaman sistem kepercayaan, yakni transedensi
Tuhan, diserang oleh wakil dari sekte dan budaya lama. Teologi itu
dimaksudkan untuk mempertahankan doktrin utama dan memelihara
kemurniannya.
Selanjutnya Hanafi memandang bahwa teologi bukanlah pemikiran
murni yang hadir dalam kehampaan kesejarahan, melainkan
merefleksikan konflik-konflik social politik. Oleh karena itu, kritik teologi
memang merupakan tindakan yang sah dan dibenarkan.
Teologi demikian, lanjut Hanafi, bukanlah ilmu tentang Tuhan,
karena Tuhan tidak tunduk kepada ilmu. Tuhan mengungkapkan
diri dalam sabda-Nya yang berupa wahtu. Ilmu kata adalah tafsir
yaitu ilmu hermeneutic yang mempelajari analisis percakapan
(discourse analysis), bukan saja dari segi bentuk- bentuk murni
ucapan, melainkan juga dari segi konteksnya, yakni pengertian yang
merujuk kepada dunia. Adapun wahyu sebagai manifestasi
kemauan Tuhan, yakni sabda yang dikirim kepada manusia
mempunyai muatan-muatan kemanusiaan.
 
 
2. Rekonstruksi Teologi
Melihat sisi-sisi kelemahan teologi tradisional, Hanafi lalu mengajukan saran
rekonstruksi teologi. Menurutnya, adalah mungkin untuk memfungsikan teologi
menjadi ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi masa kini, yaitu dengan melakukan
rekonstruksi dan revisi, serta membangun kembali epistemilogi lama yang rancu
dan palsu menuju epistimologi baru yang shahih dan signifikan. Tujuan rekonstruksi
teologi Hanafi adalah menjadikan teologi tidak sekedar dogma-dogma keagamaan
yang kosong, melainkan menjelma sebagai ilmu tentang pejuang sosial, yang
menjadikan keimanan-keimanan tradisional memiliki fungsi secara aktual sebagai
landasan etik dan motivasi manusia.
Langkah melakukan rekonstruksi teologi sekurang-kurangnya dilatarbelakangi oleh
tiga hal berikut:
1. Kebutuhan akan adanya sebuah ideology yang jelas di tengah-tengah
pertarungan global antara berbagai ideology.
2. Pentingnya teologi baru ini bukan semata pada sisi teoritisnya, melainkan juga
terletak pada kepentingan praktis untuk secara nyata mewujudkan ideology sebagai
gerakan dalam sejarah. Salah satu kepentingan teologi ini adalah memecahkan
problem pendudukan tanah di Negara-negara muslim.
3. Kepentingan teologi yang bersifat praktis (amaliyah fi’liyah) yaitu secara nyata
diwujudkan dalam realitas melalui realisasi tauhid dalam dunia Islam. Hanafi
menghendaki adanya “teologi dunia” yaitu teologi baru yang dapat mempersatukan
umat Islam di bawah satu orde.
Selanjutnya Hanafi menawarkan dua hal untuk memperoleh kesempurnaan teori ilmu dalam teologi Islam, yaitu:
1) Analisis bahasa.
Bahasa serta istilah-istilah dalam teologi tradisional adalah warisan nenek moyang di bidang teologi, yang
merupakan bahasa khas yang seolah-olah menjadi ketentuan sejak dulu. Teologi tradisional memiliki istilah-
istilah khas seperti Allah¸ iman¸ akhirat. Menurut Hanafi, semuanya ini sebenarnya menyingkapkan sifat-sifat dan
metode keilmuan, ada yang empirik-rasional seperti iman, amal, dan imamah, dan ada yang historis seperti
nubuwah serta ada pula yang metafisik seperti Allah dan akhirat.
 
 
2) Analisis realitas.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui latar belakang historis-sosiologis munculnya teologi di masa lalu,
mendeskripsikan pengaruh-pengaruh nyata teologi bagi kehidupan masyarakat, dan bagaimana ia mempunyai
kekuatan mengarahkan terhadap perilaku para pendukungnya. Analisis realitas ini berguna untuk menentukan
stressing ke arah mana teologi kontemporer harus diorientasikan.
Thank You

You might also like